27. kecewa

13 2 0
                                    

Andrian mendekat ke arah dimana Azzalea meringkuk di pojok ruangan. Melihat Azzalea yang menangis dengan tubuh bergetar hebat. Ia menyesal karena datang terlambat menyelamatkan Azzalea.
" Pergi tolong pergi "
" Zza "






Brakkk!!!. Pintu terdobrak secara paksa. Menampilkan Doni dan juga Tina. Azzalea mengangkat wajahnya yang semula terbenam di antara kedua lututnya. Melihat Tina datang ia segera berlari menghampiri sahabatnya. Begitupula dengan Tina. Ia berlari mendekat. Ia mendekap tubuh Azzalea erat.



Tubuh yang semula erat di peluknya itu luruh.
" Azzaaaaaaa "
Teriaknya kaget karena reflek. Ia kemudian memangku kepala Azzalea di pahanya. Ia menepuk nepuk pelan pipi Azzalea agar membuat gadis itu kembali sadar. Namun nihil tak ada pergerakan ataupun respon sedikitpun dari Azzalea.




Melihat itu Doni ikut marah ia mengahampiri Andrian. Ia langsung saja menarik bahu Andrian kemudiaan memukul telak pada wajah Andrian. Andrian tak melawan ia pasrah. Ia pasrah dengan kemarahan Doni. Ia sadar disini ia memang salah. Ia membiarkan Azzalea celaka. Ia tak sanggup menyelamatkan Azzalea dari pria brengsek yang membawanya tadi.


" Lo!! Lo!! "
Kata Doni yang tercekat di tenggorokan. Ia tak mampu meneruskan kata katanya. Kejadian di depan matanya ini membuatnya syok. Ia mengatur nafasnya. Ia kembali mengepalkan tangannya. Ia memukul tembok tepat di samping  kepala Andrian. Ia berusaha tak melampiaskan kemarahannya pada Andrian. Jadi ia memukul tembok itu.

" Jangan tampakin muka lo lagi di depan Azza. Atau gue cabik cabik muka lo yang sok alim itu "
Katanya dengan letupan emosi yang memuncak. Setelahnya ia membawa Azzalea yang sedang pingsan itu dengan mengendongnya. Tina tertinggal ia tetap terduduk. Ia kemudian mendongak menatap Andrian dengan tatapan kecewa yang mendalam.

" Ini ga bener kan An? "
Tanya Tina dengan bibir yang bergetar.
" Ma...af Mel.... A....aku telat... Aku telat menyelamatin Azza. Ma...af "
Air mata yang sedari tadi ia tahan luruh seketika. Tina langsung meninggalkan ruangan itu menyusul Doni yang sedang membawa sahabatnya. Andrian berjalan lunglai menuju ke arah ranjang. Ia memungut kemejanya kemudian memakainya kembali. Ia tak berniat menyusul Azzalea. Ia rasa bahwa Azzalea akan lebih aman dengan mereka.





Kampus gempar dengan sebuah postingan di akun Instragram tentang kejadian kemarin. Vero menatap  Andrian dengan tatapan nyalang. Tanpa aba aba  pukulan telak ia layangkan ke wajah Andrian. Hingga Andrian tersungkur. Melihat itu membuat Sena dan yang lainnya panik. Mereka menahan langkah Vero yang terus ke depan.



" calm down Ver "
Kata Sena mencoba menenangkan.
" Tenang!!! Lo gak percaya sama dia? Dia gak mungkin kek gitu lah!! "
Sahut Danu yang di angguk i oleh mereka. Setelah Vero tenang Viktor membantu Andrian berdiri
" Lo punya hutang cerita sama kita kita "
Andrian hanya menganggukkan kepalanya malas.





" An "
Panggil Bayu menahan langkah Andrian yang ingin ke kelas.
" Bukan lo kan di balik semua ini? "
Kata Bayu sambil memperlihatkan foto yang lagi viral di Instragram itu.
Dahi Andrian mengernyit ia kemudian merampas benda pipih yang di pegang Bayu.






" In.... "
Kata Andrian tertahan. Ia langsung bergegas meninggalkan Bayu. Bayu mengernyit heran melihat peringai Andrian. Tapi ia mencoba bersabar. Menunggu sepulang kuliah nanti Andrian akan menceritakan semuanya. Bayu akhirnya menuju ke kelasnya.






Andrian berlari ke lorong menuju ke kelas Azzalea. Ia langsung masuk ke dalam.
" Melinda ada yang ingin aku bicarakan "
Kata Andrian dengan nafas ngos-ngosan. Tina tetap terdiam ia tak sama sekali ingin menggubris kehadiran Andrian. Tiba tiba kerah bajunya di tarik kasar oleh seseorang.






" Ngapain lo disini!!! Bang**d "
Andrian menatap tatapan nyalang itu dengan tatapan teduhnya seperti biasa.
" Lo salah paham!! "
" PERGI LO DARI SINI!!! "
Teriakan Doni marah kemudian mendorong tubuh Andrian kasar. Untung saja Andrian bisa menjaga keseimbangannya.




" Azza mana? "
" Bukan urusan lo!! "
" Lo gak percaya sama gue? "
"  Emang lo punya jaminan? Kalau rasa percaya ini gak lo hancurin lagi?"
Andrian menghembuskan nafasnya kasar. Ia menatap dalam netra Doni.
" Jangan terlalu mendengarkan tanpa mau melihat. Dan jangan terlalu menghakimi yang terlihat tanpa mau mendengar "





Kata Andrian kemudian beranjak pergi. Ia menatap Tina sejenak. Gadis itu hanya menunduk. Andrian menatap Doni yang terdiam dengan tatapan datar. Ia kemudian kembali ke kelas. Tak lama Doni juga kembali. Beberapa bangku pojok yang di tempati mereka menjadi hening. Keheningan yang di ciptakan oleh geng pojok itu membuat keadaan kelas terasa tegang.
" Tumben corner gang diem diem baek. Pada sariawan ya? "
Kelakar pak Dandi mencoba mencairkan suasana kelas yang tegang karena kesunyian.





Doni pindah tempat. Ia yang sedari dulu selalu dekat dengan Andrian kini menjauhkan posisinya dari Andrian. Ia lebih memilih duduk di dekat Bayu yang jauh dari Andrian.
" Azza gimana? "
Tanya Bayu melihat raut tak bersahabat dari sahabatnya. Ia mencoba mencari tahu apa yang sedang terjadi. Tapi pertanyaan itu tanpa sengaja menaikan emosi Doni.







" Menurut Lo? Dia baik baik setelah ulah si breng**k itu? "
"  Gue tahu lo kawatir sama sepupu lo itu. Tapi juga lo gak boleh mojokin Andrian sama sesuatu yang tak ia lakukan "
" Lo belain dia? "
" Iya. Karena gue yakin kalau dia gak salah! "
Doni muak mendengarnya. Ia mengangkat tangan kanannya kemudian menyatakan niatnya.




" Lima menit "
Kata dosen itu memberi batasan waktu untuk mengizinkan Doni. Doni mengangguk ia kemudian bergegas menuju ke toilet. Ia mencuci kasar wajahnya.
" Gue juga gak mau nuduh Lo. Tapi semua bukti ngarah ke lo. "
Kata Doni frustasi. Ia meremas rambutnya kasar. Ia kembali mencuci wajahnya dengan kasar.






Tak jua mendapat ketenangan. Ia memutuskan untuk ke mushola untuk sekedar menenangkan hati. Merasa telah tenang ia kemudian kembali ke kelas. Tapi ternyata kelas sudah usai. Karena dosen tadi ada telepon dari seseorang dan ijin meninggalkan kelas. Doni kembali ke tempat duduknya. Keadaan kelas tetap sunyi walaupun tak ada dosen yang mengisi. Geng pojok yang terbiasa ribut itu terdiam mematung.





Muncul bisik bisik yang terdengar membicarakan topik tranding sekarang. Tentu saja membicarakan Andrian dan Azzalea. Mendengar itu membuat amarah Vero memuncak ia menggebrak meja.
" DIEMMM LO SEMUA!!! "
Teriak Vero membuat bisik bisik tadi mengecil. Vero menatap tajam  siapapun yang masih berbisik sampai orang itu terdiam. Keadaan kembali hening bahkan tanpa hening.                                                                

AzzaleaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang