IRIS | PROLOG

26.1K 1.3K 44
                                    

Ya ampun, aku tuh emang suka gitu guys. Kalau mau ngerampungin satu cerita, aku malah bikin cerita baru yang nggak disangka2 🤣

Jadi bukannya bikin Alan - Airin, aku malah bikin yang lain 😭
Udah dari lama sih pengin bikin cerita nama castnya Iris sama Tristan. Eh, tahu2 tangan ngetik aja 🤣

Aku bingung kasih judul apa, jadi Iris aja deh ya. Idenya antara udah mateng sama setengah mateng gitu (?) Maksudnya aku masih ambang2, tapi sok2an pamer ke kalian. Padahal tadinya mau nunggu Mbak Di sama Mas Ad kelar loh 🤭

Tapi udahlah ya, aku pamerin prolognya dulu sambil ngetik Found You. Kalian masukkin perpus dulu aja ya 😊

Kira2 kalau kalian udah baca, mau lanjut apa nggak?

Di VOTE coba.. Kalau banyak yang minat, nanti aku kumpulin mood buat lanjutin 😊

***

~ I R I S~

Kejadian tujuh belas tahun yang lalu tidak akan pernah bisa Iris lupakan. Kedatangannya ke rumah sang ayah justru membawa petaka bagi semua orang. Tak terkecuali dirinya.

Kedua orang tuanya menikah di usia muda. 22 tahun usia mereka kala itu. Tanpa restu dari pihak sang ayah. Tidak berselang lama, ibunya hamil dan melahirkannya di usia yang sudah menginjak 23 tahun. Saat itu ayahnya belum memiliki pekerjaan tetap. Cinta yang membara membuat keduanya nekat menikah tanpa restu orang tua.

Tak tahan dengan segala beban yang tiba-tiba disandarkan ke pundaknya, ayahnya memilih kembali ke pangkuan keluarga di saat usianya yang kala itu belum genap satu tahun. Meninggalkan istri dan darah dagingnya tanpa perasaan. Ibunya yang malang terpaksa bekerja banting tulang demi menghidupi dirinya. Sebagai seorang anak yatim-piatu yang bersekolah dengan mengandalkan beasiswa, ibunya tidak bisa berbuat banyak. Yang bisa dilakukan sang ibu hanyalah berdagang sayuran keliling sambil membawanya dalam gendongan. Karena dirinya, ibunya tidak bisa bekerja di gedung perkantoran. Karena dirinya, ibunya harus menggadaikan masa-masa muda indahnya.

Lalu saat usianya genap 10 tahun, ibunya meninggal karena sakit keras. Namun sebelum meninggalkan dunia yang telah berlaku kejam ini, ibunya sempat memberikan alamat rumah milik sosok kepala keluarga yang telah meninggalkan mereka.

Iris kecil tidak sudi datang. Namun karena tak ada lagi jalan keluar, Iris kecil pun meminta pertolongan salah seorang tetangga untuk mengantarnya ke rumah sang ayah. Dan petaka itu pun terjadi.

Ayahnya ternyata sudah menikah lagi. Di usia pernikahan yang baru menginjak tiga bulan, istri baru ayahnya mendapatkan kejutan luar biasa dengan kedatangannya ke rumah megah yang mereka tinggali. Detik itu juga Iris tahu bahwa sang ayah sengaja merahasiakan keberadaan dirinya dan sang ibu dari istri barunya.

Petaka yang terjadi selanjutnya adalah Ghina--istri baru ayahnya mengalami keguguran lantaran stres. Dan yang menjadi penyebab utama kebencian Ghina padanya adalah perlu enam tahun untuk menunggu kehamilan selanjutnya.

Ya, bagi ayah dan ibu tirinya, Iris hanyalah petaka pembawa bencana. Namun mereka tidak ada pilihan selain membiarkannya untuk tinggal bersama.

"Jadi gimana, Nak? Mau 'kan nikah sama Tristan?"

Iris tersentak dari lamunannya saat mendengar suara lembut milik Bunda Naila yang kini duduk di sampingnya.

"Iris mau, Bun. Tapi Mas Tristan 'kan udah ada Mbak Tania,"

"Bunda maunya kamu aja yang jadi mantu Bunda, Ris. Masalah Tania kamu nggak usah pikirin, nanti biar Bunda yang kasih pengertian sama Tristan."

"Kalau gitu Iris mau pake banget, Bun." Iris menyengir lebar tanpa rasa bersalah.

Mungkin jutaan orang akan beranggapan jika Iris adalah wanita terjahat di muka bumi. Tapi sungguh, Iris sama sekali tidak peduli. Dia membutuhkan Tristan untuk mengeluarkannya dari rumah neraka yang mengurungnya hingga detik ini. Hanya pria itu dan Bunda Naila lah yang bisa membantunya keluar.

"Nah, itu orangnya turun." Bunda Naila menunjuk putra semata wayangnya yang tengah menuruni anak tangga dengan wajah datarnya.

"Tris kesini dulu, ada yang mau Bunda sampaikan."

"Nanti aja, Bun. Pas udah berdua." sahut Tristan tanpa melirik pada tetangganya yang suka sekali main ke rumah.

"Ya nggak bisa dong Tris, orang Bunda mau ngomongin pernikahan kamu sama Iris."

Tristan menghentikan langkah. Pria itu langsung menatap Iris dengan sorot tajam.

"Maksud Bunda apa?" Ia melangkah mendekat dengan rahang mengetat. "Tristan cuma mau menikah sama Tania ya, Bun."

"Iris udah setuju kok nikah sama kamu. Udahlah, tinggalin aja Tania. Dia bukan perempuan yang baik, Tris."

"Bunda nggak tahu apa-apa tentang Tania. Dan kamu.." Tristan menunjuk Iris dengan sorot tajamnya. "Nggak usah menghasut otak Bunda!" tekannya sebelum kembali berbalik menatap sang ibu.

"Wanita ini hanya membawa pengaruh buruk, Bun. Kenapa sih, Bunda sering banget bawa dia ke rumah ini?!"

"Jaga ucapan kamu, Tristan! Iris nggak seburuk yang kamu pikirkan."

"Begitu juga Tania, Bun. Dia juga nggak seburuk yang Bunda pikiran. Tristan nggak akan pernah sudi menikahi wanita itu sampai kapanpun!"

Tristan kembali menunjuk Iris dengan tatapan penuh amarah sebelum berbalik lagi untuk menaiki anak tangga menuju kamarnya di lantai atas.

"Nggak apa-apa, nanti Bunda sendiri yang memastikan kalau Tristan akan menikahi kamu, Ris."

Iris tersenyum tipis seraya mengangguk pelan.

"Makasih ya, Bun? Kalau bukan karena Bunda, mungkin sekarang Iris udah terkubur di bawah tanah. Bukan duduk disini." ucap wanita 27 tahun itu dengan senyum mirisnya.

"Sama-sama, Nak."

Lalu Naila membawa putri tetangganya itu ke dalam pelukan hangatnya sebagai seorang ibu.

tbc..

Tenang guys, Iris bukan tipe cewek mellow kok. Malah strong pake banget. Eh, tapi ngeselin juga sih 🤣

Gimana kira2.. Mau dilanjut nggak???

VOTE SINI SINI 🤭🤣

IRISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang