Lisa POV
Aku menyingkirkan selimut tebal yang berada diatasku, pertama kali aku membuka mata disambut oleh air purifier yang mengeluarkan uap, serta sebuah vas bunga tulip putih diatas meja. Yang jelas aku tau persis sekarang jika aku tidak berada di laboratoriumku. Aku pun mencoba duduk, termenung dipinggir ranjang sejenak karena kepalaku begitu pusing untuk bangun. Ketika aku perhatikan kedua lenganku sudah mengenakan pakaian yang berbeda. Sebuah kemeja lengan panjang yang aku tau itu bukan pakaianku terakhir kali.
"Selamat pagi" Sapa hangat dari seorang gadis padaku sambil membawakan secangkir teh diatas nampan.
"Aku membuatkanmu teh dan juga membeli sandwich untuk sarapanmu. Kamu harus makan sesuatu karena nyaris dua hari kamu tertidur"
Aku tidak menjawab. Jennie lalu mendekat, dia meletakkan teh itu dipinggir nakas lalu ia duduk disebelahku. Tak ragu ia menyingkirkan rambut didahiku lalu meletakkan telapak tangannya disana. Aku terkesiap. Sejak kapan gadis ini begitu lancang.
"A- Apa yang kau lakukan ?" Tanyaku padanya dengan kaku.
"Ahh syukurlah panasmu sudah hilang" Katanya.
Aku hanya menatapnya kaku. Karena tak menyangka wanita sekejam Kim Jennie bisa memperhatikanku dengan baik. Bukankah sebelumnya dia tak peduli dengan meninggalkanku begitu saja kemarin hari.
Aku lekas memegangi pergelangan tangannya. Menjauhkan tangannya yang menyentuh wajahku begitu saja. "Maaf, bukankah kau seharusnya tak begini Jennie Sii ?" Tanyaku padanya dengan sinis.
Wajar bukan, disini aku berhak untuk menolak dirinya setelah apa yang dia lakukan padaku malam itu. Tidak berguna bagiku rasa bersalahnya sekarang. Jennie terdiam, benar seperti dugaanku rasa bersalah itu terpancar dari wajahnya sekarang.
"Aku tidak suka jika seseorang menyentuhku tanpa izin !"
"Bianne.. Lisa ya"
"Aku hanya mengkhawatirkan keadaanmu saja"
"Khawatir ? Seharusnya kau berpikir begitu sebelum kau meninggalkanku sendirian malam itu" Kataku.
"Kalau khawatir sekarang sudah terlambat. Mau bagaimanapun keadaanya sama, kau sudah menjadi alasan kenapa aku hampir diperkosa"
Aku pun bangkit dari kasur, ketika kedua kaki ini berdiri seutuhnya diatas lantai membuatku berdecih. Melihat pantulan diri sendiri didepan kaca. Hanya menggunakan sebuah kemeja besar yang aku rasa model kemeja ini untuk pria dengan tersisa celana dalam saja. Apa saja yang dilakukan gadis ini ketika aku tertidur pulas.
"Ah, maafkan aku. Aku terpaksa mengganti pakaianmu karena semalam kamu demam tinggi dan bajumu basah oleh keringat"
"Aku juga tak punya pilihan lain, pakaianku tak muat denganmu, kekecilan. Jadi aku membelikanmu kemeja pria, karena aku rasa itu sesuai dengan tubuh tinggimu" Kata Jennie.
"Kalau begitu kembalikan celanaku"
Jennie-pun mengambilkan pakaianku, dari sudut mata aku tahu Jennie memperhatikanku sedari tadi saat berganti pakaian.
"Kamu mau kemana ?" Tanya Jennie lagi.
Ada apa dengan gadis ini. Kenapa dia selalu memanggiku "Kamu" tak seperti biasa, dia biasanya lebih dingin bahkan bersikap formal.
"Keruanganku, kemana lagi jika bukan ke laboratorium. Pekerjaanku menunggu, bukankah mayat Walikota Seungri sudah diamankan ? Itu artinya aku akan sibuk sekarang" Jawabku ketus pada Jennie.
Aku meletakkan kemeja putih yang tadi aku pakai diatas meja setelah mengenakan pakaianku kembali.
"Terima kasih Jennie Sii, lain kali aku akan berusaha untuk tidak merepotkanmu lagi" Kataku lagi dengan pedas dan menyindir, sebelum pada akhirnya memutuskan untuk meninggalkan ruangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE TRAPPER [EBOOK]
Mystery / ThrillerKisah Ini bermula dari seorang gadis bernama Kim Jennie dipaksa pulang oleh ayahnya sendiri yang merupakan seorang Jenderal Polisi untuk kembali Ke Korea Selatan agar menjadi seorang detektif yang mengusut kasus pembunugan berantai "Pasangan Gelap"...