🧁🧁🧁🧁🧁

140 8 0
                                    

Disambut dengan rombongan mobil hitam mewah, mereka menaiki mobil yang terletak di tengah, Lexus LM 350 mencapai 3 miliar.

Di depan ada 2 mobil pengawal, Marcedes-Benz G Class dan Land Cruiser J200. Lalu di tengah ada mobil Lexus Aldrian. Di belakang juga ada 2 mobil pengawal lagi, Toyota Fortuner dan 1 mobil Marcedes-Benz G Class lagi.

"Lapar, sayang?" Quin mengangguk dengan bibir mengerucut.

"Quin lapar, Dad. Quin pengen makan. Kita makan ya?" pinta Quin memelas.

Karena kursi penumpang yang 1 per 1, bentuk captain seat yang mempunyai personal space, Aldrian mengangkat Quin dari kursinya, untuk duduk di pangkuannya.

"Oh blimey!" pekik Quin kaget, memukul pelan lengan Al yang memeluk pinggangnya.

"Quin kaget!" kesalnya memicingkan mata.

Aldrian tertawa. "Siapa suruh menggemaskan gitu! Jadi mau makan apa, hm?"

Quin melupakan kesalnya dan memikirkan makanan. "Makan apa ya?" monolognya mengusap lengan Al yang tadi Ia pukul, padahal tidak berasa apapun untuk Al.

"Di sini makannya apa, Dad? Quin kurang tahu," gumamnya menggaruk kepalanya yang tak gatal.

Terakhir kali Quin ke Jakarta itu waktu SD kelas 5. Dan dia sudah melupakan segala sesuatunya yang ada di Jakarta termasuk makanan dan tempat apa saja yang pernah mereka kunjungi.

"Makan seafood mau?" tawar Aldrian dengan makanan kesukaannya Quin.

Quin tentu mengangguk semangat. "Mau! Quin mau udang mentega telur, cumi goreng, ikan bakar, kepiting, kangkung, brokoli, ayam saus thailand. Oh my God! Itu pasti enak!"

"Jerry, kau mendengarnya bukan?"

"Dengar, Tuan. Akan saya atur, Tuan dan Nona bisa langsung menikmatinya nanti," jawab Jerry, pengawal setia dan merangkap sebagai tangan kanan Aldrian, selalu mendampingi dan menjaga tuannya.

"Jerry, jangan lupa juga untuk memesan banyak, untuk kalian juga. Jangan hanya untukku dan Daddy. Kita makan sama-sama dengan yang lain juga," kata Quin pada Jerry yang sudah Ia kenal dari kemarin.

"Terima kasih, Nona. Maaf untuk menolak, tapi kami-"

"Lakukan saja, Jer," sela Al melihat wajah Quin yang sudah berubah saat mendengar penolakan Jerry.

"Baik, Tuan, Nona."

"Taoge gak mau, sayang?" Al kembali menanyakan.

Quin menyengir menggeleng. "Emm... Quin tidak suka makan taoge, Dad."

Al kaget. "Oh, maafkan Daddy, sayang. Kita tidak akan makan taoge."

"Tapi kalau Daddy mau makan, boleh, Dad. Quin hanya tidak bisa makan, bukan tidak bisa lihat taoge."

Aldrian menggeleng. "Tidak usah, sayang. Kita makan kangkung dan brokoli saja sebagai sayurnya."

Quin balik menggeleng. "No, no, no. Jerry?"

"Iya, Nona."

"Apa Tuanmu ini suka makan taoge?" tanya Quin menutup mulut Al agar tidak mengeluarkan suara apapun yang bisa membuat Jerry tidak menjawab.

"Benar, Nona. Tuan Al suka makan sayur taoge," jawab Jerry membuat Quin puas.

"Okay! Jangan lupa pesan taoge juga ya."

"Baik, Nona."

Quin terkekeh memeluk leher Aldrian. "Sudah Quin pesan, jangan sedih ya, Daddy."

Aldrian tertawa mencium kening Quin, menahan tubuh Quin yang hendak beranjak dari pangkuannya. Quin pun mengalah dan menikmati perjalanannya ini.

(not) A Sugar B. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang