Andrian melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Ia sedang khawatir sekarang namun ia tak mau membuat adeknya takut.
" maksut kakak itu siapa sih kak? Siapa yang ke rumah? "
" Melinda dia kesini tadi!! "
Kata Andrian tak tenang. Annisa hanya mengangguk. Wajah Andrian terasa sangat kawatir itu sedikit membuat Annisa cemburu. Tapi ini bukanlah waktu yang tepat untuk itu.Setelah beberapa menit akhirnya melihat punggung gadis yang ia cari. Ia segera menghentikan mobil yang ia kendarai. Ia segera menepikan mobilnya. Kemudian ia segera turun.
" Ish kakak pasti gitu! Kalau lagi sama kak Tina lupa Annisa!! "
Kata Annisa menghentakkan kakinya." Mel "
Kata Andrian membuat gadis itu terkejut. Dengan segera ia menghapus air mata yang mengalir di pipinya itu. Andrian mendekat ke arahnya. Ketika posisi mereka sudah berhadapan Tina sudah menghapus air matanya. Namun dari matanya yang memerah dan kejelasan dari tukang kebun tadi ia tak bisa menipu Andrian dengan berbagai alasan." Kenapa? hm? "
Mendengar pertanyaan itu membuat air matanya tak bisa di bendung lagi. Luruh sudah pertahanannya ia terisak di depan pria yang berulang kali menyakitinya. Andrian kemudian merogoh sakunya ia mengambil sapu tangan milik Annisa yang ia selalu bawa kemanapun ia pergi itu. Ia menghapus air mata yang mengalir di pipi sahabatannya itu." Jangan nangis Mel, kamu kenapa? "
Tanya Andrian kemudian ia masih sibuk menghapus butiran bening yang mengalir deras di pipi Tina.
" Ayo masuk mobil!! "
Katanya kemudian karena ia melihat keadaan sekitar yang sudah mulai tak kondusif. Mereka jadi tontonan para pejalan kaki.Tina mengangguk kemudian berjalan mengikuti langkah Andrian yang berjalan duluan. Ia membuka pintu bagian belakang untuk Tina. Setelah mempersilahkan Tina masuk ia ikut masuk.
" Lah kok kakak di situ sih!! "
" Iya bentar! Mau ngobrol sama Melinda dulu "
" Annisa jadi nyamuknya terussss!!! "
" Ya emang! Makanya diam! Mau tak tepuk kaya nyamuk? "
" Ish rese "
Andrian terkekeh geli melihat adeknya yang sedang marah itu. Melihat senyuman itu membuat sudut bibir Tina juga terangkat membentuk senyuman hangat.Andrian langsung menatap wajah Tina. Tina yang ketahuan sedang memperhatikan wajah Andrian itupun langsung mengalihkan pandangannya. Pipinya memanas.
" Kenapa tadi kesana terus pulang lagi"
Tanya Andrian lembut. Tina memainkan kelima jarinya gugup.
" Gue cuma mau lo anggep gue lebih dari sahabat An, tapi gue gak ingin lo anggep gue saudara..... "
Tentu saja itu terucap dalam hati Tina." Mel? "
Kata Andrian membuyarkan lamunannya.
" Melihat kalian seperti tadi gak mau merusak momen itu aja "
Andrian menggeleng terus tersenyum." Loh kak kakak pergi? Kan kakak bisa gabung dengan kita? Nanti kakak peluk Annisa aja jangan ke kak Andrian, bauk soalnya "
Kata Annisa yang langsung ikut nimbrung pembicaraan mereka. Andrian membulatkan kedua matanya." Enak aja!!kamu yang bau!! "
Kata Andrian dengan berpura pura seperti orang yang ingin muntah. Annisa merengut kesal. Tina terkekeh-kekeh. Melihat sahabatnya tersenyum membuat Andrian ikut tersenyum." Udah udah gak usah ribut. Cantiknya hilang lo "
Celetuk Tina sambil mencubit pipi Annisa pelan.
" Cantik banget sih...... "
Puji Tina membuat Annisa tersenyum senang." Cuma Annisa saja nih yang di puji? "
Tina mengangguk tanpa mengalihkan pandangannya. Membuat Andrian itu mengerutkan bibirnya.
" Ya udah!! "
Katanya kesal kemudian keluar dari mobilnya untuk duduk kembali di kursi pengemudi." Mau di puji juga? "
Tanya Tina dengan senyuman lebarnya.
" Gak ah! Basi!! "
" Cowok kok ngambek an hahahhaha"
Kelekar Annisa kemudian membuat mereka tertawa kompak. Andrian hanya menatap malas mereka kemudian melajukan mobilnya." Kak Tina jangan senyum terus kenapa sih? "
" Kenapa? "
Tanya Andrian serta Tina berbarengan. Andrian terkekeh membuat Tina makin salah tingkah dan wajahnya bersemu merah." Cie kompak an hahhaha "
Tawa Annisa menggelegar.
" Kak Tina saltong ya??? "
" Salting woy sejak kapan jadi saltong"
Ujar Andrian merasa kesal dengan adeknya yang suka memplesetkan kata kata.Annisa tertawa ngikik.
" Jadi kenapa aku gak boleh ketawa? "
" Kakak manis bikin Annisa insecure "
Kata Annisa jujur membuat Tina mengerutkan dahinya.
" Jangan insecure gak baik, baiknya banyakin bersyukur "
Ungkapnya membuat Annisa maupun Andrian tersenyum." Assalamualaikum "
Salam mereka kompak kemudian menyalimi tangan Erika secara bergantian.
" Kenapa tadi balik? Nangis lagi "
Tanya Erika pada Tina. Tina menggaruk belakang telinga nya yang tak gatal." Nggak apa-apa tante, tadi tu hm Tina gak enak aja ganggu waktu kalian, terus masalah nangis itu keinget bunda saja tiba tiba kangen gitu. Kangen ayah juga mau ziarah pun jauh "
Erika yang melihat raut wajah Tina yang terlihat sedih setelah menyelesaikan penjelasan nya itu pun menepuk pundak Tina pelan." Diminum dulu kak "
Kata Annisa menyuguhi lemon tea kepada Tina. Tina tersenyum kemudian meminum pemberian Annisa.
" Kok rasanya aneh ya Sa? "
Melihat ekspresi wajah Tina itu membuat Annisa langsung menyicipi lemon tea yang ia buat sepenuh hati itu.Baru satu cegukan itu membuatnya heboh.
" Kak Andrian!!!! Air ambilin air!!! "
" Eh eh eh iya iya iya "
Andrian pun ikut gugup dan panik. Ia mengambilkan air segelas. Annisa meneguknya hingga tak bersisa. Ia tersenyum ketika rasa aneh di lidahnya itu hilang. Annisa terkekeh ketika melihat ketiga orang di depannya itu melongo meminta penjelasannya padanya." Hehehe MAaf ya kak kayanya ini salah masukin garam "
" Pantesan aneh banget rasanya "
Keluh Tina. Semuanya tertawa setelah itu Annisa pun hanya ikut tersenyum lebar." Kenapa kakak gak bilang kalau pulang? "
" Mau bilang sih sebenarnya tapi kakak kan ngurus perpindahan kampus terus ngurus kerja kuliah yang tertinggal "Annisa mengangguk. Andrian yang tadi sempat izin ke belakang itu sudah kembali ke depan dengan teh hangat.
" Minum teh hangat aja ya. Pasti kamu sekarang trauma sama lemon tea kan? "
Kelekar Andrian membuat Annisa cemberut. Mereka tertawa bersama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Azzalea
Teen Fiction" mencintainya membuat aku lupa akan rasa sakit yang pernah ku dera namun semua luka ku yang tertera itu bagian dari kehadirannya " Andrian Zakky Alfarezi " tak pernah aku sesali apa yang sudah terjadi walaupun setiap namamu ku renungi butir bening...