Chapter III: Penyesalan

18 5 0
                                    

Perang telah berlangsung selama 3 hari 3 malam. Bila perang ini masih terus berlangsung, maka kalah jadi abu, menang jadi arang. Rakyat-lah yang paling menderita. Pada hari keempat, Tribhuwana dan pria bertopeng itu berhadapan dan saling mengarahkan bambu runcing. Mereka saling mengadu hingga pada akhirnya, pria bertopeng itu menusuk bahu Tribhuwana dan Tribhuwana berhasil melepaskan topeng pria itu. Tribhuwana sangat terkejut melihat wajah pria itu dan patah hatinya. Pria itu adalah Cakradhara. Ternyata segala perbuatan dan tingkah laku Cakradhara adalah kebohongan siasat untuk menguasai Majapahit. Bahkan pertemuan pertama mereka di tepi sungai adalah siasat Cakradhara untuk membuat Tribhuwana jatuh cinta padanya.

Tribhuwana belum sempat menyadari bahunya sedang berdarah, tiba tiba datang sebuah panah dari kejauhan menusuk dadanya. Tribhuwana langsung terjatuh dari kudanya. Cakradhara refleks turun dari kudanya dan berusaha meraihnya. Cakradhara membawa Tribhuwana ke dalam dengkapannya, namun Tribhuwana telah menghembuskan nafas terakhirnya pada saat ia jatuh dari kuda. Cakradhara kebakaran jenggotnya dan membunuh prajurit yang menembakkan panah itu. Ia akui dirinya memang telah jatuh cinta pada Tribhuwana dan bersumpah akan hidup berbahagia dengan Tribhuwana setelah menguasai Majapahit. Namun ia tidak memperkirakan kematian Tribhuwana. Nasi sudah menjadi bubur, ia tidak bisa menarik kembali bala prajuritnya di tengah peperangan ini. Hatinya terobek-robek melihat kematian Tribhuwana dalam pelukannya.

Setelah kematian Tribhuwana, Sriwijaya menguasai Kerajaan Majapahit dan Hayam Wuruk melarikan diri dari istana karena tidak ingin tinggal di tempat yang sama dengan ayahnya. Kemudian Cakradhara memerintahkan penangkapan Hayam Wuruk. Hayam Wuruk bersembunyi di dalam hutan dan prajurit mengejarnya hingga sampai di tepi jurang. Para prajurit terus menerus maju, membuat Hayam Wuruk turut berjalan mundur. Tragisnya, Hayam Wuruk jatuh ke jurang dan sudah terlalu terlambat untuk diselamatkan. Mendengar kabar kematian anaknya, Cakradhara marah besar dan wajahnya sebentar merah padam sebentar pucat. Tiap hari ia mengunci dirinya dalam kamar dan tidak mau mengurus pemerintahan. Segala urusan pemerintahan sementara dipimpin oleh Wreddhamantri dan para Adipati.

Sudah setahun berlalu, atas pemerintahan Cakradhara, gabungan Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit merubah nama menjadi Majajaya. Kerajaan Majajaya memiliki peraturan baru yang sangat berbeda dengan peraturan Majapahit. Dari luar, rakyat kelihatan makmur dan sejahtera. Dari dalam, banyak rakyat mengisukan 'sekali air dalam, sekali pasir berubah'. Semenjak kematian Tribhuwana, dalam Kerajaan Majajaya tidak diperbolehkan wanita melamar pria. Cakradhara tidak mengangkat selir karena ia tidak lagi tertarik pada wanita lain. Baginya, wanita lain tidak sebanding dengan Tribhuwana. Pada akhirnya, Cakradhara memerintah Kerajaan Majajaya seorang diri. Ia dihormati oleh rakyat dan memiliki kekuasaan tertinggi, namun kesehariannya digeluti oleh kesepian.

Koda : Majapahit memang bisa berada dalam genggamannya, namun dalam hadapan cinta tidak bisakah ia melepas obsesi dan hidup berbahagia dengan keluarganya? Apa gunanya memiliki kekuasaan tertinggi, namun ia berdiri sendiri di takhta itu dan tidak bahagia?

The End.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 22, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Loyalitas atau CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang