Z&G 8

7 1 0
                                    

Gwen melangkahkan kakinya dilorong-lorong bangunan bernuansa putih, bau obat kental menusuk hidungnya. Gwen mengendap mengikuti langkah orang didepannya dengan pelan. Berusaha agar tidak disadari orang itu.

Sampai orang yang diikuti Gwen memasuki sebuah ruangan, Gwen beralih ke sebelah ruangan, berdiri di tembok, menghadap ke arah taman. Gwen memejamkan mata, berusaha menajamkan telinganya. Mendengar percakapan sepihak yang dilakukan Zero.

Ya, dia mengikuti Zero. Zerois di sana, mengobrol dengan seseorang yang terbaring lemah di ranjang. Yang Gwen tau, dialah orangnya. Orang yang menyebabkan Zero terus memberikan peringatan agar Gwen tidak memasuki bahkan memiliki hati seorang Zerois. Dia Ara. Aranya Zero.

Semua yang selalu dia duga duga, terpecahkan satu demi satu, tapi semakin Gwen tau, semakin menambah kekecewaan. Gwen harus menelan kenyataan jika Zero memang bukan miliknya, dan lagi ternyata perempuan yang dicintai Zero adalah adik tirinya. Selain ayahnya yang diambil, Ara juga berhasil mengambil lelaki terakhir yang ia harapkan untuk tidak mengecewakannya.

Gwen mendudukkan dirinya dibangku taman, memandang ke arah danau yang ada di taman itu. "Tuhan, kenapa harus dia? kenapa harus perempuan yang ada hubungannya dengan papah?, mereka sudah berhasil merebut papah?. Sekarang Zero?"

Gwen mengusap dadanya yang terasa sesak, kenapa begitu banyak yang harus dia ikhlaskan.

Lama Gwen melamun, sampai suara keributan membuat Gwen refleks membalikan badannya, tanpa sadar mata mereka bertemu. Zero disana, meneriaki dokter dengan panik ditambah rasa terkejut karena melihat Gwen.

Gwen melihat bagaimana Zero bisa melewatkannya, menganggap tidak melihat siapapun, tidak juga berusaha sekedar menanyakan untuk apa Gwen disana dan dalam kondisi menangis?

Memang apa yang Gwen harapkan?. Gwen sudah kalah beberapa jam lalu. Gwen bangkit, kembali ke lorong dan bergegas meninggalkan rumah sakit.

Sementara di ruangan Zero berada, dia menatap ranjang Ara serius.

"Apa dia hanya menggerakkan tangannya?"

Zero berpaling melihat sang dokter yang selesai memeriksa, "Iya, jarinya bergerak. Hanya itu, apa sebuah kemajuan?"

Dokter tersenyum, "Kondisinya semakin membaik, tidak ada cidera serius lagi dari terakhir pemeriksaan kemaren, hanya perlu menunggu dia membuka mata."

Zero menghela nafas, mendengar kabar baik tapi tetap tidak membuat ia lega, sebelum Aranya membuka mata.

Zero mengangguk ketika dokter ijin untuk keluar ruangan, setelah pintu tertutup dia teringat sesuatu dan menyusul keluar ruangan, menuju taman di samping ruangan Ara.

Zero melihat sekitar, sudah tidak ada siapapun di sana tapi dia yakin yang ia lihat tadi adalah Gwen. Zero masih menelisik sekitar dan terus bertanya tanya.

Kenapa Gwen ada disini? dan menangis?

Zero mengambil handphone, yang ia lakukan sekarang hanya menanyakan keberadaan Gwen.

"Halo bos, ada apa nich?"

"Lagi di mana Jay?"

"Basecamp Zer, sama yang lain juga banyakan. Lo ko ga kesini?"

"Ada Gwen?"

"Di basecamp maksudnya?"

"Jangan idiot"

"hohohoho, gaada Zer, biasanya dia selalu ada ni kalo rame, tapi tadi kata Rose dia nyuruh Gwen ke sini tapi sampe sekarang hp nya ga aktif, kirain kita malah sama lo"

Zerois for GwenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang