13. Sedikit Kejutan

157 20 0
                                    

Ketika Reki mengemudikan motornya untuk melaju keluar melewati gerbang sekolah, Velly seketika mengernyitkan dahinya. Satu unggakan yang dilalui motor Reki membuat Velly sedikit melonjak di jok. Membuat ia terkesiap dan langsung bertahan dengan memegang tas ransel cowok itu. Khawatir kalau dirinya jatuh. Dan lalu ia melepaskan kembali pegangannya ketika motor itu kembali melaju dengan mulus.

Beberapa meter selanjutnya, ketika Velly sudah merasa nyaman lagi dengan laju motor Reki, eh ... ada polisi tidur. Sontak saja gadis itu kaget. Kembali dengan terburu-buru berpegangan lagi pada tas ransel Reki. Tubuhnya terasa menegang. Sekilas melihat ke bawah dan meneguk ludah. Membayangkan bila seandainya dirinya terpental dari jok. Mendarat ke aspal dengan posisi yang memalukan. Astaga.

"Ki!"

Velly berseru memanggil Reki tanpa melepaskan pegangannya. Dengan sedikit mencondongkan tubuhnya ke depan, ia melihat pada Reki melalui pantulan kaca spion.

Reki tampak bergerak sedikit. Membuka kaca helmnya. Membalas tatapan Velly, juga melalui spion motornya.

"Apa?"

Di pantulan itu, Reki bisa melihat bagaimana tampang lucu Velly. Dengan helm yang besar, nyaris saja mata cewek itu tertutupi. Tampak Velly yang berusaha memperbaiki letak helm di kepalanya sebelum memperlihatkan ekspresi tak nyamannya.

"Ini beneran kayaknya ada yang aneh deh sama motor kamu."

Mata Reki mengerjap-ngerjap beberapa kali. "Ah ... masa?"

"Iya," jawab Velly. "Kayaknya ini lebih tinggi dari biasanya deh."

"Perasaan kamu aja kali," kata Reki santai. "Ya kali kan motor aku nambah tinggi. Kan masa pertumbuhan dia udah berenti kali, Vel. Kayak kamu."

Velly seketika mendelik ketika mendengar tawa Reki yang pecah.

"Hahahahaha."

Tapi, tawa itu tak lama berderai. Karena pada detik selanjutnya tawa itu langsung tergantikan oleh ringisan. Yaitu ketika Velly yang tanpa peringatan langsung melabuhkan satu cubitan di perut Reki.

"Awww!"

Tangan kiri Reki sontak melepaskan stang motor. Berencana ingin mengusap perutnya, tepat ketika ban motornya kembali melewati polisi tidur. Seketika saja motor menjadi sedikit oleng.

"Eh eh eh!"

"Ki!"

Reki buru-buru langsung kembali meraih stang motornya. Kembali memposisikannya dengan benar.

"Astaga! Kamu ini! Kalau sampe jatuh gimana coba?"

Melirik melalui spion, Reki mendelik. "Makanya, Adek jangan cubit Abang kalau lagi di atas motor. Kalau kita jatuh gimana? Mau Adek kena tindih motor ini? Kegencet, keluar semua dah isi perut Adek."

Velly mengatupkan mulutnya rapat-rapat. Mencoba menahan untuk tidak mengumpat. Tapi, satu tangan gadis itu naik. Dan melihat itu, Reki memberikan peringatan.

"Loh? Eh? Beneran mau ngajak jatuh bareng ya?"

Kedua tangan Reki bergerak-gerak abstrak. Membuat stang itu bergerak ke kanan ke kiri bergantian. Hingga jalannya menjadi kacau.

"Ayo deh. Kita jatuh bareng-bareng di sini. Ya?"

"NGGAAAKKK!!!"

Sambil menjeritkan satu kata itu, Velly menurunkan tangannya yang tadi terangkat. Refleks berganti posisi. Terulur ke depan. Berusaha untuk meraih tangan Reki agar tidak memainkan stang motor itu lagi. Ngeri.

Tapi, tangan Velly tentu saja tidak bisa mencapai jari tangan Reki yang memegang stang. Walau memang, jari tangannya bisa memegang pergelangan tangan cowok itu. Dengan penuh perjuangan pastinya.

Mr. & Mrs. Semak-SemakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang