Zero menuruni tangga basecamp dengan santai, setelah menenangkan Gwen sampai perempuan itu tertidur, Zero memindahkannya ke kamar lantai atas. Membiarkan Gwen beristirahat.
"Dimana Jayden?." Zero menanyakan itu ketika sampai di ruang tengah.
Jayden yang duduk di belakang sofa dan tertutup menyaut, "Disini bos."
Jayden bangkit dan mendekati Zero, yang lain hanya diam menyaksikan. Mereka juga belum menanyakan bagaimana keadaan Gwen, karena melihat raut muka Zero sepertinya memang ada masalah.
"Ikut gue."
Jayden mengangguk dan merubah total moodnya ke mode serius. Menyusul Zero ke arah halaman belakang basecamp.
Zero brhenti tidak jauh dari kolam, menoleh ke arah Jayden di sampingnya. "Gimana? lo udah tau?"
Jayden mengangguk sebagai jawaban, mengerti kemana arah topik yang dibicarakan Zero. "Gwen anak om Gio, Bapak tirinya Airis. Om Gio ninggalin Gwen dan mamanya di saat Gwen kelas 3 SMP, ninggalin karena om Gio milih untuk bersama mama Airis, cinta pertamanya."
"Airis tau kalo om Gio ayah kandung Gwen?"
"Engga Zer, Airis gatau. Gue juga bingung apa yang om Gio bilang tentang latar belakangnya dulu sebelum menikahi ibu Airis."
Zero memejamkan matanya sejenak, semua teka teki yang jadi pertanyaan Zero sekarang ia ketahui. Pantas saja Gwen tidak pernah berniat membawa mereka berkunjung ke rumah aslinya.
"Kabar mama Gwen?"
"Depresi Zer, semenjak ditinggalin suaminya dia harus berobat karena mentalnya. Semua biaya perobatan Gwen yang nanggung. Mamanya gak kerja."
"Dimana Gwen dapat uang?" Zero bertanya lagi.
"Gue masih samar samar maslah ini, karena setiap gua ikutin dia, dia gapernah berkunjung ke tempat kerja atau apa. Tapi yang gue dapet om Gio ninggalin perusahaan yang hampir bangkrut dulu, entah gimana caranya perusahaan itu bisa bangkit, dan mungkin dari sana."
"Om Gio bener bener ga ngasih uang sama sekali?"
Jayden menghela nafas, memikirkan hidup Gwen yang dia lihat selalu ceria ternya menyembunyikan hal sebesar ini, "Engga Zer, om Gio udah ga ngasih apapun untuk Gwen kecuali rumah dan perusahaan yang hampir bangkrut waktu itu."
Zero semakin merasakan rasa bersalah, orang yang selama ini dia anggap orang paling baik baik saja. Ternyata punya permasalahan serumit ini yang harus dia hadapi seorang diri, dan sekarang tanpa sadar dia jadi sumber maslah selanjutnya.
"Dia bilang cinta sama gue Jay." Kalimat tiba-tiba Zero membuat Jayden terkejut.
Zero melanjutkan kalimatnya, "Dia udah tau tentang Ara. Gue bingung harus gimana sekarang, gue udah bawa dia sejauh ini tapi gue juga gabisa ninggalin Ara."
Jayden mengangguk mengerti, "Gue juga salah ngebiarin kalian sejauh ini Zer, gue ga berusaha nahan semua perilaku lo ke Gwen, gue udah terlalu bahagia ngeliat lo bisa balik bersinar lagi semenjak ada Gwen. Gue gamikir ternyata kita melampiaskan semua kejadian lalu ke Gwen dan malah ngebuat masalah dia ga selesai selesai."
"Dia yang bikin gue hidup, dia nyerahin semuanya Jay. Tapi gue gapunya hati bikin dia malah makin hancur"
"Nyerahin semuanya?!, Zer lo ga.."
Zero mengangguk, "Gue salah, gue tau."
Jayden mengusap wajahnya frustasi, maslahnya ga sesimple itu ternyata. "Zer kalo sejauh ini gimana caranya lu bisa ngelepas Gwen gitu aja?"
"Gue udah gamungkin ngelepas dia, secara galangsung gua harus tanggung jawab atas apa yang udah gue lakuin Jay. Yang gue pikirin sekarang mungkin gimana ngejelasin ke Ara waktu dia bangun."
Jayden menghela nafas entah untuk keberapa kalinya, "Gue gatau Tuhan nyiptain Gwen untuk bertahan sekuat itu. Dia baik, salah aja takdirnya harus ketemu sama lo."
Suara kegaduhan tiba tiba muncul dari ruang tengah basecamp membuat Jayden dan Zero refleks mendatangi. Disana sudah terlihat yang lain membantu Gwen yang ntah terjadi apa.
"KENAPA?" pertanyaan pertama yang Zero lontarkan setelah berhasil dekat dengan Gwen.
"Jatoh Zer dari tangga ketiga. Gwen tiba tiba lari kenceng banget dari atas." Amber bantu menjelaskan.
Gwen yang masih dengan perasaan gelisah campur aduk melepaskan papahan Rose, dengan langkah tertatih menuju meja dimana kunci mobil dan tasnya berada. Tidak menghiraukan apapun dan bergegas ke pintu.
Zero menyusul langkah perempuan itu, dan berhasil menggapai tubuh Gwen sesaat sebelum Gwen keluar. Zero menghadapkan tubuh Gwen ke hadapannya.
"Lo kenapasi? kenapa nangis? ada apa?" Tanya Zero khawatir.
Gwen menatap Zero, "Please, biarin gua pergi dulu. Ada hal penting yang harus gua selesein"
"Gabisa!. Lo jelasin dulu lo kenapa? kemana? jangan semena mena Gwen! semua khawatir liat kondisi lo."
Gwen menghempaskan tangan Zero dari tubuhnya, "STOP ZER STOP! stop sok peduli, stop! MAMA GUE MATI! UDAH CUKUP KAN PENJELASAN GUE?"
Semua terkejut tidak terkecuali Zero, tanpa menunggu tanggapan dari siapapun lagi Gwen menuju mobilnya dan meniggalkan basecamp. Menuju rumahnya dan melihat kesakitan berikutnya.
Rose yang masih belum mencerna kalimat Gwen mengambil hpnya bermaksud menanyakan apa maksud Gwen ke Bi Ratih. Pembantu yang menemani Gwen dan mamanya.
"Halo non Rose?"
Suara bergetar setelah sahutan telfon terdengar makin membuat Rose menghela nafas. Cobaan apalagi yang menimpa sahabatnya kali ini?
"Iya bi ini Rose. Bi? Mama Gwen? Mama Gwen bener udah gaada?"
"Ma..af non, bibi yang salah ga menjaga nyonya. Nyonya.. Nyonya bunuh diri non. Bibi pulang dari pasar, Nyonya udah pingsan dikamar dalam keadaan mulut penuh busa. Kita udah bawa nyonya ke rumah sakit, tapi nyawa nyonya tidak tertolong"
Rose memejamkan matanya, memijit pelipisnya pelan. Rose mengucapkan terimakasih dan tidak bertanya apapun lagi ke Bi Ratih lalu mematikan telfon.
Semua mata mengarah ke Rose minta penjelasan, "Bunuh diri. Nyokap Gwen bunuh diri."
Telinga Zero berdengung mendengar kalimat yang keluar dari mulut Rose. Tanpa fikir panjang, ia juga keluar meninggalkan basecamp menyusul Gwen.
Jayden melihat inti dan anggota Carola yang masih diam karena syok, "Kita juga harus nyusul Gwen. Tapi untuk sementara inti dulu yang berangkat, sisanya nyusul biar ga terlalu menimbulkan kehebohan. Tunggu kabar dari gua, kita Carola mungkin akan nganter pemakaman nyokap queen kita."
Semua mengangguk tanda mengerti, lalu Jayden melanjutkan kalimatnya, "Bram.. tolong beri kabar anggota yang lain lewat kepercayaan, cukup kabarin aja mereka gaperlu menyusul. Nanti setelah inti tahu gimana situasinya baru gua kabarin yang lain. Kesana jangan bawa motor, mobil aja biar ga menuhin jalan dan menghindari berisik."
Tanpa menyaut, inti Carola segera mengambil tas mereka, dan keluar.
"Vino, bawa mobil lo, Alysa, Amber sama Rose ikut lo, jangan biarin mereka nyetir. Airis ikut gue."
Vino mengangguk lalu bergegas ke mobilnya disusul Alysa, Amber dan Rose. Akhirnya dua mobil itu beriringan keluar dari basecamp, manuju rumah queen mereka untuk yang pertama kali dan sudah bertamu sebagai pelayat rumah itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Zerois for Gwen
Подростковая литература"Gwen lo ga akan baper sama gue kan?", ingin rasanya Gwen menjedotkan kepala laki-laki dihadapan nya ini. "Lo kalo nanya gabisa aba aba apa Zer?, gila ga kira-kira kalo nanya." "Lo harus janji sama gue Gwen, lo gaboleh ada rasa sama gue. Lo emang qu...