🍓🍓🍓🍓🍓

198 11 0
                                    

Hari ke-2, mereka akan mengunjungi sebuah taman wisata terkenal nan viral, Bukit Sibea-bea yang memiliki patung Yesus dan spot foto yang cantik.

Paginya usai sarapan, ke-8 mobil lainnya lebih dulu pergi meninggalkan keluarga Darren.

"Kalian pergilah lebih dulu. Anakku masih mau makan dan anakku juga sudah tahu jalan ke sana." Begitulah kata Darren pada rombongannya.

Orang yang ditunggu, Queenaia, masih asyik makan sarapannya setelah selesai mandi dan membenahi dirinya.

"Ini terlalu enak!" gumam Quin makan dengan santai menghadap Danau Toba.

Mikhaila mengangguk membenarkan. "Memang enak. Tapi, Ce. Itu cuman popmie padahal. Makannya menghayati banget."

"Bawa mobil butuh tenaga. Hari ini perjalanannya panjang," jawab Quin tenang.

Yang lain berangkat jam 8, keluarga Darren baru berangkat jam 08.30.

"Ayolah. Kita santai saja. Aku rasa kita yang pertama tiba. Jalan ke sana itu, membingungkan. Aku rasa lagi pasti ada yang nyasar nanti," kata Quin menjalankan mobilnya dengan kecepatan rata-rata.

"Kalau ada yang nyasar, ya diarahin dari telepon. Tidak mungkin dijemput. Nanti jadi sama-sama nyasar."

Ucapan Quin, firasat Quin, benar. 125 menit kemudian, mobil putih HR-V terbaru milik Quin terparkir lebih dulu di parkiran tujuan wisata pertama mereka ini.

"Kalau tadi kita taruhan, pasti aku menang. Kita duluan sampai," celetuk Quin berdecak sesal.

"Pasti pada lomba lagi tuh," balas Mikhaila.

"Yuk, turun! Fotoin Mama, Mei," kata Sabella diangguki Mikhaila.

Mikhaila sangat suka dengan photography. Dia memiliki kamera sendiri untuk menangkap seluruh momen liburan dan wajah keluarganya.

Quin melihat ayahnya yang sibuk menghubungi rombongannya, melihat ibu dan adiknya sibuk foto-foto, Quin melemaskan badannya tetap di mobil. Dia malas keluar karena sebenarnya Quin sudah pernah datang ke sini bersama keluarganya.

Hampir 10 sampai 15 menit menunggu, baru rombongan itu datang.

"Selamat datang~" monolog Quin lega akhirnya rombongan itu tiba dan tidak nyasar lagi.

Quin melihati rombongan yang turun dari mobil mewah mereka dengan dress code yang manis, polo shirt warna dusty pink.

"Gemes!" geram Quin melihat yang laki-laki mengenakan warna pink dengan badan tegap mereka, ada yang dengan perut besarnya khas orang tua, ada yang wajahnya garang, tapi pada pakai warna pink.

Yang tampan itu ayahnya dan seorang lagi. Aldrian. Tampan dengan setelan santai. Baseball cap merek Dior warna hitam polos dengan corak khas Dior-nya, kacamata hitam bertengger di hidung mancungnya, polo shirt warna dusty pink, jogger pants hitam Nike dan sepatu Nike Air Max warna putihnya.

"Wow! Tampan!" gumam Quin kagum dengan Aldrian yang terlihat sangat tampan, tegap, bugar di usia yang sedikit berumur ini. Di antara semua rombongan reuni, Aldrian seperti anak muda yang nyasar di kumpulan sekolah orang tua.

"Sungguh! Aku memang sudah gila!" gumam Quin mengembalikan akal sehatnya dan menyusul keluar.

"Darren! Anak-anakmu luar biasa cantik!" seru seorang diikuti yang lain saat melihat Quin yang baru mereka lihat hari ini.

"Tadi yang 1 cantik, yang ini cantiknya sangat."

"Kubawa pulang 1 ya, Ren! Yang besar ya!"

"Aku harus foto dengan anak Darren ini. Cantik-cantik semua!"

(not) A Sugar B. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang