Satu hari di Taman Kanak-Kanak Kasih Ibu.
Di saat beberapa anak yang berusia sekitar lima hingga enam tahun itu bermain dengan teman sebayanya atau menikmati bekal mereka di dalam kelas atau justru bercengkerama dengan guru-guru mereka, ada sepasang anak yang terlihat sedang beradu pendapat. Di sisi gedung sekolah, lepas dari hiruk pikuk tawa teman-teman mereka lainnya, mereka tampak saling memegang teguh pemikiran masing-masing. Terlihat tak ada yang ingin mengalah. Sama keras kepalanya.
"Kamu mau jajan di luar ya? Ibu guru kan bilang nggak boleh. Harus makan bekal yang sudah disiapkan Mama kita."
Seorang anak laki-laki terlihat berkata memperingatkan seorang teman sepermainannya, seorang anak perempuan yang rambut pendeknya nyaris tidak benar-benar bisa dikuncir dua. Gadis kecil itu melotot dengan bibir yang mengerucut kesal.
"Kamu mau ngomong ke Ibu Guru hah? Mau laporin aku?"
Si bocah laki-laki menggeleng. "Nggak. Tapi, itu nggak boleh, Vel. Walau Ibu Guru nggak tau, tapi tetap aja nggak boleh bohong."
"Cerewet, Ki! Cuma jajan sebentar. Nggak bakal dosa kok."
"Ya ampun, Velly ..., nggak boleh. Kita nggak boleh ngelakuin yang nggak disuruh sama Bu Guru. Jajan di luar banyak debunya, Vel. Nanti kamu sakit."
"Ya kan kalau sakit ya aku dong yang bakal sakit. Bukan kamu. Ngapain kamu repot?"
"Kamu mau lihat Mama kamu repot ngurusin kamu?"
"Aku nggak bakal sakit."
"Kalau sakit?"
Velly melotot. Semakin membuat mata besarnya terlihat menakutkan ketika ia mendapati rok yang ia kenakan ditahan oleh tangan bocah laki-laki itu.
"Reki!" geram Velly. "Mau lepasin rok aku nggak?"
"Nggak mau." Reki menggeleng. "Kamu mau manjat pagar kan?" tanyanya. "Nggak boleh. Banyak tanamannya."
Velly berusaha melepas tangan Reki yang menahan roknya. Tapi, tangan Reki menggenggam dengan begitu erat. Hingga hal tersebut membuat Velly kesal.
"Nanti keburu disuruh masuk kelas lagi, Ki. Lepasin."
"Nggak mau. Kamu ini cewek, masa manjat pagar?"
"Aku manjat pohon jambu aja bisa."
Velly mendengus. Dan karena ia sudah terlalu kesal mendapati Reki yang tak melepaskan roknya, gadis kecil itu pada akhirnya menyeret langkah kakinya. Reki yang menarik rok Velly, melotot. Mau tak mau justru membawa langkah kakinya untuk mengikuti langkah kaki Velly.
Velly menoleh tanpa menghentikan langkah kakinya. Sedikit menundukkan wajahnya ketika melihat Reki yang masih mengikuti dirinya.
"Dasar pendek!" ejek Velly. "Sok mau melarang aku."
Reki cemberut. Menengadahkan wajahnya saat melihat Velly yang mencemooh dirinya yang pendek. Kesal, tapi ia tidak bisa berbuat apa-apa selain tetap menahan rok Velly. Pun ketika gadis kecil itu tetap berjalan melewati pohon-pohon tanaman hias di dekat pagar, ia tetap mengikutinya. Masih berusaha untuk menahan kemauan keras temannya itu.
"Vel, jangan."
Velly mengeraskan wajahnya. Tak menghiraukan larangan Reki dan justru mengangkat kedua tangannya. Meraih besi-besi pagar yang berdiri kokoh di depannya.
"Vel."
"Diam! Nanti Bu Guru dengar!" geram Velly.
Lalu mata Reki melotot. Melihat bagaimana satu kaki Velly sudah naik ke salah satu besi pagar. Gadis kecil itu terlihat akan mengambil ancang-ancang untuk menaikkan satu kakinya yang masih berpijak di tanah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. & Mrs. Semak-Semak
Roman pour AdolescentsJudul: Mr. & Mrs. Semak-Semak Genre: Romantis Komedi Manis (16+/Teenlit) Status: Tamat Spin-Off Novel "Sekolah Tapi Menikah" ********************* "BLURB" Vellyanti Anggraini merasa ada yang aneh dengan perilaku sahabatnya akhir-akhir ini. Jarang in...