Satu tahun, lima bulan kemudian.
"Yuhu, Airi! Airiiii!"
Airi masih memanggang kue di dapur saat ia mendengar suara Caroline memanggilnya. Sedikit berlari kecil, Airi berjalan menuju ke arah ruang tamu yang sudah beralih fungsi menjadi toko kue. Airi membuka pintu depan rumahnya, tersenyum ketika melihat sosok perempuan berambut panjang yang disemir warna pink.
"Carol! Apakah kau mau membeli macaroni dan cupcake lagi?" Airi bertanya ceria dengan senyum cerahnya.
Caroline balas tersenyum, melangkah maju dan mengusap tepung yang menempel di pipi Airi. "Kau masih memanggang kue?"
"Terima kasih," kata Airi. "Dan, iya. Aku masih memanggang cookies dan macaroni juga, tapi cupcakenya sudah jadi." Ia melangkah mundur, membuka pintunya lebih lebar untuk mempersilakan Caroline masuk. "Aku akan segera selesai, kuharap, kau tidak akan bosan menunggu."
"Oh, itu bukan masalah besar. Aku akan membantumu membawa kue ke etalase!" ujar Caroline membuat Airi menatapnya terharu.
"Terima kasih banyak Carol! Kau tahu kan jika aku sangat cinta padamu?"
"Oh, ayolah!"
Airi tertawa, segera berlari kecil ke dapur dan dengan buru-buru membuka panggangannya untuk mengeluarkan kue yang sudah matang dari dalam sana. Caroline terkekeh melihat tubuh kecil Airi yang berlarian kesana-kemari, nampak sangat sibuk di dapurnya. Sudah setahun lebih berjalan. Rumah yang Airi tinggali mengalami banyak renovasi untuk membuka toko kuenya yang ia beri nama Flair's Cookies. Toko kue Airi cukup terkenal di Norfolk sejak ia membukanya. Pertama karena rasa kuenya sangat enak dan harum kuenya kadang tercium ke mana-mana, lalu yang kedua dan yang menjadi daya tarik utama, pemilik Flair's Cookies adalah seorang perempuan lajang yang manis dan punya kepribadian yang menyenangkan. Airi selalu menyapa pelanggannya dengan senyum ceria, kadang mengajak pelanggannya bicara dan mendengarkan jika tiba-tiba saja mereka menceritakan hari mereka yang menyebalkan. Airi biasanya akan memberikan semangat dan juga sebungkus biskuit cokelat untuk mereka yang mengalami hari yang menyebalkan, karena cokelat selalu membuat suasana hati menjadi lebih baik.
Airi menyelesaikan kue-kuenya dan membawa kue-kue yang sudah selesai ke etalase dengan dibantu oleh Caroline. Ada sekitar 5 jenis kue yang Airi buat setiap harinya seorang diri, macaroni, cookies, cheesecake, cupcake, dan biskuit berbagai rasa. Kue-kue yang Airi buat selalu habis tak bersisa setiap harinya dan kadang, beberapa pelanggan sampai mengeluh karena selalu kehabisan favoritnya.
"Macaroni dan cupcake sudah siap! Kau mau rasa apa?" tanya Airi kepada Caroline ketika ia akhirnya selesai menata kue di etalase.
"Tolong rasa cokelat, vanila dan stoberi, seperti biasa," jawab Caroline.
"Baik!" balas Airi ceria, memberikan kue-kue yang diminta oleh Caroline dan tak lupa memberikan bonus berupa dua biskuit cokelat karena Caroline membantunya hari ini.
Caroline tertawa kecil mendengar nada bicara Airi yang selalu ceria dan menyenangkan. Dan juga baik hati. Airi dan baik hati adalah dua hal yang sulit dipisahkan. "Oh, aku hampir lupa! Kamu akan ikut ke pool party yang kuadakan kan?"
Airi yang tadinya tersenyum seketika langsung memasang wajah bingung. Namun, dengan cepat ia memasang senyum canggung. "Ah, itu ..."
"Kau harus datang! Aku akan memastikan jika Hulk sedikit mengecilkan tubuhnya dan tidak membuatmu ketakutan," kata Caroline sambil tersenyum lebar.
Airi meringis. Hulk yang dimaksud oleh Caroline adalah Lucien McCoy, Pria Hulk yang Airi benci karena membuang biskuitnya di awal mereka bertemu. Airi masih ingat ketika ia pergi dari rumah nomor sembilan yang masih merupakan gym center tanpa nama dengan perasaan kesal, Caroline segera menyusulnya untuk meminta maaf dan menjelaskan pada Airi jika Lucien bukan pria jahat. Lucien memang tidak jahat, tetapi Airi tahu ia tidak menyukai Airi dan ia bersikap kasar pada Airi. Bahkan, bukan ia yang datang untuk meminta maaf, tetapi malah Caroline.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cupcake and The Grump
General FictionAiri Flair memutuskan untuk pindah ke kompleks perumahan baru yang jauh dari orangtuanya dengan tujuan untuk hidup mandiri. Siapa sangka jika keputusan pindah ke rumah baru malah membuatnya bertemu dengan Lucien McCoy yang galak dan sangar? Di perte...