Andrian menghabiskan waktu sorenya dengan Annisa dan Tina. Karena Erika ada urusan jadi mereka hanya tinggal bertiga disini. Sekarang mereka berada di balkon kamar Andrian. Mereka duduk lesehan di karpet. Andrian merapikan rambut adeknya yang menutupi wajahnya karena terkena angin. Ia tak berani bergerak takut membangunkan adeknya yang sedang tertidur pulas dan menjadikan pahanya sebagai bantal.
" Tidur yang nyenyak ya Annisa sayang "
Padahal kata kata itu teruntuk Annisa tapi entah mengapa Tina menjadi ikut salting mendengar kalimat lembut itu terlontar dari bibir sahabatnya." An "
Andrian yang semula menatap lekat wajah adeknya itu seketika mengangkat wajahnya.
" Iya kenapa Mel? "
" Dari dulu kenapa kamu suka manggil aku Melinda sih kan nama panggilan ku itu Tina "Andrian mengerutkan keningnya seolah olah sedang berfikir.
" Gak tau juga. Nyaman aja "
Kata Andrian kemudian di angguk i oleh Tina." Gak pegel An? "
Andrian menggeleng.
" Pegelnya hilang kalau liat wajahnya"
Tina terikut tersenyum tiba tiba Andrian kembali mengangkat wajahnya." Mel, kamu dekat sama Azzalea "
Mendengar nama itu tersebut membuat hati Tina tercelos.
" Iya, dia yang buat aku mantap untuk bersyahadat "
Andrian tersenyum." Mel? Bisa bantu aku? "
Perasaan Tina sudah tak enak dari tadi. Tapi ia mencoba menyakinkan dirinya sendiri.
" Iya? "
" Deketin aku sama dia "
Bagai tersambar petir di siang bolong.
" Napa sesakit ini An?? "Dengan sekuat tenaga Tina menahan sesak di dadanya.
" Bisa jatuh Cinta lo? "
Kata Tina terkekeh. Ia mencoba tersenyum disaat hatinya hancur. Andrian tersenyum lebar." Hem iya? Tapi kapan kapan aja ya, kalau sekarang aku masih jadi beban belum siap juga. Masak mau main ke rumahnya."
Kata Andrian membuat dada Tina sesak. Karena tak tahan ia pamit pergi ke toilet.Ia menangis tersedu di dalam toilet. Erika yang tak sengaja mendengar suara dari toilet itu jadi merinding. Ia memberanikan diri untuk membuka pintu toilet. Terlihatlah gadis yang sedang menangis disana.
" what happened? "
Kata Erika memeluk Tina.
" Tante, Tina kangen Andrian yang dulu "
Erika mengurai pelukannya merasa ada yang janggal dengan Kalimat yang keluar dari mulut Tina." Wait wait wait, ada apa ini? Andrian kenapa? "
Tina tak menjawab ia sibuk menghapus air matanya.
" Andrian kaya menjauh gitu gak kaya waktu kecil "
Erika tersenyum kemudian menarik bahu Tina dan merangkulnya." Waktu kecil kalian belum baligh dan boleh bersentuhan. Sekarang kan kalian sudah besar yah tidak boleh seperti waktu kecil. "
Tina menunduk bukan itu yang ia maksut sebenernya ia hanya mengukir senyum kemudian memeluk Erika." Tante, Tina cuma mau Andrian deket sama Tina saja "
" Iya lah cuma Tina yang nepatin posisi spesial di hati Andrian. Ayo ke depan aja yu ngobrolnya "
Tina mengangguk kemudian berjalan beriringan menuju halaman belakang. Mereka duduk dihalaman belakang di dekat kolam renang." Andrian dimana? "
" Di balkon. Annisa tidur di pahanya. Jadi dia gak mau buat Annisa bangun dari tidurnya "
Erika mengangguk kemudian ia menggenggam tangan Tina." Bunda mu tahu kalau kamu hijrah Tina? "
Tina menggeleng lemah membuat Erika menghembuskan nafasnya panjang.
" Harusnya Tina bilang dari awal ya tante? Tapi Tina gak berani "
Jawab Tina lemah." Dari kapan? "
" Sejak Tina tahu kalau Tina tetap menetap Tina tak bisa dekat dengan Andrian "
Kata kata itu membuat Erika sedih.
" Tapi Tina ikhlas kan hijrahnya? "
" Kalau sekarang sih ikhlas tante, Tina juga banyak belajar dari teman Tina. Dari situ Tina bisa benerin niat "" Terus kenapa pindah kesini gak bilang? "
" Tina takut merepotkan tante saja "
" Tina kesini sejak SMA kelas berapa? "
" Kelas 2 SMA "
Mereka banyak mengobrol tak lama Andrian ikut nimbrung." Katanya ke toilet gak balik balik bikin kawatir saja "
Celetuk Andrian ikut duduk di antara keduanya. Erika tersenyum.
" Lagian kan masih di dalam rumah kok An "
Protes Tina dengan bibir mengerucut." Tetap aja bilang! aku kan kawatir, takut kamu kenapa napa!! "
Andai saja ia tak di anggap sebagai saudara mungkin sekarang ia sudah terbang ke awang-awang mendengar penuturan Andrian yang sangat posesif itu. Tina mengulum senyum." Posesif nya gak bisa berubah ya tante? "
" Siapa sih yang posesif kamu itu yang bikin orang panik aja "
Kata Andrian dengan ekspresi wajah jengkel membuat Tina dan Erika tertawa serentak." Kak Andrian kenapa Annisa di tinggal? "
Tanya Annisa manja dengan memeluk pinggang kakaknya dari belakang .
" Maaf ya sayang, tadi ngecek kak Tina. Izin ke toilet gak balik balik bikin panik aja "" Kak Tina mules kalik "
Kata Annisa membuat Andrian dan Erika terkekeh sedangkan Tina memanyunkan bibirnya.
" Engga tahu!!!! Kakak ngobrol sama Tante Erika "
" Ya makanya bilang kalau mau mampir ngerumpi biar nggak kawatir akunya "" Hmmmmmmn maaf yaaaaa "
Kata Tina mengalah. Ia iri dengan Annisa yang bisa nyaman memeluk Andrian. Sedangkan ia tak akan bisa di posisi itu. Karena di hati Andrian sudah ada Azzalea. Sahabatnya sendiri." Kakak ninggalin Annisa gak takut Annisa kenapa napa? "
" Enggakkkk lah. Jendela kamar serta tirai sudah kakak tutup. Pintu balkon juga. Kan kuncinya ada di saku kamu. Kakak yang taruh terus kakak kunci pintu kamarnya dari luar. Pakek kunci cadangan. Siapa yang mau ganggu coba? "
Mereka tertawa bersama mendengar penuturan dari Andrian. Laki laki itu sangat posesif dan juga sangat teliti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Azzalea
Novela Juvenil" mencintainya membuat aku lupa akan rasa sakit yang pernah ku dera namun semua luka ku yang tertera itu bagian dari kehadirannya " Andrian Zakky Alfarezi " tak pernah aku sesali apa yang sudah terjadi walaupun setiap namamu ku renungi butir bening...