56. Puncak Kejelasan

235 19 0
                                    

Ketika Reki melajukan mobilnya di atas aspal, sesuatu membuat gadis itu refleks berpikir. Maka dari itu tidak heran sama sekali bila sepanjang perjalanan, Reki mendapati Velly yang diam membisu. Walau jelas, bukan hanya tentang keadaan Eshika yang menyita pikirannya. Alih-alih, hal lainnya.

Melihat Tama yang begitu panik mendapati keadaan Eshika yang seperti itu, mau tak mau membuat Velly sadar akan sesuatu. Hal yang teramat penting yang nyaris ia lupakan selama ini.

Seharusnya kalau cowok emang sayang sama ceweknya, ya gitu dong ya perlakuannya?

Khawatir, cemas, dan pasti bakal memastikan ceweknya baik-baik aja.

Dan kemudian tentu saja, pemikiran itu berujung pada hal lainnya.

Nggak kayak seseorang yang tebal banget mukanya mendadak balik ngubungi setelah sekian lama menghilang.

Ehm ....

Lantas di saat itulah mendadak Velly geli akan sesuatu.

"Nggak mau. Kamu ini cewek, masa manjat pagar?"

"Nggak mau. Kamu ini cewek, masa manjat pohon cemara kipas?"

"Tenang aja. Nyampe kok nyampe, Vel. Sini. Pegangan biar nggak jatuh."

"Kamu sakit, Vel? Kalau sakit, ke UKS aja yuk."

Ehm ....

Memikirkan itu kok tiba-tiba Velly merasakan matanya panas ya?

"Udah berapa lama sih aku gantungin dia?"

Velly bertanya pada dirinya sendiri tepat ketika Reki beranjak menuju ke toilet. Meninggalkan gadis itu seorang diri dengan pemikiran yang membuat ia menghitung mundur.

"Seminggu?"

"Dua minggu?"

"Ugh!"

Velly buru-buru memejamkan matanya. Langsung memutuskan untuk tidak lanjut menghitung. Bukannya apa, sontak saja itu membuat ia menjadi merasa tak enak.

"Tapi, selama itu ... dia masih anteng-anteng aja ya?"

Tangan Velly naik. Sikunya bertahan di meja dan menopang dagu.

"Ehm ... nggak nyangka juga sih dia bakal sabar gitu."

Ckckckck.

Dasar anak muda.

Karena jujur saja, Velly mungkin satu dari sekian banyak remaja cewek yang memiliki kecenderungan suka ulur-ulur. Mungkin sekadar iseng atau mungkin itu seperti menimbulkan kepuasan tersendiri? Atau bahkan hanya untuk memenuhi dugaan mereka bahwa cowok itu benar-benar serius. Sepertinya tidak sedikit bukan remaja cewek yang seperti ini?

Tapi, kalaupun Velly memang berniat untuk main ulur-ulur, maka pesan dari Putra jelas adalah hal yang tidak ia duga.

Bimbang?

Bukan masalah bimbang kok.

"Emangnya siapa juga cewek waras yang mau nolak Reki demi Kak Putra?"

Velly meringis.

"Kalau sampe gitu, yakin deh. Omongan Reki emang bener. Otak aku kurang gizi," kata Velly lagi pada dirinya sendiri seraya menunjuk kepalanya.

"Tapi ..., kalau cuma mutusin Kak Putra pake cara yang biasa, kayaknya nggak fair deh ya?"

Bibir Velly tampak mengerucut. Dahinya berkerut. Sorot matanya menajam dengan ekspresi misterius.

"Kata Papa, mata dibalas mata. Gigi dibalas gigi."

Mr. & Mrs. Semak-SemakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang