Z & G 13

8 1 0
                                    

Pagi ini, hari minggu, di kediaman Agasta, semua anggota keluarga sedang berkumpul dimeja makan. Setelah rutinitas weekdays masing-masing, Nyonya dan Tuan Agasta baru saja kembali dari luar kota tadi malam.

Zia, Mami Zero menaruh piring berisi omelate di meja, lalu duduk di samping suaminya, Zayn.

"Zero, mami hari ini ke rumah Gweny dong, sama papi. Kemarin kan pas lagi berduka mami lagi diluar kota jadi gabisa nyamperin langsung. Jadi hari ini mami mau nyamperin sama papimu, sekalian ajak kamu sama Zahra."

"Boleh mi, aku memang mau kesana juga."

Zahra menengok abangnya, "Cih, diamah emang tiap hari kesana mi, nginep juga sering. Hati-hati mi, siapin jantung kalo tiba-tiba kalian dapet kabar punya cucu."

Pletak, Zero menjitak dahi Zahra, "Sembarangan mulut lo."

"Sakit bego bang.., gue tu bantuin lo. Kalo jadi dedek bayi juga gapapa, yakan mi? pi? tinggal nikah ajalo. Gue juga demen si punya ipar kaya kak Gwen."

"Ssstt udah Zahra jangan ngawur, makan sekarang, biar urusan abangmu dia yang urus." Zayn menimpali.

"Gak segampang itu ya Zahra abangmu bisa nikah sama Gwen, dia masih ada ikatan sama Ara. Bakal rumit."

"Woiyaa ya bang gue lupa, bener kata mami, lu masih ada si Ara Ara itu. Parah lu bang, nyakitin ka Gwen lo namanya ngasih harapan lebih."

Zero memutar bola matanya malas, tidak lagi menanggapi ocehan adiknya, "Jam berapa mau ke Gwen mi?."

"Emm, jam 10 kali ya?, ini baru jam 7 sekalian siap siap dulu. Kamu bisa telfon Gwen ga? tanyain dia ada ga nanti."

Tanpa menjawab, Zero merogoh sakunya mengambil hp, dan menghubungi Gwen. Hp ia letakkan di meja, posisi loudspeaker biar sekalian bisa di denger.

"emmm halo?"

"Halo sayang."

Zahra mendelik mendengar ucapan Zero, melihatnya dengan ekspresi ingin muntah.

"Sayang sayang, ga sayang sayang Zer. Kenapa nelfon? masih pagi gini."

"Lo doang yang nolak gue panggil sayang."

"Iya kenapa ya Zero nelfon saya? ada keperluan apa?"

"Hihi..,, mami papi mau ke rumah ya nanti jam 10 an, mau nengok lo katanya, baru bisa karena baru pulang dari luar kota."

"hah beneran?!!! yey seru bangett, oke gue tunggu ya Zer!!!"

Belum sempat Zero menyaut telfonnya sudah dimatikan sepihak oleh Gwen membuat Zahra terkikik geli.

"Kenapa dia seseneng itu?"

"Setelah nyokapnya gaada rumahnya sepi mi, gaada orang, jadi kalo ada orang main dia seneng."

Zia mengangguk paham, kemarin malam saat dia pulang, Zero sudah menyeritakan semuanya dengan detail tentang bagaimana aslinya kehidupan Gweny.

"Yaudah habis ini pada siap-siap, habis tu kita berangkat. Mami di sana paling smpe makan siang ya, habis itu mami harus ke butik."

Zero mengangguk mengiyakan, kemudian semua beranjak dari kursi dan pergi membersihkan diri sekalian siap-siap.

***

Mobil yang dikendari Zerois dan menumpang keluarganya sampai di rumah Gwen pukul 10 lewat 10 menit. Zero turun diikuti mami, papi, dan Zahra, lalu beranjak ke pintu utama rumah Gwen.

Membuka pintu begitu saja, "GWENNYYY ayanggg Zeroo nyampeeee."

Gwen yang memang berada di ruang tengah menengok ke sumber suara lalu mendelik tajam.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 23, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Zerois for GwenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang