Azzalea berangkat pagi hari ini. Ia melihat Andrian yang semakin dekat dengan sahabatnya. Ia terdiam sejenak mengawasi dua sejoli yang sedang bergurau bersama. Mereka berdua terlihat amat serasi.
" Mereka memang pasangan yang saling melengkapi. Astaghfirullah Azza apa sih yang kamu pikirin. "
Ia menghampiri Tina.
" Eh Zza, ayo ke kelas "
Kata Tina langsung menggandeng tangan Azzalea.Tina membawa Azzalea menjauh dari Andrian.
" Mungkin gue emang gak bisa menolak keinginan Andrian untuk mendekati lo. Tapi gue bisa menahan lo agar lo tetap jauh dari Andrian gue. Iya memang Andrian milik gue "
Tina tersenyum ia terus saja menggandeng sahabatnya. Tanpa ia sadari Azzalea dan Andrian bertatapan di belakangnya.Andrian menuju ke kelasnya setelah melihat punggung sahabat dan punggung wanita yang di cintainya itu menghilang di kerumunan orang.
" Jadi kamu tinggal serumah dengan Andrian? "
Tanya Azzalea terkejut dengan cerita Tina. Tina sengaja menceritakan tentang kebersamaan mereka di rumah.Tina sedikit kecewa melihat gurat kecemburuan yang ketara di wajah sahabatnya.
" Kita akan bersaing Zza "
Ungkapnya dalam hati. Ia kemudian kembali menceritakan lagi kebersamaannya dengan Andrian.
" Kenapa kamu nginap di rumah Andrian tin? Kamu ada masalah? "Pertanyaan tak terduga dari Azzalea membuat Tina terdiam. Ia tak mungkin menceritakan yang sebenarnya.
" Ya kan kita sahabatan dari kecil jadi yah wajar aku menginap di rumahnya. Rumah Andrian itu ibaratnya rumah kedua bagi ku. Aku bebas kesana kapanpun aku mau "Mendengar itu menggores sedikit relung hati Azzalea. Namun ia tetap tersenyum lebar menyembunyikan lara hatinya yang entah mengapa begitu sakit mendengar pengakuan sahabatnya.
" Aku ikut seneng kalau kamu seneng Tina "
Kata Azzalea tersenyum tulus. Saat ini ia berpikir dengan logika sehingga logikanya itu mengalahkan ego hatinya.Tina menatap awas mata itu. Tak ada keraguan yang ia tangkap dari wajah sahabatnya.
" Zza, tadi kenapa kamu sedih waktu aku bilang nginap di rumah Andrian "
" Kirain kamu udah nikah gak ngundang aku "
Selepas mengucapkan itu mereka tertawa serentak." Jauh banget mikirnya! "
" Kamu seneng banget kan kalau emang terjadi. Sangking senengnya lupa aku mungkin "
Kata Azzalea jujur. Ia memang merasa aneh ketika Tina bercerita tentang Andrian apalagi mendengar mereka serumah. Tentu saja fikirannya langsung jauh menerawang. Bukan takut kehilangan Andrian ia takut kehilangan sahabatnya karena Andrian. Walaupun sedikit rasa yang tersimpan untuk Andrian tapi tetaplah rasa persahabatan itu yang ia pilih." Engga engga pasti di kasih undangan tahu "
Kata Tina bangga kemudian merangkul bahu Azzalea.
"Maaf ya Zza "
" Maaf buat? "
" Buat tadi sempat curiga denganmu. Ternyata kamu memang takut aku meninggalkan mu karena aku sudah punya Andrian. Aku janji setelah ataupun sebelum bersama Andrian kamu tetaplah sahabatku "Tentu saja itu sebuah gumaman hati. Yang tak bisa ia ungkapkan langsung perasaan itu.
" Emangnya kalau minta maaf butuh alasan ya? Katamu kita harus setiap hari saling memaaf maafkan jikalau ada perbuatan yang tak kita sadari menyakiti hati orang "" Iya. Aku juga maaf yah "
Mereka berpelukan erat. Dari jauh Andrian mengawasinya ia tersenyum lebar melihat kedekatan mereka. Ia senang melihat Tina menceritakan semuanya dengan Azzalea namun sayang point terpenting dari percakapan itu tak ia dengar. Ia tak mendengar pembicaraan mereka tentang perasaaan Tina sesungguhnya.Andrian berbalik dari tempatnya menguntit. Melihat keakraban mereka sudah cukup membuat hatinya berbunga pagi ini. Ia langsung menuju ke arah mushola. Ia berniat ingin melaksanakan sholat Dhuha sebelum masuk ke kelas.
" Zza, aku tunggu di taman ya? Kan aku halangan "Suara itu mampu membuat Andrian menahan langkah kakinya ia berbalik benar saja Tina sedang bernegosiasi dengan sahabatnya. Karena tak mau telat masuk kelas ia memutuskan untuk bergegas menuju tempat wudhu. Ia masih punya wudhu tapi rasanya kurang lengkap kalau tidak mengambil wudhu ulang. Toh air disini ya cukup untuknya berwudhu berulang ulang.
Azzalea keluar dari tempat mengambil wudhu dan kebetulan tempat wudhu laki laki dan perempuan berhadapan namun di sekat dengan tembok tinggi yang susah di panjat jadi tak bisa saling mengintip.
Mereka saling terkejut. Untuk beberapa detik mereka saling tatap sebelum mereka saling membuang muka dengan beristigfar. Gerakan reflek yang sama itu terlihat lucu ketika di lihat.
" Maaf saya mau liwat "
Kata Azzalea lembut karena memang posisi Andrian itu menghalangi jalannya." E..eh iya maaf silahkan "
Kata Andrian kikuk karena terjebak di situasi canggung yang memalukan ini. Azzalea pun kemudian meninggalkan Andrian yang tetap diam mematung.
" Duh Andrian Andrian lu napa keliatan o'on banget lagi di depan dia. Buat malu aja dasar "Sena yang memang sedang di dekat area itu pun mengerutkan keningnya.
" Lu beneran stress ya An? "
" Apaan sih gaje lu "
" Lu yang gaje "
Kata Sena kesal. Ia yang ke mushola ingin tenang pun tak bisa. Karena bertemu dengan Andrian mood nya hancur seketika itu juga.Setelah sholat Andrian keluar dan tanpa sengaja lagi mereka berbarengan lagi. Andrian tersenyum lebar sedangkan Azzalea terlihat tak nyaman. Gadis itu berburu buru meninggalkan tempat itu. Andrian tersenyum melihat kegugupan yang di alami Azzalea. Tak lama Sena pun ikut keluar.
" Lu nguntit si Azzalea ya? "
Tanya Sena membuat Andrian sedikit terkejut. Namun ia bisa mengatasi keterkejutannya itu.
" Gak. Emang kita jodo makanya kemana mana ketemu "
Kata Andrian percaya diri kemudian pergi. Sena geleng-geleng melihat sikap sahabatnya yang sedang di mabuk cinta itu." Gue yakin pasti jiwa Andrian ke tuker sama jiwa playboy lo deh Sen "
Kata Doni memberi pendapat. Entah sejak kapan Doni di mushola ini.
" Lah Napa jadi gue? Eh lu ngapain di sini? "
" Mau sholat lah biar di mudahkan dalam urusan jodoh "
" Kasihan banget sih jomblo akut "
Kata Sena kemudian beranjak pergi.Sena memutuskan untuk ke kelas. Disana sudah ada keenam temennya. Mereka memang sengaja memilih fakultas yang sama. Dari SMA mereka selalu satu kelas.
" Gue bosen deh masa dari dulu sekelas Mulu sama kalian "
Kata Sena mendramatis." Lah bukannya lo sendiri yang ngatur biar kita sekelas terus dulu "
Seloroh yang lain. Sena tertawa keras. Karena memang dialah yang membuat mereka terus bersama. Tentu saja itu mudah baginya selaku anak pemilik yayasan. Andrian menatap semua sahabatnya dengan tatapan malas. Mereka berisik menganggu konsentrasi belajarnya.Jika Andrian terganggu apalagi dengan Vero. Pria itu sudah lima menit yang lalu meninggalkan ruang ini. Andrian tetap bertahan disini karena ia malas untuk berjalan keluar. Walaupun mereka sangat menganggu tapi ia mencoba mengabaikannya saja karena malas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Azzalea
Fiksi Remaja" mencintainya membuat aku lupa akan rasa sakit yang pernah ku dera namun semua luka ku yang tertera itu bagian dari kehadirannya " Andrian Zakky Alfarezi " tak pernah aku sesali apa yang sudah terjadi walaupun setiap namamu ku renungi butir bening...