Everligh 02. Terlambat

8.7K 595 20
                                    

◕𝐇𝐚𝐩𝐩𝐲 𝐑𝐞𝐚𝐝𝐢𝐧𝐠◕


Brak!

Jantung Jarrel mencelos melihat tubuh pucat istrinya yang terbaring lemah diatas brangkar, beberapa suster hendak menutup wajah cantik itu dengan kain putih.

"STOP! APA YANG KALIAN LAKUKAN PADA ISTIRKU HAH?!!" Jarrel berlari ke arah mereka lalu mendorong tubuh para suster itu hingga terjatuh. "MENJAUH DARI ISTIRKU SIALAN! TIDAK BOLEH ADA YANG MENUTUP WAJAH CANTIK ISTRIKU!!!"

"T-tapi Tuan Jarrel, Nona Asteria sudah dinyatakan mening-"

"GAK! JANGAN MENGUCAPKAN KATA SIALAN ITU ISTRIKU MASIH HIDUP!!! DIA TIDAK AKAN MENINGGALKAN KU! ISTIRKU MASIH HIDUP!!!" para Suster itu langsung menunduk takut melihat tatapan tajam Jarrel.

Pria itu beralih menatap wajah Istrinya dengan lembut penuh kesedihan, perlahan tangannya mengelus pipi tembam Asteria yang kini tak memunculkan rona kemerahan yang selalu menjadi candunya.

"Asteria, sayang hei... Bangun ya, aku udah ada disini masa kamu tidur terus. Kamu sayang aku kan?" Jarrel mengecup pipi istrinya berulang-ulang. "Makannya bangun ya... Aku udah ada disini buat kamu loh, aku bakal jagain kamu duapuluh empat jam nonstop dirumah sakit ini. Oh, iya. Tadi Caka nitip salam buat kamu sayang, aku mau jujur kalo aku cemburu banget waktu dia bilang kamu cantik... Kan seharusnya yang bilang itu cuman aku gaboleh orang lain!"

Daisy, maupun semua orang yang ada disana menahan pilu melihat semua yang dilakukan dan diucapkan Jarrel tanpa ada balasan dari Asteria.

"Hiks... Aku gagal, aku gagal sebagai ibunya, Asteria anakku sudah tiada!" Aaron memeluk tubuh bergetar Daisy ke dalam dekapan hangatnya.

Sementara Daisha sudah meraung pilu di dekapan Aster, pria itu mengepalkan tangannya dengan mata memerah.

Jarrel mengelus rambut Asteria dengan setitik cairan bening yang meluncur indah dari mata sembabnya.

"Bangun sayang... Aku belum pernah wujudih permintaan kamu waktu itu loh, kamu mau ke pulau Gili Kan? Setelah kamu bangun aku janji bakal ajak kamu liburan sekaligus Honeymoon kesana... Hihi kita kan gapernah Honeymoon ya? Tidur aja aku yang pisahin jadinya gapernah meluk kamu," lirih Jarrel masih mempertahankan senyum getirnya.

"Kesalahan aku sebesar itu ya sampe kamu ga mau bangun? Sayang boleh ko hukum aku, cambuk aku kaya yang selalu aku lakuin ke kamu. Aku benar-benar gila padahal kamu gapernah buat masalah didepan aku, Maaf ya sayangnya Arrel. Sayang sekarang bebas panggil aku kaya gitu, aku suka banget dengernya. Jantung aku selalu berdetak cepat kalo denger dari suara manis kamu, seakarang aku pengen denger lagi... Ayo panggil aku Arrel sayang."

Jarrel mengecup lengan pucat Asteria berkali-kali lalu mengusapnya lembut seakan-akan Asteria adalah benda rapuh yang perlu ia jaga.

"Caka bener, bodoh banget aku sia-siain istri sebaik kamu. Berlian kaya kamu emang gapantes buat sampah kaya aku ya, Ih. Sayang aku mau jawab yang waktu itu bangun dulu dong..." Jarrel meletakan kepalanya diatas dada perempuan itu.

Hatinya semakin tersayat saat tak mendengar detak sumber kehidupan didalamnya.

"Aku...Aku juga cinta Asteria, sangat Cinta Asteria. aku udah ucapin jawaban yang kamu tunggu-tunggu itu, dan sekarang aku cuman mau kamu bangun doang. Ya, bangun ya sayang..." bisiknya mengecup rambut Asteria.

"SUDAH CUKUP!!!" Aaron menarik kerah belakang Jarrel lalu menghempaskan nya ke lantai dengan keras. "AKU TIDAK AKAN SUDI BAHKAN UNTUK MELIHAT WAJAH BAJINGANMU MENDATANGI MAKAM PUTRIKU SEKALIPUN!!! AKU TIDAK AKAN MENGIZINKANNYA BANGSAT!!!"

EVERLIGH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang