Erlangga menatap nyalang pada kedua sejoli yang sedang melemparkan senyum bahagia hati nya terasa sangat panas mendapati pemandangan itu.
Tadi dia di suruh kemari oleh papa nya dan harus membawa Gala karna ada sesuatu yang penting yang harus di bicarakan, sunggu jika tahu akan ada adik dan mantan istrinya Erlangga tidak sudi kesini karna itu menyakitkan.
"Papa... " Erlangga mengalihkan pandangannya saat mendengar suara familiar itu, mendapati putra nya dia melebar kan senyum karna sangat percaya jika Gian akan datang pada nya.
Tapi justru dia dibuat lebih sakit karna Gian langsung memeluk Arga di banding dengan nya, dan apa itu tadi papa?
Arga juga langsung mencium kening anak nya dengan sayang, "Bahagia sekali anak papa" Lembut nya.
Gian memamerkan gigi nya dan matanya menyipit karna tersenyum lebar, "Aku membantu nenek membuat kue, papa harus mencoba nya karna itu buatan dari Gian dan pasti sangat enak" Antusias nya.
Erlangga mematung melihat interaksi itu karna Gian tidak pernah sebahagia itu saat bersama nya.
"Wah benarkah? Papa sangat penasaran dengan rasa nya"
"Ayo ke dapur dan coba kue nya.. " Gian menarik Arga untuk mengikuti langkah nya menuju dapur.
Meninggalkan Bara, Vina dan Erlangga serta Gala di ruang tamu itu.
"Pah Vina akan menyusul mas Arga dulu" Pamit Vina sopan pada papa mertuanya.
Bara menganggukkan kepala dan menyeruput kopi yang di sediakan oleh sang istri, dia melirik ke arah Gala serta Erlangga.
"Menyesal?" Celetuk Bara setelah meminum kopi.
Erlangga menajamkan matanya pada sang papa, "Aku ingin papa pisahkan mereka dan satukan kembali aku bersama Vina!" Desis nya.
Bara menggeleng tegas wajah nya yang sudah menua itu tidak dapat melunturkan ketampanan nya, serta pinggiran mata yang sudah keriput tidak melunturkan mata tegas serta tajam nya, Bara masih sama seperti dulu saat muda, sangat berwibawa dan tegas.
"Vina dan Arga sudah saling mencintai dan mereka akan segera memiliki anak, kau tidak mempunyai hak untuk meminta Vina lagi" Ucap nya mempertegas pada anak sulung nya.
Erlangga mengepalkan tangan nya dia merasakan hawa panas di sekujur tubuh nya karna mendengar perkataan papa nya, semakin di buat marah lagi dengan perkataan papanya selanjutnya.
"Gian kehilangan separuh memori nya dengan mu jadi dia tidak mengingat dirimu, dia hanya tahu Arga lah papa kandungnya, dan kau hanya paman nya." Sambung Bara.
Bara melihat ke wajah keras Erlangga dan dia berdehem pelan, "Gala kau tidak boleh mengusik Gian dan lagi jika Marvin bersama dengan Gian kau tidak boleh mengusik mereka" Dia menatap datar pada seorang remaja yang dulu selalu dia sayangi.
Gala berekspresi rumit karna setelah semua keluarga mengetahui tentang nya mereka memandang nya dengan rendah, bahkan kakek nya sekarang tidak pernah lagi memanjakan nya.
"Tapi kek---"
"Turuti perintah ku atau kau pergi dari keluarga Argantara" Ancam nya.
Gala mendesis kecil semua ini karna Gian! Jika adik nya itu mati posisinya sebagai cucu kesayangan keluarga Argantara tidak mungkin tergeser.
"Baik kakek" Untuk saat ini dia akan mengalah tapi Gala akan menyusun rencana sebaik mungkin untuk menyingkirkan Gian.
Sementar di dapur di penuhi tawa bahagia oleh Gian dan Arga, "Papa enak tidak?" Binar Gian melihat papa nya mulai melahap kue buatan nya yang berbentuk bintang.
"Sangat enak, anak papa hebat sekali membuat kue nya" Puji Arga mengundang pekikan bahagia dari Gian.
"Kalau Gian ikut lomba memasak apa akan menang?" Gian bertanya lagi dengan nada bahagia nya.
Arga mencolek hidung mancung anak nya dan terkekeh kecil, sebenarnya kue ini terlalu manis dan juga gosong tapi melihat binar bahagia dari Gian dia tidak mungkin mengatakan yang sebenarnya.
"Jika anak papa mengikuti lomba pasti peserta yang lain akan merasa iri dengan masakan Gian yang enak"
"Hmm kalau membuka toko kue?"
Vina terkikik di tempat karna pertanyaan konyol itu. "Anak mama akan membuat toko kue besar, tapi nanti saat dokter mengatakan Gian bisa beraktivitas kembali" Sela Vina. Karna dokter pribadi dari Gian masih tidak memperbolehkan anak nya untuk mempunyai kegiatan yang berat, dan Vina selalu mencegah anak nya jika ingin melakukan sesuatu.
Gian mengerucut kan bibir nya sebal, "Hais Gian padahal sudah sembuh" Gerutu nya.
"Kakek juga ingin mencoba kue buatan dari Gian dong" Bara menyela ucapan itu dan langsung mengecup pipi gembil cucu nya.
"Kakek sudah tua tidak baik memakan kue yang manis" Omel Gian.
"Aku tidak selemah itu jika memakan satu kue saja" Oceh Bara.
Gian menoleh mendengar derap kaki dan mendapati Erlangga berada di belakang nenek nya, dia memaksakan senyum nya menyapa Erlangga.
"Paman ayo coba kue buatan Gian kata papa ini sangat enak" Riang Gian.
Hati nya berdenyut nyeri karna panggilan dari anak nya sendiri, kenapa Gian melupakan nya? Dia adalah papa dari Gian tapi kenapa anak itu tidak mengingat tentang nya, mereka juga pernah mempunyai kebersamaan yang indah saat Gian berumur tiga tahun.
Gala berdecih melihat kepolosan dari Gian dia tidak suka dengan muka Gian yang seperti di buat-buat, apa Gian sengaja berpura-pura hilang ingatan untuk menarik simpati banyak orang?
Jika itu benar bukan kah sangat menjijikan? Gian sangat durhaka tidak mengingat tentang papanya, padahal mereka satu darah tapi kenapa Gian tidak mengingat sedikitpun tentang papanya.
***
Marvin turun dari mobil nya dan melihat ke rumah besar keluarga Argantara, dia tadi di beri kabar oleh Vina mama dari Gian untuk datang kemari.
Awal nya Marvin ragu untuk kesini tapi mendengar jika Gian sangat ingin bertemu dengan nya Marvin langsung terburu-buru kesini.
Gian juga merasakan rindur padanya?
Saat memasuki rumah besar itu Marvin menghangat karna mendapati Gian sudah menunggu nya dan memasang senyum lebar.
Marvin sedikit terhuyung ke belakang karna mendapatkan pelukan secara mendadak dari Gian, hati nya berdebar kencang mendengar perkataan dari Gian.
"Kak Marvin aku kangen banget, kita udah lama banget gak ketemu" Ucap nya pelan dalam pelukan Marvin.
Gian memang sakit dengan Marvin yang pernah menjalin hubungan bersama Gala, tapi setelah dia mengetahui Marvin memutuskan hubungan dengan Gala tidak salah bukan dia mendekati pria ini?
"Gian... " Marvin membalas pelukan Gian tak kalah erat.
Gian tenggelam dalam pelukan itu dan mata nya memerah dia sangat merindukan pelukan ini.
Gian rindu dengan Marvin-nya, dia merindukan segala tentang Marvin.
"Aku juga kangen banget sama kamu Gian" Balas Marvin dan kata itu menghangatkan Gian.
KAMU SEDANG MEMBACA
terlambat (END)
FanfictionMarvin yang telat menyadari tentang perasaan nya pada Gian. "Marvin aku selalu mencintaimu, jika rindu peluk lah aku dalam mimpi mu, aku berjanji akan selalu datang dalam tidur mu di malam hari" "Gian aku ingin memeluk kamu sungguhan, apa aku juga...