Everlight 13. My cat is scared!

4.2K 459 59
                                    

◕𝐇𝐚𝐩𝐩𝐲 𝐑𝐞𝐚𝐝𝐢𝐧𝐠◕


Dengan langkah sedikit terseok-seok, Asteria berlari menjauhi tempat barusan bahkan ia merobek-robek sticky note dari pria asing misterius itu.

Matanya terus menoleh kebelakang berharap pria itu tak melihat atau mengejarnya, bersyukur karena tak mendapati pria misterius diantara lalu lalangnya para pasien.

Tidak, aku tidak ingin berurusan dengan pria misterius itu. Yang harus kulakukan sekarang adalah mengadukannya pada Papah dan Papih, batinnya terus berceloteh mencoba menyakinkan diri dan menghalau rasa takut itu.

Suara pintu yang dibuka cukup keras menyedot perhatian beberapa orang di ruangan Sagra.

"Kamu kenapa sayang? Ko mukanya tegang gitu ada yang buat kamu takut?" Daisy angkat bicara begitu melihat deru nafas tak normal serta peluh dipilipis Putrinya.

Baru hendak membuka mulut, Asteria dikejutkan dengan kedatangan Jarrel yang duduk disebelah Aaron, mata pria itu menilik nya lekat dan jujur itu membuat spekulasi negatif Asteria muncul.

Namun melirik sepatunya yang berwarna hitam pekat kembali mengubur rasa curiga Asteria.

"Asteria?" tegur Aster membuatnya mengerjap. "Ada apa? Bicara."

"Tidak... Tidak ada apa-apa Pah aku hanya takut Sagra menunggu terlalu lama," Sagra terkekeh pelan lantas mengkode Asteria untuk duduk disebelahnya. "Mmm... Sejak kapan dia berada disini? Dan dimana Mommy Angel juga Daddy Louis Bun?"

"Astaga bertanyalah satu-satu Sayang," Asteria hanya menyengir mendapati teguran Aaron. "Pas sekali setelah kamu pergi Jarrel datang kesini, dia juga ikut melihat keadaan Sagra."

Asteria melirik lagi Jarrel yang memasang wajah datar andalannya sebelum menyibukan diri dengan membuka ponsel, entah kenapa Asteria masih takut melihat pria itu setelah kejadian kemarin.

"Mommy dan Daddy pergi sebentar keruangan Dokter untuk berbicara perihal keadaanku," jawab Sagra sebelum mengambil lengan Asteria dan mengecupnya halus. "Tidak perlu mengkhawatirkan ku secara berlebihan seperti itu Asteria, pangeran mu ini kuat."

Asteria tersenyum manis begitupun dengan orang tuanya yang mengabadikan momen romantis anaknya didepan mata, namun kehangatan itu tiba-tiba hilang begitu suara ponsel seseorang terjatuh berbarengan kala Asteria hendak mengusap lengan Sagra.

"Ah... Maafkan aku, tanganku terlalu licin untuk memegang ponsel ini," ujar Jarrel memperlihatkan raut biasanya sambil memegang ponsel berharga jutaan itu yang sudah hancur bahkan terbelah layarnya.

Entah ini hanya perasaanku atau memang itu bukanlah ketidak sengajaan? Bagaimana bisa ponsel itu hancur hanya karena terlepas dari tangan kebawah lantai yang jaraknya dekat seperti itu jika bukan dibanting secara sengaja? Batin Asteria.

"Yaampun sayang sekali ponselmu kan untuk bekerja, lantas bagaimana jika nomer penting disana terhapus semua?" Daisy menyayangkan, Jarrel tersenyum tipis bahkan amat tipis hingga hanya sudut bibir sebelahnya saja yang terangkat.

"Aku bisa membelinya lagi, dan... Apakah Asteria bisa menemaniku membeli ponsel disekitar sini Bunda?" mendengar suara dalam Jarrel yang melirik nya dalam tak bisa dipungkiri membuat Asteria membulat.

"Itu bagus kalian jadi bisa mengakrabkan diri seperti dulu lagi, Bunda ingat dulu kamu begitu antusias saat mengajak Jarrel bermain Asteria," Daisy tersenyum lain hal dengan Asteria yang tanpa disadari mengeratkan lengannya pada Sagra.

"A--aku tidak bisa... Aku harus menemani Sag-"

"Apa? Kenapa reaksimu begitu berlebihan Asteria? Padahal aku hanya ingin diantar membeli ponsel sebentar saja, ayolah. Aku orang baru disini jadi tidak terlalu mengetahui tokonya dimana. Lagipula benar apa yang dikatakan Bunda, temani aku sebentar untuk mengenang masa kecil kita," potong Jarrel terdengar sekali seperti nada pemaksaan ditelinga Asteria.

EVERLIGH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang