Everligh 05. Akhir untuk Awal

6.9K 524 21
                                    

◕𝐇𝐚𝐩𝐩𝐲 𝐑𝐞𝐚𝐝𝐢𝐧𝐠◕

Setelah hari-hari berlalu dihabiskan Jarrel untuk bersama Asteria, pria itu kembali pada pekerjaannya yang terbengkalai karena paksaan Caka.

Pintu gedung terbuka olehnya, semua mata pekerja disana menatap Boss mereka prihatin apalagi pria itu tampak sangat berantakan.

Sedikit lingkaran hitam dimata lelahnya, dan pakaian yang tampak dipakai sekehendak lengan saja juga rambut acam-acakan.

"Kami turut berduka cita Boss," seru mereka sembari tertunduk kala Jarrel melangkah ketengah-tengah.

Langkah Jarrel terhenti seketika, ia menatap tajam semua karyawannya.
"Apa maksud kalian? Heh? Tidak ada yang meninggal didalam keluargaku!"

Mereka tertunduk dengan wajah bingung, apakah istrinya bukan keluarga pria itu sehingga tak dianggap sama sekali.

"Tapi bukankah istri anda-"

"Diam dan lanjutkan pekerjaan kalian sebelum aku memecat kalian karena mengucapkan kata sialan itu!" tekan Jarrel diangguki semuanya.

Pria itu mulai melangkah namun sayup-sayup telinganya mendengar gunjingan mereka.

"Tuan Jarrel sepertinya mulai berhalusinasi, padahal Nona Asteria sudah dimakamkan beberapa hari lalu."

"Bukan halusinasi lagi, Boss sepertinya sudah gila. Masa istrinya udah meninggal malah dikata belum."

"Iya, benar-benar kasian. Itulah kenapa kita harus menghargai cinta seseorang sebelum seseorang itu menghilang bersama kenangannya."

Lengan Jarrel mengepal, ia akan menandai wajah orang-orang yang berucap seperti itu, seringaian diberikan bibirnya.

Jarrel berjalan kembali menuju lift, setelahnya ia keluar dari dalam sana menuju ruangannya.

Cklek...

"Turut berduka atas meninggalnya Nona Asteria, Bos, beberapa orang sudah membuat karangan bunga yang dijejerkan didepan kantor untuk-"

Sret!

Kerah Caka ditarik kuat oleh Jarrel hingga membuat pria bermata sipit itu sesak nafas.

"Berapa kali harus kukatakan kalau istriku belum meninggal! Dia masih berada didalam rumah bersamaku sialan!!!" bentaknya menghempas tubuh Caka kebelakang hingga menubruk meja kerjanya.

"Uhuk... M-maafkan saya Bos," untuk sekarang sepertinya Caka akan mengangguk saja demi keselamatan nyawanya.

"Sekarang singkirkan karangan bunga itu dan beberkan pada semua orang kalau istriku masih hidup!" tegas Jarrel diangguki Caka.

Jarrel menopang tubuh lelahnya menggunakan tangan yang kini tersampir diatas meja, pria itu menunduk membiarkan rambutnya yang mulai memanjang menutupi wajahnya.

"Caka," Caka yang baru hendak membuka knop pintu lantas berbalik kembali. "Kau benar, aku menyesal telah menyia-nyiakan istri sebaik dan secantik Asteria, aku benar-benar menyesalinya. Kau bisa tertawa sekarang."

Bukannya tertawa Caka malah berujar.
"Penyesalan memang selalu datang diakhir Bos, bukankah tidak sopan jika saya menertawai anda yang tampak berantakan seperti ini? Semoga anda cepat sadar dari halusinasi merugikan itu. Permisi."

Jarrel diam, dia tidak mengerti arti dari ucapan Caka barusan.

Beberapa menit kemudian dirinya duduk menatap layar laptop dan sesekali mengecek notifikasi dari Asteria, dimeja sampingnya juga terdapat Caka yang tengah bergulat bersama beberapa kertas didepannya untuk mengoordinasikan sistem operasi yang akan mereka tampilkan dirapat nanti.

EVERLIGH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang