Zerois Kaivan Anggasta. The king of Carola, begitulah sebutan bagi Zerois. Lebih dari 3 tahun menduduki gelar sebagai ketua ralat sebagai raja dari gengster yang ditakuti seantero Jakarta. Mereka tidak menyebut Zero sebagai ketua, mereka menganggapnya sebagai raja Carola, pemimpin mereka.
Dimana ada raja disitu ada ratu bukan?, Carola juga punya gelar itu yang diduduki oleh Gwen. Gweny Putri Aristides. Tidak seperti Zero yang menduduki gelarnya selama 3 tahun, Gwen diberi gelar itu semenjak 2 tahun lalu ketika masuk ke SMA Mandala. Gwen tidak ingat pasti bagaimana cara dia sampai dijuluki dan mendapatkan gelar itu. Intinya Gwen masuk Carola ketika awal murid baru.
Jika kalian fikir Carola hanya berisi jenis kelamin laki-laki saja, kalian salah besar. Walaupun memang hampir 90% beranggotakan laki-laki tapi ada banyak puluhan perempuan dari jumlah ratusan anggota Carola, dan Gwen serta ketiga sahabatnya juga termasuk.
Waktu itu Carola sedang membuka pendaftaran anggota baru dan iseng Gwen dan ketiga sahabatnya ikut seleksi. Mereka tidak sembarangan menarik orang untuk ikut masuk, hanya yang mempunyai jiwa bela diri dan mental tinggi yang mereka tarik, bukan gadis menye menye dan anak rumahan.
Seleksi yang dilakukan Carola juga tidak main-main, sampai sekarang sudah ada sekitar 500 anggota yang bergabung di Carola, berbeda latar belakang juga sekolah. Tapi untuk meminimalisir kecurangan anggota, Zero memberikan kepercayaan penuh pada salah satu anggota yang berada disekolah lain untuk mengontrol anggota Carola di sekolah tersebut. Jika terjadi sesuatu yang genting, maka Zaro akan memanggil mereka tanpa susah susah mengumpulkan langsung 500 anggotanya, yang ada malah menyesakkan.
Zero berjalan santai memasuki basecamp Carola, sebenarnya di sebut basecamp juga tidak berbentuk basecamp pada umumnya si, lebih terlihat sebuah mansion mewah dengan tiga lantai. Mansion itu bahkan bisa menampung semua anggota Carola tampa terkecuali.
Baru membuka pintu pekikan gadis yang tadi menelfon Zero menyentuh gendang telinga, "Zeroooisss!!"
Zero berjalan menghampiri gadis itu lalu memeluknya dengan santai, "ada apa sayang? Gwen suara lo tu bisa bikin gendang telinga gue pecah lo tau?"
"Sayang sayang palelo peang, Isss kan gue kan udah bilang kesini jam 1 dan sekarang udah jam 4 Zer, lo gila. Kita semua nahan laper asal lo tau."
Zero menatap anggota nya dengan alis bertaut, memang persis seperti kaum duafa, "kalian laper?"
Jayden, tangan kanan Zero mengelus dadanya dengan sabar. "Ya allah kalo bukan bos gue dah gue lempar ke kali." Bisiknya pelan.
"Jayden gue denger lo ngomong apa ya."
Jayden nyengir dengan tanpa dosa,"Bos ayolahh laper banget bos demi alek, gabisa ditahan lagi ini cacing gue kepanasan."
Zero duduk di sofa dengan santai lalu mengotak atik hp nya, "Rose, pesen yang mereka mau. Uangnya udah gue kasih ke gopay lo."
Rose merogoh sakunya mencari keberadaan hp nya berada lalu membuka aplikasi pemesan makanan itu dengan santai, kemudian bergabung dengan yang lain dan menanyakan mereka ingin apa.
"Zerrr ini gajadi bakar bakarnya?." Itu suara Gwen, ya memang tadinya Zero menjanjikan ingin merayakan kemenangan mereka mengalahkan anggota geng sebelah dengan BBQ an di basecamp. Tapi karena sibuk di ruangan gadisnya ia lupa dan melewatkan itu semua.
"Lain kali aja Gwen. Kasian mereka udah laper, lo pesen apa sekalian gih!" Itu lebih merujuk ke sebuah perintah tanpa bantahan.
Gwen menurut saja, lalu melirik Rose, salah satu anggota Carola sekaligus sahabatnya. "Rose pesenin gue terserah lo mau apa samain aja, yang penting pedes."
Rose mengacungkan jari jempolnya mengiyakan ucapan Gwen. Gwen bangkit lalu menuju kulkas yang ada di dapur mansion itu, mengambil air dingin dan meneguknya hingga tandas.
Gwen duduk di bar yang ada di dapur, pandangannya mengarah ke satu titik. Ia melamun, tanpa di sadari Gwen sedari tadi Zero melihat pergerakan gadis itu dengan datar.
Gwen tersentak ketika Zero mengecup pipinya dengan cepat, dia tidak kaget karena Zero memang sering melakukannya. Zero menyandarkan tubuhnya ke maje bar, menghadap Gwen yang masih terduduk, "Lo kenapa si? Kaya orang lagi mikir keras."
"HAHA emang keliatan banget, padahal gue lagi biasa aja perasaan." Gwen mengelak berusaha mencairkan suasana.
"Gue kenal lo ga sehari dua hari ya Gwen, gausah sok menye menye gitu."
Gwen berdecih, "Dih berasa paling tau gue aja lo. Ngapain lo ngikutin gue kesini si?"
Zero mengangkat bahunya acuh, "Lo lupa? Mansion ini punya gue, bebaslah gue mau kemana aja."
Gwen memutar bola matanya malas, "Iya tau bapak sultan."
Selanjutnya hening, mereka bergelut dengan pikiran masing-masing tapi masih dengan posisi yang sama sampai tiba-tiba pertanyaan Zero berhasil membuat Gwen meringis.
"Gwen lo ga akan baper sama gue kan?", ingin rasanya Gwen menjedotkan kepala laki-laki dihadapan nya ini.
"Lo kalo nanya gabisa aba aba apa Zer?, gila ga kira-kira kalo nanya."
"Lo harus janji sama gue Gwen, lo gaboleh ada rasa sama gue. Lo emang queen di Carola untuk sekarang, tapi gue bukan punya lo."
Gwen menghela nafasnya, "Semua tergantung perlakuan lo ke gua Zer. Gue juga perempuan kalo lo lupa."
Gwen menatap wajah panik Zero, hanya sedikit terlihat tapi ini Gwen, dia sudah pasti bisa menangkap mimik itu. " HAHAHAHAHAAHAH MUKA LO JANGAN PANIK GITU ZER, gue becanda. Gue gaakan ada hati sama lo tenang aja."
Gwen lalu berdiri dan mendekat ke arah Zero, tanpa aba-aba gadis itu mengecup bibir Zero lalu memundurkan kembali wajahnya, "Ya kecuali lo berubah pikiran dan mulai ada rasa sama gue."
Setelahnya Gwen dan Zero dikagetkan oleh suara Airis yang tiba tiba sudah berada di dapur yang sama dengan mereka, "ASTAGA AAAAA JAYDEENNN MATA GUA TERNODAII."
Mereka menoleh, "aduh anak buah lo Zer gaada yang bener." Ucap Gwen pelan
Zero menghela nafas tidak menaanggapi ucapan Gwen, apa gadis itu lupa anak buah yang disebutkan itu juga dibawah pimpinan dia sebagai queen yang berati juga anak buahnya.
Zero berjalan ke depan melewati badan Airis begitu saja. Gwen mengikuti langkah Zero, tapi berhenti di hadapan Airis terlebih dahulu, tidak banyak ucapan Gwen hanya menaikkan alis tanda bertanya maksud Airis menyusul mereka.
Airis paham lalu menjawab dengan cengengesan, " HEHEHEHe itu bu bos makanannya udah dateng."
Begitulah Zero dan Gwen, dua manusia yang bisa berada di dua situasi sekaligus, mereka bukan manusia sedingin es yang kalian kira, tapi bisa menjelma seperti itu. Dan berubah lagi sesaat kemudian. Pokonya suka suka hati merekalah, anggota Carola juga sudah hapal betul.
Gwen tanpa membalas jawaban Airis, berlalu ke ruang tengah mansion dan diikuti Airis di belakangnya.
"Kenapa si Ris lo kok tereak tereak?" Pertanyaan itu berasal dari Alysa. Alysa ini juga termasuk dari ketiga sahabat Gwen selain Rose dan Amber. Bedanya jika Rose gadis yang cuek, Alysa sosok gadis yang lemotnya sudah tidak tertolong.
"Masa gue barusan liat adegan 18 plus plus tau Al." Airis berujar heboh
"18 plus plus tu apa Ris?" Kan, baru saja dijabarkan sifat Alysa sudah muncul tanpa diminta.
Amber yang paling waras diantara ketiga sahabat Gwen pun menengahi, "Udah Al gausah dengerin kata Airis, otaknya gawaras. Lanjutin makan lo ntar keburu abis dimakan Vino."
Dan benar saja lelaki itu sedang berusaha menggapai makanan di depan Alysa, yang tadi sengaja Alusa sembunyikan karena makanan itu makanan kesukaannya.
"VINO! Lo ambil makanan gue, gue ambil nyawalo dalam tiga detik ya!"
Vino meringis, pasalnya ia pernah merasakan bogeman Alysa dan bersumpah tidak ingin merasakannya lagi. Muka doang imut kalo mukul beh jangan ditanya. Sakit sekali epribadeh.
Zerois dan Gwen hanya menggelengkan kepala mereka menyaksikan keributan yang tiada akhir itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Zerois for Gwen
Teen Fiction"Gwen lo ga akan baper sama gue kan?", ingin rasanya Gwen menjedotkan kepala laki-laki dihadapan nya ini. "Lo kalo nanya gabisa aba aba apa Zer?, gila ga kira-kira kalo nanya." "Lo harus janji sama gue Gwen, lo gaboleh ada rasa sama gue. Lo emang qu...