Andrian berangkat ke kampusnya pagi pagi sekali. Ia ingin segera bertemu dengan sahabatnya. Karena ada banyak cerita yang harus ia tagih pada gadis itu. Andrian melihat ke arah taman dimana ada seorang gadis terduduk di bangku taman dengan bahu yang bergetar hebat.
Andrian sangat mengenali pemilik punggung itu. Ia mendekat secara perlahan.
" Mel "
Panggilnya pelan tapi langsung membuat orang di depannya gelagapan. Tina sesegera mungkin menghapus air bening yang mengalir deras bagaikan anak sungai itu. Tapi telat Andrian telah mengetahuinya." Kenapa? "
Tanya Andrian langsung pada intinya. Bukannya menjawab gadis itu kembali sesegukkan. Andrian memutar tubuhnya ia menghadap ke arah Tina.
" Mel, kenapa hm? "
Tanyanya yang hanya menggelengkan kepalanya dengan deraian air mata.Akhirnya Andrian mengeluarkan sapu tangannya ia serahkan kepada gadis di depannya.
" Lo nyimpen ini An? "
Andrian tersenyum ketika Tina menyadari sapu tangan itu.
" Aku menyimpan semua yang bagiku berharga "
Pipi gadis itu merona dengan senyuman yang mulai terukir. Ia menghapus air matanya." Udah tenang? "
Gadis itu mengangguk kemudian menatap hal lain. Ia tak mau menatap Andrian terlalu lama. Berdekatan seperti ini saja membuat jantung nya kehilangan kesetabilannya.
" Aku gak maksa kamu buat cerita kok. Tapi kalau mau cerita aku pasti dengar "" Bunda tadi pulang "
Kata Tina tenggorokannya kembali tercekat. Andrian menghela nafas panjang kemudian menepuk pundak sahabatnya.
" Ke Mushola yuk ayo sholat Dhuha "
Tina mengangguk kemudian beranjak dari duduknya.Waktu mereka ingin memasuki mushola terlihat seseorang keluar dari pintu mushola. Azzalea terkejut melihat kondisi Tina degan wajah memerah padam apalagi di sampingnya terlihat seorang pria. Sontak saja pikirannya menjadi negatif sebelum semakin larut dalam seudzon nya ia mencoba qusnudzon dahulu.
" Tina kenapa? "
Katanya kemudian menatap Andrian curiga. Melihat tatapan itu Andrian hanya mampu tersenyum. Melihat itu membuat Azzalea semakin curiga. Tina yang mengerti tatapan sahabatnya itu menggeleng kemudian tersenyum.
" Bukan dia kok Zza. Kalau cuma dia aja rugi aku nangis "Kata Tina membuat Andrian menggelengkan kepalanya. Azzalea tersenyum.
" Iya udah kamu mau dhuha kan?. Dhuha dulu aku tunggu di taman ya nanti ke kelas bareng. Asslamualaiakum "
" Waalaikum salam warohmahmatullahi wabatoaktuh "Jawab mereka serentak kemudian pergi mengambil wudhu masing masing.
" Dia peduli namun tak memaksa Tina untuk bercerita tak mau mencari tahu sebelum di beritahu. Kayanya aku terlalu memaksa Melinda hingga dia kembali terisak tadi "
Kata Andrian lirih agar Tina tak mendengarnya kemudian ia memasuki mushola untuk melaksanakannya kegiatannya.Setelah selesai Andrian langsung menuju ke kelasnya. Karena ia tahu Tina akan tenang ketika berkedekatan dengan Azzalea. Dia membawa hawa positif yang menenangkan hati seseorang yang berada di dekatnya.
Setelah pulang Andrian akan menemui Tina di rumahnya. Andrian berfikir mungkin gadis itu sudah pulang. Karena dia tadi terlalu fokus mengerjakan profosal nya hingga lupa waktu. Ia akhirnya pulang telat. Namun dugaannya salah. Gadis itu masih berdiam diri di taman.
Andrian geleng-geleng ia menghalangi cahaya matahari yang menyengat itu dengan tubuhnya.
" An, kok belum pulang? "
Tanya Tina merasa heran.
" Kamu sendiri? "
Tanya Andrian yang tetap menutupi Tina dari sengatan mentari." Duduk sini! Ngapain berdisi disitu. Aku mau cerita "
Kata Tina Andrian menggeleng kuat.
" Iya tapi jangan disini panas "
" Kenapa? takut panas lo?!"
" Gak, aku takut lo sakit entar. Karena panas panas an jam segini. Ayo ke warung depan. "" Kok warung sih. Ini kan pribadi masak di tempat ramai "
Kata Tina menggerutu ia pikir Andrian mau mengajaknya pulang ke rumahnya.
" Terus kemana? nyewa cafe gitu? "
" Ya engga gitu juga!! "
" Warungnya disewa juga bisa kalik ya "Kata Andrian dengan ekspresi seolah berfikir. Membuat gadis itu geram. Ia segera beranjak dari sana. Andrian tersenyum kemudian berjalan di belakang gadis itu.
" Mau kemana? Ayo ikut aku ke rumah "
Tanya Andrian lantang. Sudut bibir gadis itu mengembang sempurna." Gitu kek dari tadi "
Katanya lirih namun masih bisa di dengar oleh Andrian. Andrian hanya geleng-geleng.
" An, tapi kalau di rumah nanti ada Annisa "
" Kita ke rumah nanti kalau kamu udah cerita. Aku dah kabarin mereka kok kalau aku pulang telat "Tina tersenyum kemudian. Mereka berhenti di sebuah hutan membuat Tina menganga.
" Nggak sekalian ke kuburan aja An "
Andrian terkekeh melihat kejengkelan di wajah Tina.
" Aku jamin nanti kamu bakalan ngajak kesini terus "" Hm "
Mereka terus berjalan hingga jarak pepohonan yang semula rapat tadi mulai merenggang. Pemandangan di depannya membuat Tina berdecak kagum. Danau hijau dengan pohon pohon yang menjulang tinggi di sekitarnya. Tina tersenyum lebar ia menatap Andrian yang juga tersenyum kepadanya. Melihat senyuman itu membuat pipi Tina memanas.Andrian kemudian duduk di rumput hijau di dekat danau kemudian ia menepuk ruang kosong di sampingnya bermaksud menyuruh Tina duduk di sampingnya.
" Kenapa kamu sedih? Kan Bunda pulang "
Tina menatap mata Andrian yang menerawang jauh ke depan." Aku di usir dari rumah "
Kata Tina dengan mata yang berkaca-kaca sungguh dadanya sangat sesak untuk menceritakan semuanya.
" Kenapa? "
Tangis Tina kembali pecah membuat Andrian tak tega. Ia pun merelakan pundaknya sebagai sandaran untuk Tina." Astaghfirullahaladzim, maafkan aku ya Allah, aku tahu ini dosa, tapi aku tak tega membiarkan Melinda seperti ini "
Gumamnya dalam hati. Setelah gadis itu tenang kembali ia menghapus air matanya lagi.
" Jadi cerita nggak? Kalau gak jadi ya udah pulang yu "
Kata Andrian tak tega melihat wajah Tina yang merah karena terus saja menangis.Gadis itu menggeleng Andrian tersenyum ia tak kembali bertanya sampai gadis itu sendiri yang membuka suara dan menceritakan apa yang membuatnya menangis seperti tadi
KAMU SEDANG MEMBACA
Azzalea
Teen Fiction" mencintainya membuat aku lupa akan rasa sakit yang pernah ku dera namun semua luka ku yang tertera itu bagian dari kehadirannya " Andrian Zakky Alfarezi " tak pernah aku sesali apa yang sudah terjadi walaupun setiap namamu ku renungi butir bening...