Marvin sedari tadi memperhatikan semua nya dari jauh melihat Gian yang menangis pelan mampu membuat hati nya remuk redam.
Saat akan menghampiri dan merengkuh tubuh kecil itu ada seorang pria yang turun dari kendaraan beroda dua, Marvin mengurung kan niat nya.
Tangan Marvin mengepal saat pria itu menghapus bahkan menggendong Gian untuk naik motor, ada rasa marah dan tidak suka dalam hati nya. Dia juga mengikuti motor itu sampai sekarang tibalah di depan bangunan mewah mungkin apartemen tempat tinggal pria itu? Marvin tidak tahu karna dia tidak pernah melihat pria itu, langkah nya mengikuti Gian yang berada dalam gendongan sampai pria itu membawa masuk Gian ke unit apartemen.
Marvin hanya diam mematung berprasangka buruk dalam otak nya, apa yang di lakukan Gian dan pria itu di dalam? Kenapa lama sekali mereka untuk keluar? Apa mereka sedang memadu kasih di saat Marvin sedang khawatir? Apa semenjijikan itu Gian?
Semua pikiran buruk bersarang dan dia tidak mau berada lama-lama disana akhirnya memutuskan pergi untuk ke rumah Heaven.
Teman nya itu memang sedang tinggal sendiri karna orang tua nya memiliki acara penting di luar negri, Marvin langsung masuk ke dalam kamar Heaven dan menemukan teman nya bermain gitar.
"Ven... " Marvin duduk dengan rasa gelisah masih berada di hati nya.
Heaven hanya melihat dan kembali melanjutkan main gitar dia tidak terkejut dengan kehadiran Marvin yang tiba-tiba setelah hilang dalam jangka dua bulan.
Tangan nya tetap bermain gitar, "Masih inget punya temen lo?" Sinis nya.
Marvin menengok dan menghela nafas. "Sorry gue dua bulan ini sibuk sama Gala, lo tau kan Gala itu sekarang prioritas gue" Ujar nya secara gamblang seolah tidak merasa bersalah karna menghilang dua bulan ini.
Heaven meletakkan gitar dan mengambil rokok dia mulai menyalakan nya dan meniup asap itu.
"Kaya nya lo secinta itu sama Gala sampe lupain semua nya ya, haha lucu banget sih Marvin. Kaya nya lo juga gak inget sama Gian kan? Padahal dulu lo selalu sama dia, lengket banget kaya perangko" Ujar nya lugas tidak melihat ke arah Marvin tapi tawa sinis dan mata yang berbinar mengejek begitu ketara.
"Gue gak lupa sama Gian van, cuma lo tau kan Gala---"
"Yaa gue tau banget kalau pacar lo itu gak suka sama Gian kan? Klise banget ya alasan nya, padahal dia bisa tinggal jujur kalau benci sama Gian" Tawa dingin dan perkataan itu membuat Marvin melihat sahabatnya tidak suka.
"Heaven berapa kali harus gue bilang kalau Gala itu cuma minta gue buat jaga jarak sama Gian! Dia cuma gak mau papa Erlangga semakin mukulin Gian kalau tau gue sama Gian tetep deket" Ucapan penuh tekanan itu membuat Heaven merasa geli sendiri.
Heaven menoleh mata tajam bak elang serta rambut panjang yang kuncir, cantik namun lebih ke tampan itu lah Heaven.
"Kalau Gala gak ngadu sama bokap nya Gian gak mungkin di pukul sih.... " Heaven meletakkan rokok nya dan beranjak mengambil botol minum di nakas.
"Gue gak mau ribut sama lo" Marvin akhirnya mengalah karna berdebat dengan Heaven tidak ada guna nya. Di mata cowo itu hanya Gala yang salah dan Gian yang selalu benar, padahal Marvin jelas tahu bahwa Gala sangat menyayangi Gian melebihi apapun itulah yang selalu di tahu.
Heaven meletakkan botol dan duduk berhadapan dengan Marvin, "Terus ngapain lo kesini? Gue males ladenin lo Vin"
Marvin langsung serius, "Ini soal Gian... " Dan langsung Heaven juga berubah serius terlihat rasa sayang pada mata tajam itu saat Marvin menyebutkan nama Gian.
"Kenapa sama dede gemes gue?" Desak nya tidak sabaran.
"Tadi gue liat dia sama cowo masuk apartemen" Lesu nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
terlambat (END)
FanfictionMarvin yang telat menyadari tentang perasaan nya pada Gian. "Marvin aku selalu mencintaimu, jika rindu peluk lah aku dalam mimpi mu, aku berjanji akan selalu datang dalam tidur mu di malam hari" "Gian aku ingin memeluk kamu sungguhan, apa aku juga...