IRIS | 9

7.3K 708 29
                                    

Kita ketemu lagi dong sama pasangan Tristan Iris. Eh Tristan Tania dong ya 🤭🤣

Jangan lupa vote & komen 😘

***

BAGIAN 9

***

Tristan mendesah panjang saat lagi-lagi pria itu dapati sang ibu terlihat murung di sofa ruang tv. Membiarkan benda berbentuk persegi panjang di depan sana tetap menyala tanpa benar-benar menikmati acara yang tengah ditayangkan.

Berjalan mendekat, ia peluk tubuh sang ibu dari belakang. Memberikan kecupan singkat di pipi kanan sebelum kemudian mengambil tempat duduk tepat di sebelah ibunya.

"Masih memikirkan Iris?"

Sejujurnya Tristan tidak sudi menyebutkan nama itu. Andai bukan karena rasa hormat pada ibunya, mungkin tidak akan pernah ia lakukan.

"Udah siap?" Naila balik bertanya tanpa ekspresi yang membuat Tristan menghela napas.

"Sebenarnya Bunda tuh kenapa? Cerita sama Tristan."

Naila tersenyum tipis lalu menggelengkan kepala. "Nggak apa-apa. Ayo, katanya mau ajak Bunda makan di luar." ia segera bangkit berdiri setelah mematikan saluran tv. Namun tidak dengan Tristan yang tetap duduk dengan kedua tangan terlipat di depan dada.

"Memangnya ada apa sama Iris, Bun? Aku nggak mau ya, Bunda sakit hanya karena memikirkan wanita itu."

Naila menggeleng pelan.

"Udah ayo pergi."

"Bun--"

"Jangan bahas Iris lagi kalau hal itu malah bikin kamu makin benci sama dia. Bunda nggak suka kamu menaruh kebencian kepada Iris."

"Ck!" kali ini Tristan tak sungkan untuk mengeluarkan decakan dihadapan ibunya.

Hancur sudah mood baiknya hanya karena satu nama. Iris. Kenapa sih, ada tidaknya wanita itu di rumah ini tetap saja membuat suasana hatinya hancur?

"Kalau Bunda kangen Iris, ya udah ayo kita ke rumah Om Adi. Baru setelah itu kita pergi buat makan malam."

Karena akan ada momen penting yang sengaja ia rahasiakan dari sang ibu. Dia tidak mau jika momen manis yang telah dirinya siapkan hancur gara-gara ibunya terus memikirkan wanita itu.

"Kita langsung pergi aja." ucap Naila yang kemudian melangkah lebih dulu.

Beberapa waktu lalu Iris menghubunginya melalui ponsel milik Bik Asih. Mengirim pesan singkat yang menyatakan bahwa gadis itu baik-baik saja meski ia tahu betul keadaan Iris tidak demikian. Bagaimana mungkin tetap baik-baik saja sementara ia tahu jika Iris dipaksa menikah dengan Bimo.

Bun, ini Iris. Iris kangen Bunda, kangen banget Bun. Tapi Bunda nggak usah khawatir, Iris baik-baik aja kok di rumah. Maaf nggak bisa hubungin Bunda, hape Iris disita Pak Adi. Ini aja diem-diem Bik Asih bawain hape-nya ke kamar. Oh iya, Bun, jangan paksa Tristan buat nikah sama Iris lagi ya? Walaupun nggak bisa jadi mantunya Bunda, tapi Iris akan tetap jadi anak perempuan Bunda sama Papa Fahri selamanya. Iris sayang Bunda. Jangan khawatir lagi ya? Iris beneran baik-baik aja kok. Bye Bunda..

IRISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang