36. Kembali Dekat?

105 17 0
                                    

"Tet! Tet! Tet!"

Satu bunyi yang paling ditunggu oleh selulruh siswa akhirnya terdengar pula. Pertanda bahwa jam pelajaran telah berakhir. Saatnya untuk mereka pulang.

Sorak-sorai terdengar. Tepat setelah guru menutup pelajaran hari itu, tampak beberapa orang siswa yang bersiap untuk langsung beranjak keluar dari kelas. Tapi, sebelum mereka keluar ternyata Bima telah menutup pintu kelas. Lalu ia berseru.

"Guys, tolong perhatiannya sebentar!"

Sang ketua kelas tampak berdiri di balik meja guru. Melihat pada teman-teman sekelasnya. Memastikan semuanya duduk dengan tenang di kursi masing-masing, Bima pun berkata.

"Jadi, kan bentar lagi kita mau ke Puncak tuh ya. Nah, jadi karena semua kebutuhan kita selama di sana udah ditanggung sama Alex ...."

"Wiiih!!!"

Keriuhan tercipta dengan seketika. Semuanya tampak semringah mendengar perkataan Bima. Yah ... walau tidak semuanya sih. Dan itulah yang disadari oleh Reki. Karena ketika ia menoleh ke sebelah. Ia mendapati bahwa Tama tampak misuh-misuh.

Reki geleng-geleng kepala.

Gara-gara persaingan cinta coba kan ....

Tak ingin mengurusi Tama dan segala macam urusan yang melibatkan Eshika dan Alex, Reki pada akhirnya membawa matanya untuk kembali fokus ke depan. Pada ketua kelas.

"Jadi, kita sekarang tinggal menentukan akomodasi kita ke sana," kata Bima. "Kita mau nyewa bus atau iring-iringan aja pake kendaraan masing-masing?"

Reki manggut-manggut.

Ah, bener juga sih.

Persiapan buat pergi.

Tapi, sebelum Bima sempat meneruskan perkataannya, satu suara mendadak terdengar dari belakang. Membuat Reki spontan menoleh. Pada Alex yang keburu bicara duluan seraya mengangkat tangan.

"Bim, gimana kalau kita pake kendaraan pribadi aja?" tanya Alex. "Daripada kita ngeluarin duit buat sewa bus kan ya? Lagian kita kan banyak yang punya mobil di sini."

Ah!

Mata Reki membesar.

Bener juga ya.

Pake kendaraan pribadi.

O oh.

Memikirkan itu, Reki dengan cepat beralih pada Tama. Menyikut temannya itu.

Tama melirik. "Apa?"

"Nebeng ya?" tanya Reki seraya memamerkan cengirannya.

"Eh? Nebeng?"

Reki mengangguk.

"Ogah ah," kata Tama. "Lagian kamu kan bisa make mobil Kakak kamu."

"Males nyetir, Tam," jawab Reki dengan gelengan kepalanya. "Udah biasa megang stang aku mah."

Tama keukeh menggeleng. Matanya tampak membesar. "No!"

"Ehem!"

Bima dengan sengaja berdehem lumayan kencang untuk menenangkan situasi kelas yang mendadak heboh.

"Aku tulis dulu ya nama-nama yang punya mobil," katanya seraya meraih spidol dan menuju ke papan tulis. "Bima, Alex, Febrian, Wanto, Tama ...."

"Reki, Bim!" jerit Tama dari belakang.

Reki mendelik dan balas berseru. "Sorry, Ketua Kelas. Aku malas bawa mobil. Aku mau nebeng bareng Tama aja."

Bima menengahi. "Kita liat dulu ya. Kalau kita kurang mobil, berarti kamu harus bawa, Ki."

Mr. & Mrs. Semak-SemakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang