O5. Teman?

165 25 0
                                    

“Jihye, kau sudah sadar?”

Mata ungu bulat itu mulai terbuka pelan seiring kesadarannya kembali. Jihye segera mendudukkan diri di atas kasur, tapi rasa ngilu di lengan atas kirinya akibat terluka oleh senjata roh spiritual milik Jisung masih sedikit terasa. Dia pun meringis kesakitan.

Soobin yang melihat gadis itu memegangi lengannya sambil berekspresi seperti tengah menahan sakit, buru-buru duduk ke pinggiran ranjang lalu mengeluarkan sedikit kekuatannya untuk diarahkan ke luka Jihye. Sementara transfer kekuatan spiritual berlangsung, Jihye hanya dapat diam sembari menunggu Soobin selesai mengobati lukanya.

“Jangan kemana-mana dulu untuk hari ini. Lukamu akan segera sembuh, gunakanlah untuk istirahat setidaknya sampai matahari terbenam.” Ucap Soobin.

Jihye menghembuskan nafasnya pelan mendengar perintah Soobin. Awalnya dia berpikiran untuk langsung merebahkan diri istirahat. Tetapi ketika teringat kejadian beberapa saat lalu, dia pun mengurungkan niatnya.

“Kak!” Panggil Jihye tiba-tiba membuat Soobin yang tadinya hendak bangun pergi, pergerakannya jadi terhenti.

Laki-laki itu menoleh kembali menatap Jihye dengan tatapan tanya. “Hm?”

“Murid sekte Yuseon yang menyelamatkanku, bagaimana keadaannya?” Tanyanya.

Yah, benar. Jihye sedang menanyakan soal Yeonjun. Bukannya kenapa, hanya saja dia merasa berhutang budi pada Yeonjun. Jika Yeonjun tidak menyelamatkannya saat insiden beberapa waktu lalu, kemungkinan besar Jihye bisa terluka dua kali.

Senjata roh spiritual yang di arahkan kepada sebuah target pastinya akan selalu berbalik kembali ke arah tuannya. Dan kalau Yeonjun tak bergegas datang, bukan hanya lengan atasnya saja yang mungkin terluka, tubuh belakang Jihye juga kemungkinan dapat tertusuk dengan senjata tersebut.

“Dia baik-baik saja. Perjamuan dihentikan setelah kau terluka. Juga Jisung, ia sudah ditangani oleh ketua sekte Yang.” Balas Soobin apa adanya.

Mendengarnya, Jihye pun berpikiran untuk menengok Yeonjun meskipun itu hanya untuk mengucapkan terimakasih atau menanyakan keadaannya berhubung dia masih ada di Istana Yuseon karena acara perjamuan bunga ini. Melihat Jihye yang hendak beranjak dari kasurnya, Soobin tentu saja dengan cepat menahan gadis itu.

“Kau mau kemana?”

“Menemui orang itu.”

“Orang itu—maksudmu Choi Yeonjun?”

“Iya. Kak, aku—”

“Sudah kubilang jangan kemana-mana dulu.”

Jihye menatap Soobin pasrah tanpa bisa membantah ucapannya. Yah ... Secara Soobin kan lebih tua darinya sekaligus dia adalah orang yang bertanggungjawab atas murid-murid sekte Han yang mengikuti acara perjamuan bunga ini.

“Kau harus istirahat.” Soobin tahu Jihye tak bisa melawannya, oleh karena itu dia hanya dapat menunduk lesu di atas kasurnya. Melihat ekspresi sedih Jihye seakan-akan seperti Soobin merasa sedih juga rasanya.

“Aku akan keluar dari wilayah sekte sebentar bersama para tetua dan ketua sekte lain untuk memburu seorang iblis yang tadi siang terlihat berada di sekitar Istana Yuseon. Kau istirahat saja di sini bersama Jung Soo dan Jae Jeong, jangan kemana-mana.” Soobin berdiri dari duduknya kemudian pergi setelah berkata seperti itu. Tak ingin berlama-lama melihat wajah sedih Jihye, karena hal itu benar-benar mengganggu perasaannya.

Soobin—sebenarnya dia dikenal sangat baik dan selalu memanjakan Jihye, tak peduli gadis itu sedikit malas dan kemampuan menguasai ilmu spiritualnya rendah tidak seperti anak-anak seumurannya. Dan kali ini pun sebenarnya Soobin tidak tega melihat Jihye tertunduk diam seperti tadi. Namun supaya Jihye bisa cepat pulih, Soobin rasa dia harus bersikap sedikit acuh demi kebaikannya.

SACRIFICE [TXT]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang