My Ironman [2]

2K 235 33
                                    

"Maukah kamu menjadi kekasihku, Park Jimin-ah?" Satu buket bunga mawar yang teramat indah dia tatap dengan pandangan yang sulit diartikan. Beralih pada wajah tampan yang dilengkapi dengan senyum yang menambah kesan hot diwajah namja tinggi bertubuh kekar itu.

Perlahan tangan mungil itu terangkat untuk menerima buket indah bunga yang memiliki makna dalam akan cinta itu, menatap manik bulat namja yang semakin melebarkan senyumnya itu dengan tatapan penuh binar menggemaskan khas dirinya.

"Mianhae, aku tak bisa..." Senyum lebar itu sirna dalam waktu tak lebih dari dua detik, tatapan mata yang semula berbinar kini menampilkan kesakitan dan kekecewaan mengarah pada wajah yang berubah sendu setelah kalimat itu terlontar dari bibir meronanya.

"Wae?" Kedua tangannya sedikit mengepal, nada suara yang dia tekankan menandakan perasaan tak terima mendengar penolakan dari sang pujaan hati.

"Karena aku memiliki seseorang yang ku cinta. Sekali lagi, maafkan aku,-



-Jongin-ssi"

Kaki mungil itu mulai merajut langkah mundur, menjauh dari namja yang masih berdiri di tempatnya. Mengabaikan terik matahari yang begitu menyengat kulit eksotis-nya. Panas. Cuaca hari ini memanglah begitu terik, membuat orang-orang lebih memilih berteduh dan menghalau rasa gerah yang mencekik kulit.

Sama seperti hatinya yang begitu panas mendengar alasan penolakan sang pujaan hati, matanya memerah menahan amarah yang siap meledak kapan saja, menatap nyalang sosok yang semakin menjauh dari pandangannya.

°•°•°•°

Jimin meremat bucket bunga pemberian dari salah satu pangeran kampus itu, menatap dalam setiap kelopak merah cerah itu seolah bunga itu ialah si pemberi yang baru saja menyatakan perasaan padanya, menegaskan bahwa dia telah menemukan tambatan hatinya sendiri. Dan sayangnya, Kim Jongin bukanlah seseorang itu.

Helaan nafas panjang yang sarat akan kebingungan dan frustasi menandakan namja mungil itu merasa bimbang. Bukan karena dia menyesal menolak pernyataan Jongin, melainkan dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan disaat seseorang yang telah merebut hatinya itu tak lain ialah sahabat Jongin sendiri. Dia tidak seegois itu untuk merusak persahabatan mereka hanya karena perasaan bodohnya. Bukannya dia tak tahu sifat Jongin yang akan merelakan begitu saja apa yang sudah menarik perhatiannya, dia tahu jika Jongin tidak akan melepaskan dirinya begitu saja. Itu merupakan rahasia umum mahasiswa di universitas ini.

Dan Jimin pun tahu, bukan hanya dia yang diincar. Melainkan seseorang yang menempati hatinya pun akan Jongin habisi. Jimin yakin akan hal itu.

Dan sungguh, Jimin tidak akan sudi membayangkan sebuah persahabatan hancur karena dirinya. Tidak, terima kasih.

Dan masalahnya ialah...

"Hai, Cantik. Bagaimana harimu? Menyenangkan?" Kini seorang namja berparas tampan tengah berdiri menyender pada sebuah sport car berwarna hitam mengkilap yang menambah kesan maskulin untuk sang pangeran kampus. Hoodie hitam yang dipadukan dengan ripped jeans yang sobek pada bagian lutut dan pahanya membuat kesan badboy pada namja itu, ditambah dengan beberapa anting-anting yang menghiasi kedua daun telinganya.

"Hei! Kenapa melamun? Mengagumi pangeranmu, hm?" Dapat Jimin lihat smirk nakal di bibir tipis itu, membuat kedua pipinya yang panas karena tertangkap basah mengagumi paras sempurna orang didepannya ini kian memerah. Memilih menunduk untuk menyembunyikan wajahnya yang dapat dia pastikan sudah sangat memerah itu dari pandangan manik sekelam malam yang selalu dapat membuat kinerja jantungnya bertambah tanpa bisa dia kendalikan.

"Oh? Bunga dari siapa itu? Apa kamu memiliki kekasih?"

Entah hanya perasaan Jimin atau memang nada suara namja tinggi itu terdengar dingin dan kesal?

KookMin Story [Requested]Where stories live. Discover now