🍓🍓🍓

198 8 0
                                    

Haaa... part ini panjang nih. 1k+ words. Dah, bacala baca ya.

Quin pun membawa mobil mereka mengikuti 2 mobil yang sudah maju lebih dulu dan 6 mobil lain mengekor di belakangnya.

"Kita langsung ke pelabuhan?" tanya Quin mengendarai mobilnya santai dan tidak terburu.

"Tidak. Kita akan kumpul makan siang di restoran HK baru siap itu ke pelabuhan," kata Darren.

"Nanti kita berhenti sebentar di perhentian area wisata gua monyet itu dulu, Ce. Papa mau ke toilet."

"Aku juga mau!" Mikhaila bersuara. "Kebelet."

"Okay!"

Karena berhenti sebentar, maka mobil Quin jadi di urutan terakhir. Tidak masalah, karena mereka bukan lomba balap.

20 menit berjalan, mereka tiba di restoran HK yang dijanjikan sesuai jadwal.

"Mana mobil mereka?" tanya Quin bingung memarkirkan mobilnya ke pinggir lebih dulu.

Darren sendiri tampak bingung. "Loh? Mobilnya mana?"

"Itu ada pajero plat KL rombongan kita di belakang," kata Quin melihat melalui kaca spion.

"Bukannya kita janji di sini, Pa?" tanya Sabella mengingat jadwal mereka di grup.

"Iya. Tadi katanya makan siang di sini. Biar Papa turun coba cek sebentar."

Ternyata, mobil lainnya termasuk pajero yang tadi di belakang mobil Quin itu sudah lanjut jalan lurus menuju kafe Binanga yang lokasinya ditengah aliran sungai yang sangat jernih dan sangat dangkal.

"Jadi kita kemana dong?" tanya Quin yang bingung.

Quin bingung, ayahnya lebih bingung lagi.

"Di belakang kita ternyata masih ada 1 mobil lagi dan akan berhenti di sini. Papa biar menunggu di sini saja. Kalian pergilah dulu ke pajaknya. Kan Mikhaila mau beli tas katanya. Papa di sini saja tunggu," kata Darren yang kebetulan memang berteman baik dengan pemilik restoran HK ini.

"Oh, okay." Quin mengangguk paham.

"Nanti setelahnya balik lagi ke sini baru nanti kita pikirin mau ikut yang lain atau langsung ke pelabuhan."

"Okay, Papa."

***

Tidak lama bagi Quin bersama ibu dan adiknya untuk belanja, karena hanya membelikan tas rotan untuk Mikhaila yang miliknya sudah rusak.

Saat mereka kembali ke restoran ayahnya berada, Quin bisa melihat ada 4 orang lain yang sudah ada di sana beserta bungkusan makanan memenuhi meja.

"Sudah dapat?" tanya Darren menyambut mereka di luar restoran.

"Nih~!" Mikhaila dengan semangat menunjukkan tas barunya pada Darren dengan sombongnya.

"Ya sudah. Disapa dulu teman-teman Papa. Mereka bukan hanya teman, sahabat baik Papa. Tapi Cece belum pernah ketemu. Mikhaila yang sudah pernah, tapi masih kecil."

Quin dan Mikhaila yang memang besar di keluarga sopan santun, mereka berdua menyalam dan mencium tangan sahabat Darren.

"Halo, Uncle. Halo~ Halo~"

"Wah~! Anak gadismu cantik semua, Darren. Nikmat ya hidupmu!" kata Daniel memandang kagum Quin dan Mikhaila yang bak anak kembar, sama-sama pakai baju putih berbeda motif dan celana pendek (hotpants) hawaian.

"Anakmu sudah besar sekali, Ren!" Ethan berkata.

"Cantik-cantik sekali ya anak si Darren ini," puji Leo segera menyervis Quin, Mikhaila dan Sabella dengan makanan yang sudah mereka beli.

(not) A Sugar B. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang