O2. Hukuman

242 36 0
                                    

“Bunuh.”

Deg


















Hening.

Semuanya terlihat langsung diam untuk sekian detik ketika perintah tersebut keluar dari mulut pemimpin paviliun Yunhwa. Tunggu sebentar! Otak Jihye butuh waktu sejenak untuk sekedar mencerna apa yang tengah terjadi saat ini.

Laki-laki itu—Kang Taehyun, ketua sekaligus penjaga lembah Yunhwa yang dikenal kejam, tetap pada kesibukannya dengan wajah acuh tak acuh. Seakan-akan hal serupa sudah sering terjadi sehingga dia tidak ingin ambil pusing untuk mengurusnya.

“E–eh! Tuan, aku tidak bermaksud jahat datang kemari!” Jihye akhirnya tersadar setelah tadi justru terdiam selama beberapa saat karena otaknya yang lambat memahami situasi. “Aku hanya ingin meminjam perisai emas api milik kalian selama acara perjamuan bunga lima sekte.” Jihye berusaha menjelaskan maksud dan tujuannya datang. Berharap Taehyun mau mendengarkan sehingga dia tidak akan dihukuman mati.

“Aku murid sekte Han, namaku Seon Jihye. Aku berjanji akan mengembalikan perisainya setelah acara perjamuan selesai.” Sambung Jihye berhasil membuat Taehyun memilih menghentikan aktivitasnya. Mata tajam itu kini melemparkan pandangannya ke arah Jihye. Begitu dingin dan menusuk, rasanya seperti ada ribuan anak panah yang ditembakkan menuju dirinya.

“Aku tidak peduli dengan siapa dan darimana kau berasal. Bagi siapa pun yang berani menerobos masuk ke dalam paviliun Yunhwa, maka itu artinya dia siap untuk mati.” Ujar Taehyun tidak peduli.

“Lempar dia ke jurang kematian.” Perintahnya pada pengawal wanita yang tadi menangkap Jihye dan menyerahkan gadis itu ke hadapannya.

Tanpa basa-basi, para pengawal segera menarik paksa Jihye menuju tempat penghukuman bagi setiap makhluk yang berani masuk atau datang ke lembah Yunhwa tanpa izin maupun perjanjian sebelumnya.

“Tidak! Lepaskan aku! Aku bersumpah aku tidak memiliki niat jahat!”

“JALAN SAJA!!”

Karena tangan Jihye yang diikat dan digiring banyak pengawal di sisinya, dia dibawa secara paksa menuju jurang penghukuman walaupun sudah sekuat tenaga menolak.

“JALAN!”

“Tidak mau.”

“Jalan atau aku akan berbuat kasar?”

Jihye tetap pada pendiriannya. Tidak mau menuruti perintah pengawal itu meskipun telah diancam. Jihye tahu ini salahnya. Dia memang gadis yang sedikit bebal dan juga gegabah. Jika saja sejak awal Jihye tidak nekat, maka hal seperti ini tidak akan terjadi. Kalau sudah begini, Jihye harus bagaimana?

Pengawal wanita itu nampaknya telah kehabisan kesabaran. Tangan kanannya mulai bergerak, mengambil gerakan awal untuk mengeluarkan kekuatan spiritual. Cahaya berwarna hijau muda pun muncul di bawah telapak tangannya seiring pengumpulan energi. Setelah dirasa cukup, wanita itu arahkan kekuatannya ke arah Jihye. Hal ini dimaksudkan agar Jihye melemah sehingga para pengawal bisa lebih mudah menggeretnya menuju jurang penghukuman.

Awalnya dia pikir Jihye hanyalah seorang manusia yang memiliki kekuatan spiritual rendah sehingga akan mudah baginya dikalahkan. Tetapi ketika pengawal wanita itu arahkan kekuatannya menuju Jihye, kekuatan tersebut justru berbalik entah kenapa. Bahkan hampir mengenai Taehyun yang kebetulan menyaksikan kejadian jika dia tidak dengan sigap menangkisnya.

Saat itu Jihye sudah bersiap bahkan langsung memejamkan mata dengan kepala ditolehkan ke arah lain. Reflek yang biasa dilakukan oleh manusia saat menyadari ada sesuatu yang akan melukai atau membuatnya kaget.

SACRIFICE [TXT]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang