T 19

801 72 8
                                    

Gian bersama Marvin turun bangun dari tidur di pagi hari dan suasana di rumah ini sudah kembali seperti semula, hangat dan nyaman.

Kakek nya menyuruh mereka untuk segera sarapan bersama dan keadaan di meja makan hening tidak ada yang berbicara karn Bara menetapkan bahwa selama makan tidak boleh ada yang mengeluarkan suara.

Gian tidak bertanya atas apa yang terjadi semalam dan hanya fokus makan dengan suapan dari Marvin.

Setelah mereka selesai makan papa dan mama nya segera pamit, papa berangkat ke kantor dan mama nya berangkat ke butik.

Lalu sang kakek juga pergi entah kemana, dan kekasih nya pun ikut pergi karna akan ada meeting hari ini.

"Sayang kamu beneran gak papa kalau aku gak anterin kamu check-up?" Tanya Marvin setelah berada di luar rumah.

"Gak papa kak aku bisa sendiri nanti pulang dari check-up aku ke kantor kamu, kita maksi bareng"

Marvin mengangguk kan kepala nya dan membawa masuk pacar nya dalam pelukan dia, mendekap erat dan mencium kening sang kekasih.

"Kabarin aku kalau sampe rumah sakit, nanti selesai check-up biar di jemput sama sopir aku." Marvin menyingkirkan rambut yang menutupi kening Gian.

"Iyaa nanti aku kabarin udah sana berangkat nanti kamu telat rapat nya"

Marvin kembali memeluk Gian, "Sayang check-up nya sama aja ya." Marvin mempunyai firasat buruk hari ini.

Gian mencubit perut kekasih sampai Marvin mengaduh kesakitan.

"Nanti rapat nya gimana kalau kamu temenin aku?" Kesal Gian.

Marvin memeluk pinggang sang kekasih, "Itu mah bisa di batalin asal aku temenin kamu check-up.. "

"Kakak jangan begitu deh aku bisa check-up sendiri, tenang aja ya?"

"Tapi sayang---"

Gian langsung memberi ciuman pada bibir tipis Marvin dan sedikit memberi lumatan, "Udah berangkat ke kantor nanti aku kasih hadiah.. " Gian mengerling kan matanya menggoda.

"Emm yaudah kamu hati-hati aku tunggu di kantor yaa.. " Ucap Marvin.

Gian menganggukkan kepala dan melambaikan tangan saat mobil berwarna hitam itu sudah keluar dari gerbang.

Saat masuk ke dalam kamar Gian meringis merasakan nyeri di pinggang nya dia terjatuh di lantai karna sakit itu.

Berusaha menggapai obat pereda nyeri dia langsung meminum tiga butir dan langsung memejamkan mata dengan lelehan bening.

"Sakit banget... " Rintih nya meremat pinggang nya.

Gian duduk bersandar pada tembok selama satu jam dan rasa sakit itu perlahan menghilang tapi wajah nya sangat pucat dan bibir nya kering.

Gian berusaha bangun dia mulai memakai jaket kulit dan mengambil kunci motor untuk berangkat ke rumah sakit.

Jika Marvin atau pun papa nya tahu dia nekat membawa motor Gian yakin pasti akan di marahi habis-habisan.

Gian mengendarai motor nya dengan kecepatan sedang dia menikmati hembusan angin yang menerpa wajahnya.

Sangat sejuk dan memenangkan.

****

Gala memerintah kan anak buah nya untuk segera menjalankan rencana menghabisi nyawa Gian.

Gala sangat membenci Gian karna sekarang anak itu hidup bahagia sementara dirinya harus hidup menderita.

Gala benci Gian dan jika Gian semakin bahagia maka dia harus membunuh anak itu sekarang juga.

Gian harus tiada hari ini.

terlambat (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang