Part 7

519 43 2
                                    

Pukul empat pagi menjelang fajar berganti, sebentar lagi para kuli dan kontraktor akan mulai berdatangan. Seorang penjaga gerbang proyek menyapa pak tua yang baru datang dengan bersemangat di pagi buta. Walau mengantuk, ia masih berjalan bugar dengan membawa dua cangkir kopi.

"Wahh Sunbaeniem.. Bukankah kau terlalu kepagian ?" Tanya penjaga itu pada pak tua.

"Aaahh iya aku sengaja datang lebih awal, karena harus memindahkan bahan baku keatap gedung dengan krane. Kepala proyek memintaku menyelesaikan pemindahan barang sebelum tukang memulai pekerjaan."

"Jadi terpaksalah aku datang pagi-pagi begini, walau sudah renta kita harus tetap mencari uang bukan ?" Guyon pak tua itu.

"Nde, Sunbaeniem. Kau benar, uang tidak akan pernah datang dengan sendirinya jika tidak kita yang cari"

"Ahh ngomong-ngomong aku membawakan kopi juga untukmu, kau pasti lelah setelah berjaga semalaman" Kata pak tua itu sambil memberikan secangkir kopi hangat itu pada pria muda penjaga proyek.

"Terima kasih Sunbaenim ! Kau adalah orang yang sangat baik" Pria muda itu mengambil kopinya.

"Kalau begitu, aku pergi dulu ya. Aku harus bergegas untuk bekerja"

"Nde- Nde Sunbaenim, berhati-hatilah saat bekerja" Kata pria muda itu memberi semangat. Sambil berjalan pak tua melambaikan tangan, ia pun bergegas menuju gedung apartemen yang masih dalam pekerjaan, menaiki lift hidrolik untuk mencapai atap. Disanalah kemudi crane berada, diatap tertinggi bangunan ini. Ketika sampai dilantai 49, pak tua itu langsung terperanjat. Ia memekik histeris, kopi ditangannya langsung jatuh kelantai.

"AAARRGGGHHH !! ADA MAYAAT !!"

Pekik pak tua menggema kelangit, bahkan penjaga proyek yang sedang membuka gerbang langsung menengadah melihat ke atap gedung paling tinggi.

"Ada mayat !!!! Tolong !!!!! Ada mayat tergantung di crane !!!!" Pria itu histeris, ketika diujung lengan crane yang tinggi tergantung dua mayat yang tidak berpakaian sedikitpun. Tubuh mereka menempel tak bisa dipisahkan, darah mengalir dan menetes dari ujung jari kakinya. Seperti dua ikan yang masih berdarah lalu dijemur dengan pengait diatas ketinggian.

"Sunbaenim !!!" Penjaga proyek itu langsung bergegas menyusul pak tua yang berteriak.

***

Jennie POV

Ban mobil berdecit, aku berhenti mendadak. Kami terkejut saat melihat proyek pembangunan Apartemen Omega ramai dikerumuni orang. Disaat bersamaan beberapa mobil bersirine juga menepi. Petugas turun mengatur kerumunan, sedangkan Lisa dan aku langsung menerobos lapisan manusia.

"Minggir kami polisi, tolong beri kami jalan" kataku pada seorang wanita yang juga berada didalam kerumunan. Memperlihatkan padanya name tag kepolisian yang aku punya.

"Kyongchalniem, ada mayat tergantung di crane" Orang-orang disana memasang raut wajah yang penuh kekacauan.

"Anda tenang saja, kami akan mengurusnya" aku langsung bergegas berlari menuju gedung dan mencari lift hidrolik untuk mencapai puncak gedung."

Berdiri dengan Lisa didalam lift yang terus menuju keatas. Aku mengencangkan rahang lalu meremas ujung pakaianku dengan kuat, bukan karena takut ketinggian melainkan aku takut jika semua yang aku pikirkan benar terjadi. Bagaimana jika mayat yang berada di crane itu benar Walikota ? Bagaimana jika Trapper sudah menyelesaikan nyawa Walikota Jamsil ?

Jika iya, itu artinya aku adalah pemicu dari semua ini. Akulah penyebabnya. Menjadi alasan kenapa Trapper begitu semangat untuk bermain karena aku yang memancing permainannya. Apa yang dikatakan oleh pembunuh gila itu ternyata benar, semakin aku mengejarnya maka semakin banyak nyawa yang akan ia jatuhkan. Pikiran yang seperti ini membuat tanganku dingin, punggungku terasa beku seperti es, dan pusing pun melanda tiba-tiba. Stres, hingga aku tak bisa sekedar berdiri lurus, terhuyung pada badan tinggi Lisa yang sedang berdiri disebelahku.

THE TRAPPER [EBOOK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang