Jennie meringis, ia berusaha menahan suaranya agar tidak terdengar mencurigakan. Ia menengadah, menahan desahan yang hampir meledak tiap Lisa mencumbu pangkal lehernya. Bersusah payah menjauhkan telepon, sedangkan tubuhnya terus didesak oleh Lisa didalam mobil yang sempit. Jennie menahannya dengan menggigit bibir sedangkan ibunya masih berbicara disambungan telepon. Sifat keibuan Nyonya Kim tak henti mengkhawatirkan anak-anak itu, ketimbang dengan dirinya sendiri yang terluka pasca penculikan.
"Gerae eomma. Eomma tenang saja, jangan khawatirkan tentang makanan, aku akan memasaknya nanti dengan Lisa."
"Kalian jangan bertengkar ya dirumah. Akur-akur lah, aku berharap aku bisa pulih dengan cepat dan mengurus kalian dirumah"
Tentu mereka sangat akur sekarang, saking akurnya Jennie membiarkan Lisa mencumbu tubuhnya. Tangan gadis itu sudah kemana-mana. menyibak rambut sebahu Jennie, lalu menghisap lehernya hingga memerah, jemarinya piawai melepas dua kancing teratas kemeja Jennie. Menyentuh dadanya dengan lembut, sambil mengelus bagian sensitif yang membuat Jennie menggeliat. Sebelah tangannya sudah menyelinap kedalam baju, menggelitiki pucuk dada Jennie yang rasanya ngilu bercampur geli, agaknya ia butuh seseorang untuk menghisap disana segera. Namun selesaikan dulu panggilan telpon ini, malah Lisa curang memulainya dengan tidak sabaran.
Damn it Lisa !
Jennie makin menggigit bibir bawahnya. Sebelah kemejanya menurun dengan tali branya yang dipeloroti. Ia tak sanggup menahan sensasi gelombang hangat yang Lisa hantarkan ketika bibir tebal itu mengecup kulit dadanya.
"E-eo-omma.. sepertinya aku harus buru-buru, ada pekerjaan yang menungguku. Aku tutup dulu ya." Jennie menutup teleponnya. Ia lekas menahan bahu gadis dengan gaya tak sabaran itu sebelah tangan.
"Hey.. Kau tak bisa menunggu ?"
"Aku hampir kelepasan"
Sikap Jennie berbeda jauh. Kali ini dia begitu lembut, menangkup pipi Lisa dengan sendu dan pipi merahnya. Redup mata bahwa ia juga menginginkan itu dari Lisa, keinginan untuk dicumbu oleh gadis ini.
"Tidak, aku tidak bisa menunggu. Aku sudah tidak tahan"
Iblis mana yang sudah merasukinya, Lisa kembali meraih tengkuk Jennie lalu melumat bibirnya, mengajak Jennie bergumul lumatan panas. Pergelutan lidah yang berdecak, ciuman rakus yang menginginkan lebih satu sama lain tanpa membiarkan Jennie menjawab.
Tangan Jennie yang awalnya menahan bahu Lisa kini beralih melingkar indah dilehernya. Ia membalas pagutan bibir sensual yang melumat, mengemut lidah Bruschweiller yang bertandang kedalam mulutnya. Membiarkan Lisa merasakan gelombang hangat itu melalui lidahnya. Lisa ingin melucuti semua pakaian Jennie saat ini juga, ia melanjutkan membuka kancing kemeja Jennie yang masih tersisa. Berniat menyingkirkan pakaian gadis itu segera.
Jennie menahan, lalu menutup pagutan mereka dengan mencium lembut bibir Lisa. Wajah Lisa memerah dan matanya terlanjur mengemis. Menatap kosong, kenapa Jennie menghentikan aksinya.
"Hey, slowly .."
"Aku tak mau melakukanya disini"
Lalu Jennie menuntun Lisa. Masih dihalaman rumah mereka sudah kembali berpagutan. Langkah demi langkah yang buta menuju pintu, saling dorong hingga sampai kedalam rumah. Jennie pasrah, didesak oleh tubuh tinggi Lisa yang mengukuhnya dengan mudah. Tak peduli dengan kepala belakang yang membentur kepintu. Yang ada dipikiran mereka sekarang hanya tentang menyelesaikan hasrat yang diujung tanduk.
Vas bunga diatas meja bergelinding hingga pecah kelantai, saat tubuh Jennie diantarkan Lisa keatas meja makan dengan terburu-buru. Dua orang itu tak peduli, mereka hanya sibuk dengan lumatan bibir dan permainan lidah. Decapan ciuman yang menguar keseisi rumah yang tidak ada orang.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE TRAPPER [EBOOK]
Mystery / ThrillerKisah Ini bermula dari seorang gadis bernama Kim Jennie dipaksa pulang oleh ayahnya sendiri yang merupakan seorang Jenderal Polisi untuk kembali Ke Korea Selatan agar menjadi seorang detektif yang mengusut kasus pembunugan berantai "Pasangan Gelap"...