Erlangga memecah semua barang di ruang tamu setelah mendapatkan kabar bahwa istrinya membawa anak nya.
Vina tidak berhak memisahkan dia dari Gian, dia ayah kandung nya bukan? Jadi Erlangga mempunyai hak atas Gian, tapi kenapa Vina membawa sang anak.
Erlangga belum sempat memeluk dan meminta maaf pada Gian. Kesalahannya banyak tapi Erlangga ingin memperbaiki semua nya, dia ingin menjadi sosok hebat untuk anak nya.
Gian ingin di peluk oleh nya dan Erlangga akan memberikan pelukan itu, tapi sekarang Vina membawa anak nya.
Gala langsung berlari ke arah papa nya, "Papa.. Astaga tangan papa berdarah" Gala langsung merobek baju nya dan menghentikan darah segar yang mengalir itu.
Erlangga menoleh dan mata yang semula nya sendu berubah menjadi kebencian.
Dia langsung menyentak tangan Gala dan menjauh dari anak itu.
"Papa--"
"Jangan panggil saya papa, kamu bukan anak saya. Kehadiran kamu merusak semua nya, kehadiran mama kamu membuat istri saya kecewa. Karna kamu saya kehilangan Gian dan Vina"
Gala melihat mata yang selalu menyorot pada nya dengan sayang tapi sekarang dia hanya menemukan mata dingin dan penuh kebencian.
"KAMU BUKAN SIAPA-SIAPA SAYA! KAMU HANYA ANAK HARAM YANG LAHIR DARI SEORANG WANITA JALANG" Seru Erlangga.
Gala melangkah mundur ekspresi wajahnya kaget karna ini adalah pertama kali nya sang papa meninggikan nada bicara nya.
"Gala anak papa... Gian yang bukan anak papa" Ucap Gala dia memang mengetahui semua nya.
Tapi Gala benar-benar sayang pada Gian hanya saja dia benci kehadiran Gian yang menjadi sosok istimewa di hati Marvin.
Erlangga menengok pada Gala tajam, langkah nya dengan lebar mendekat pada Gala.
Tangan nya langsung mengambil vas bunga kecil di atas meja ruang tamu.
Prang.
Lemparan itu tepat terkena pada kepala Gala membuat dahi nya dengan cepat mengeluarkan cairan kental berwarna merah.
"KAMU ANAK HARAM! KEHADIRAN KAMU MERUSAK KELUARGA SAYA" Bentak nya. Tanpa sadar bahwa dirinya lah yang merusak segala nya.
Gala memegang dahi nya dan nyali nya menciut dengan bentakan dari Erlangga.
Mata Erlangga membulat sepenuhnya dan terisi kilat kebencian yang kental dan ketara.
Erlangga melemah langsung jatuh di atas lantai dengan tangisan kembali terdengar, kacau itu lah yang menggambarkan keluarga yang biasanya hangat itu.
"Maaf, maafin papa nak. Vina saya mohon kembali, jangan pisahkan saya dengan Gian.... Saya menyesal"
Erlangga meraba dadanya yang sesak, hati nya tercabik dan sesak sekali untuk bernafas.
"Aku menyesal." Putaran dari adegan dimana dia mulai membawa Ratna masuk sampai dimana dia memukuli anak nya sendiri, semua berputar seperti kaset rusak.
Erlangga meraung dia memaki dirinya sendiri karna gagal menjadi seorang papa.
Jeritan kesakitan dari Gian yang selalu dia abaikan memenuhi telinga nya dan itu semakin sakit.
Sejahat itu kah dirinya? Segagal itukah Erlangga menjadi seorang papa? Apa Gian bisa memaafkan nya? Bisakah Gian nantinya memberi kesempatan pada nya, agar Erlangga bisa menjadi sosok papa yang hebat.
Erlangga memukul dada nya sendiri berharap rasa sesak ini pergi.
"Maaf... Maaf Gian... Maafin papa sayang" Pilu Erlangga seraya menahan nafas nya yang terasa sesak.
KAMU SEDANG MEMBACA
terlambat (END)
FanfictionMarvin yang telat menyadari tentang perasaan nya pada Gian. "Marvin aku selalu mencintaimu, jika rindu peluk lah aku dalam mimpi mu, aku berjanji akan selalu datang dalam tidur mu di malam hari" "Gian aku ingin memeluk kamu sungguhan, apa aku juga...