T 009

933 87 20
                                    

"Mama... " Gala berusaha memeluk mama nya yang menangis pilu di depan ruang rawat Gian.

Vina mendorong keras Gala menyebabkan anak itu tersungkur ke lantai.

"Gala." Erlangga membantu anak nya untuk berdiri dengan panik.

Dia melihat istri nya yang kacau datar. "Vina jangan menyakiti Gala, kasian dia kalau sampe luka"

Lili mendengar itu berdecih. "Jatuh gitu doang lebay, apa kabar sama Gian om?" Sarkas nya.

Mereka berada di ruang rawat Gian karna dokter menyuruh semua nya keluar untuk membiarkan Gian beristirahat.

"Hiks Gian... Maafin mama sayang" Gumam nya penuh penyesalan.

Jika Vina bisa memutar waktu dia tidak akan menyuruh Gian keluar dari kamar.

"Mama ayo pulang dulu... Nanti kita kesini lagi" Lembut Marvin memeluk wanita paruh baya itu.

Vina menggeleng dalam pelukan Marvin. "Hiks mama gak bakal pulang hiks sebelum Gian sadar Vin. Mama hiks... "

"Kalian bisa stop gak sih nangis nya? Drama banget sumpah, kemarin Gian masih sadar kalian kemana aja? Kenapa setelah Gian udah kritis gini kalian perhatian? Buat sekarang Gian udah gak butuh kalian, aturan kalian seneng kan Gian dalam kondisi begini?" Cerca Lili wanita itu juga kacau tapi dia muak dengab empat manusia yang hanya bisa menangis dan meminta maaf.

Empat manusia tidak berguna ini jika saja membunuh tidak di penjara, Lili bersumpah akan membunuh mereka dengan rasa sakit yang tiada tara.

Erlangga menatap wanita muda itu tajam, "Dari tadi kamu gak punya sopan santun ya? Kalau saya dan istri saya tidak disini, siapa yang akan menanggung biaya Gian? Saya adalah papa nya dan saya berhak atas Gian" Kata itu membuat Rey dan Heaven geli, papa kata nya? Papa yang suka menyiksa anak nya?

Sementara Lili tertawa keras dengan intonasi dingin dan mata meremehkan.

"Om tuh punya peran apa dalam hidup Gian? Cuma punya status sebagai papa doang kan? Kalau soal bayar rumah sakit om gak perlu khawatir, saya bakal tanggung semua nya. Om itu kaya nya beneran gak punya malu kah? Kok bisa sih dateng-dateng ngaku papa nya Gian, mau jadi pahlawan kesiangan? Oh atau mau dapet simpati dari media? Dasar tua bangkotan bau tanah" Maki Lili persetan dengan sopan santun.

"Suhu nya persetenan itu Li, hajar aja tendang ke mars biar gak ngotorin bumi" Kata Heaven semakin membuat suasana menjadi panas.

"Heaven Lili lo berdua punya sopan santun gak sih?" Sentak Gala tidak terima.

"Duh manusia beban kek lo gak di ajak di debat, sono ke club lagi terus nge jalang. Enak banget ya Gala di masukin banyak batang?" Sinis Lili lalu menutup mulut nya seolah terkejut.

"Omo gue keceplosan" Senyum mengejek itu membuat Gala di kelilingi emosi.

"Brengsek"

Marvin melerai pertengkaran itu menuntun Vina untuk kembali kerumah di ikuti oleh Gala dan Erlangga.

"Huu kalah debat pergi, culun lo pada" Hardik Lili.

"Sayang---"

"Diem Rey jangan sampe lo juga gue hajar disini" Sinis Lili.

***

Sampai di rumah Marvin pamit untuk kembali ke rumah sakit sementara Gala menemani orang tua nya di rumah.

Vina masih sesenggukan di samping Erlangga yang menahan emosi.

"Vina kamu jangan ulangin dorong Gala lagi, kasian dia kalau luka"

terlambat (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang