Z&G 2

16 1 0
                                    

Gwen berjalan dikoridor SMA Mandala sambil mengunyah permen karet kesukaannya. Khas Gwen sekali, jangan kalian fikir Gwen berstyle ala ala badgirl dengan rambut warna warni seperti anak ayam lima rebuan. No, big no. Gwen anak biasa saja, bahkan kalo tidak karna bagian dari Carola mungkin Gwen tidak seterkenal sekarang. Tapi tidak dipungkiri kecantikan Gwen tidak perlu diragukan.

Gwen memasuki kelasnya tapi belum sampai ke batas pintu kelas ia menyadari sesuatu, "aduh goblok banget buku gue masih dikursi mobil."

Tanpa fikir panjang ia merogoh ponselnya menelfon seseorang, nada dering ketiga panggilan terangkat, "eh haloo good morning raja Carola paling ganteng."

Zerois memutar matanya malas, "Mau apa?"

"Aduh sangat peka sekali sahabat gue satu ini, aw. Eh Zer zer lu dimana sekarang?"

"Gerbang" singkat, padat, tidak jelas. Dia pikir gerbang di dunia ini hanya satu.

"Gerbang sekolah apa rumah? Lo kalo ngomong gabisa panajangin dikit apa."

"Gerbang sekolah by" sahut Zerois dengan suara rendahnya.

Errrrr Gwen sukses merinding, masih pagi udah bikin anak orang ngap ngapan.

"Nahh cocok, Zer ambilin buku di mobil gue si dikursi, gue lupa itu tugas kimia nya bu Sari yang dikumpul pagi ini. Males gue balik lagi ke bawah. Gue dah diatas."

Zerois berdehem sambil memarkirkan mobilnya, pas sekali di samping mobil Gwen berada.

"Dikunci" ucap Zerois tiba tiba, membuat Gwen mengerinyit. Tapi sedetik kemudian dia paham.

"Nengok ke atas gue lemparin kuncinya." Lalu Gwen berjalan ke pembatas lantai dua dan melemparkan kunci ke arah parkiran tepat di mana Zero berada.

Zero mendongak ke atas dengan sigap mengambil kuncinya, tak sengaja matanya menangkap keberadaan Jayden yang baru saja memarkirkan motornya.

Tanpa aba aba Zero melempar kunci mobil Gwen ke depan Jayden, untung saja lelaki itu sigap mengambil. "Astagfirullah masih pagi bapak negara ngajak perang mulu."

Zerois menatap Jayden sengit, "Ke mobil istri gue ambil buku kimia."

"Istri? Istri lo sapa Zer? Emang udah nikah? Kapan kok gue ga diundang?"

Zero memukul jidatnya lelah, "Pikir sendiri, otak dipake jangan lo jadiin pajangan aja."

Setelahnya Zero berlalu ke lantai atas di mana kelasnya berada. Berdekatan dengan Jayden dia takut fungsi otaknya jadi tidak waras.

"Dih ditinggal gue." Jayden yang mulai paham lalu membuka mobil dan mengambil buku istri yang dimaksud Zero lalu berlalu menyusul Zero ke kelas mereka.

Memang Zero, Jayden, Airis, Vano, Gwen, Alysa, Rose, dan Amber berada di satu kelas yang sama. Seharusnya Zero, Jayden, Airis, dan Vano merupakan kaka kelas mereka, dan mungkin harusnya sudah lulus sekarang tidak menduduki kelas 12 seperti Gwen dan sahabatnya. Tapi entah karena betah atau apa mereka memutuskan turun kelas mengikuti Gwen, aneh kan?. Ah tidak juga, seorang Zero bisa melakukan apapun yang dia inginkan. Bahkan membeli sekolah ini jika dia ingin.

Sayangnya, SMA Mandala sudah terlebih dahulu dimiliki pamannya, ayah Jayden. Zero dan Jayden memang saudara sepupu, itulah alasan Zero memberikan hak penuh tangan kanan ke Jayden, karena Jayden paling dekat dengannya.

Zerois for GwenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang