Angin berhembus kencang dan aroma air laut membuat bibir Gian tersungging ke atas. Arga membawa Gian dan Vina pergi ke pantai.
Seperti yang sudah di janjikan pada Gian kalau sudah sembuh Arga akan membawa anak manis itu ke pantai.
"Gian menyukai nya?" Tanya Arga mengelus surai rambut Gian.
Gian menoleh pada papa nya dan mengangguk semangat. "Gian sangat suka papa" Cerianya dan bibir yang terus tersenyum bahagia.
Ini adalah keinginan Gian sejak dulu ingin ke pantai bersama orang tua nya, dia selalu tertawa bersama Arga dan Vina tidak ada kesedihan selama satu bulan ini.
Hidup Gian jauh lebih baik dan selalu tersenyum. Walaupun harus selalu menjalani cuci darah tapi Gian bahagia karna ada Arga dan Vina yang mendukungnya, Gian mempunyai semangat untuk kembali sembuh.
"Mama Gian sudah lapar" Ujar nya manja.
Vina tersenyum. Dia mengambil botol minum dan di serah kan pada Gian. Lalu membuka satu persatu bekal yang terisi sayuran dan masakan dari biji-bijian serta potongan buah. Menyuapkan secara perlahan makanan itu pada putranya.
"Mau main air bareng papa?" Tanya Arga setelah melihat Gian selesai dengan makanannya.
Gian melihat papa nya dengan ragu, "Emang boleh pa? Gian gak bisa berenang, kalau tenggelam gimana?"
"Papa bakal selamatin Gian. Jadi, mau berenang bareng papa? Papa gak bakal biarin Gian tenggelam sayang, papa pasti bakal selamatin Gian" Tandas Arga menatap lembut pada mata yang mirip dengan istrinya.
"Oke Gian mau berenang, tapi papa janji selamatin Gian ya?" Gian menyimpan sedikit trauma jika berenang, karna dulu saat bersama Erlangga ke pantai papa kandungnya dengan tega membiarkan Gian hampir tenggelam hanya karna Gala juga hampir tenggelam.
Padahal waktu itu yang paling berada di posisi bahaya adalah Gian tapi mama dan papa nya hanya terfokus pada Gala, untung saja ada seseorang yang menyelamatkannya waktu itu mungkin jika tidak sekarang Gian sudah mati.
Setelah mengucapkan itu, Gian langsung menarik Arga untuk bermain air di tepi pantai. Melihat dari jauh, Vina tidak kuasa menahan air mata nya yang semakin deras jatuh. Tangan nya mengusap kasar air matanya dan memotret papa dan anak yang melemparkan tawa bahagia itu.
Vina beruntung memiliki Arga sebagai suami yang baik dan siap menjadi sosok papa hebat untuk Gian.
Semoga kebahagiaan ini bertahan dengan lama, yaa semoga saja.
"Anak papa lelah?" Tanya Arga melihat keringat dikening putranya.
Gian menggeleng, "Engga. Ini beneran menyenangkan banget pa"
Tiba-tiba Arga membungkuk di depan Gian, "Naik ke punggung papa sayang"
Sontak Gian tertawa keras mendengar perkataan papanya. "Gimana kalau tulang punggung papa patah?"
"Kamu tidak mau?"
"Ehh mau dong... " Degang segera Gian naik ke punggung sang papa. Dengan sekuat tenaga, Arga mencoba untuk berdiri. Memang cukup sulit, tapi dia masih bisa menggendong anak nya.
Gian mengalungkan tangan nya pada leher Arga. Ia terkekeh kecil mendapati sang papa yang berusaha seperti ini.
"Papa udah tua buat gendong Gian kaya gini.. "
Arga tetap menggendong anak nya untuk menuju pada Vina yang duduk di atas pasir. Gian terpaku pada pria yang menggendong nya, padahal dia yakin badanya sangat berat tapi Arga tetap menggendongnya.
Gian tersentuh dengan perlakuan ini dan jujur saja hati nya menghangat. Seketika kepala nya melihat ke arah depan dan mendapati seorang wanita melambaikan tangan padanya sambil tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
terlambat (END)
FanficMarvin yang telat menyadari tentang perasaan nya pada Gian. "Marvin aku selalu mencintaimu, jika rindu peluk lah aku dalam mimpi mu, aku berjanji akan selalu datang dalam tidur mu di malam hari" "Gian aku ingin memeluk kamu sungguhan, apa aku juga...