Gian termenung di kamar nya setelah semua penjelasan dari Lili bahkan kamar itu hening di malam yang sunyi ini.
Kenyataan yang baru dia dengar mampu membuat Gian membenci takdir hidup nya, sang papa ternyata se brengsek itu.
Gian tidak pernah membenci Erlangga setelah semua perlakuan pria itu pada nya tapi mendengar ini dia jadi membenci sang papa karna tega menyakiti mama nya.
Lili mengusap pipi Gian yang basah dan mengusap lembut punggung yang bergetar hebat itu. "Butuh pelukan?"
Gian menengok dan langsung masuk dalam pelukan Lili tangisan nya langsung pecah saat itu juga, rahasia ini mampu membuat dunia nya hancur tak tersisa.
"Tuhan benci banget ya kak sama aku? Dia suka banget permain kan hidup aku, tapi semakin kesini aku semakin merasa kalau tuhan itu gak ada" Lirih nya dalam pelukan Lili.
"Kalau tuhan beneran ada dia gak mungkin kan kasih kesakitan buat umat nya? Dia gak ada kak, tuhan itu gak ada" Ulang nya lagi yang langsung saja di gelengi oleh Lili dengan cepat.
"Gian tuhan itu ada, dia kasih cobaan buat kamu karna tuhan tau kamu itu kuat. Tuhan percaya kalau kamu bisa melewati ini semua, nanti suatu hari nanti kamu bakal ketemu kebahagiaan yang besar dan itu semua karna---"
"Bohong. Aku gak bisa hidup selama itu kak, aku bisa aja besok mati karna penyakit ini. Tuhan gak adil, dia gak adil. Tuhan gak beneran ada, kalau pun ada aku gak percaya sama kehadiran tuhan. Bukti nya aku selalu berdoa tapi gak ada satu pun doa ku yang di kabulin, tuhan itu gak sayang sama aku. "Ucap nya dengan mata sendu dan nafas yang tersenggal.
Lili menggeleng wanita itu dengan cepat menghapus semua cairan bening yang di wajah Gian. "Belum saat nya tuhan kabulin Gian, harus ada proses kan? Dan setelah semua masalah yang ada di hidup kamu selesai, Tuhan akan kasih kamu banyak kebahagiaan. Hidup juga gak ada yang tau Gian, itu kan kata dokter tapi kalau tuhan berkehendak lain? Yang tau hidup atau mati itu tuhan bukan dokter, percaya sama aku kalau kamu bisa dapet kebahagiaan" Kata nya lembut seperti seorang ibu yang menasehati anak nya yang sedang hilang arah akan kehidupan.
Gian masih saja menangis dia tidak percaya lagi dengan kehadiran tuhan, tuhan dan takdir suka sekali mempermainkan kehidupan nya. Gian seolah menjadi bahan becandaan untuk mereka, kehidupan Gian adalah lelucon bagi tuhan dan takdir.
"Gala dan om Erlangga juga akan mendapatkan hukuman karna udah bikin sakit Gian, percaya deh mereka bakal dapetin karma karna sudah bikin Gian menderita. Sekarang mereka sudah mulai merasakan karma nya, Gian tinggal tunggu titik kehancuran mereka dan setelah itu kakak yakin Gian akan mendapatkan kebahagiaan... " Lili mengambil jeda dan tersenyum dengan tulus.
"Gian sekarang sudah punya om Arga dan tante Vina, kak Rey, Heaven sama aku. Kita bisa hidup bahagia, Gian bisa bahagia tanpa ada nya om Erlangga dan Marvin" Lanjut nya bahkan sorot mata Lili begitu teduh dan lembut untuk di pandang.
Gian menatap dalam mata itu, "Aku mau hidup bersamamu kak Marvin... Aku masih mencintai dia" Jawab nya.
"Kamu bisa sama dia setelah Marvin menjadi lebih baik, kamu bisa sama Marvin setelah dia mendapatkan karma karna melukai kamu"
"Aku tau Marvin banyak bikin kamu bahagia, Marvin yang selalu ada buat kamu dari dulu. Marvin segala nya buat kamu, walaupun luka yang dia beri ke kamu gak terlalu banyak, kamu harus kasih dia sedikit hukuman. Jangan terima dia dengan mudah, takut nya Marvin gak jera dan bakan mengulangi kesalahan yang sama" Lanjut Lili.
Gian mengusap air mata nya kasar dan membuang nafas nya, "Aku bakal kasih hukuman buat kak Marvin, tapi apa aku bisa?"
"Kamu bisa Gian... Sebenarnya manusia itu perlu juga jadi jahat, jangan selalu jadi orang baik."
.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
terlambat (END)
FanfictionMarvin yang telat menyadari tentang perasaan nya pada Gian. "Marvin aku selalu mencintaimu, jika rindu peluk lah aku dalam mimpi mu, aku berjanji akan selalu datang dalam tidur mu di malam hari" "Gian aku ingin memeluk kamu sungguhan, apa aku juga...