Sudah beberapa hari ini Airi memutuskan untuk menghindari Lucien. Airi juga tak tahu. Ia sedikit merasa tak nyaman karena melihat Lucien berciuman dengan mantan kekasihnya. Airi tahu ia bertingkah kekanakan dan menghindari masalah, tetapi untuk saat ini, Airi hanya ingin menghindar.
Selain itu, Stefani Ludwig mengejar-ngejar Lucien lagi sampai ke Hulk Smashed. Jelas, hal itu membuat Caroline senewen ketika ia berkunjung bersama dengan Joseph. Hampir selama beberapa hari terakhir, Caroline datang ke tokonya untuk melaporkan soal Lucien dan Stefani, mendorong Airi agar melakukan sesuatu kepadanya. Namun, Airi hanya tersenyum dan memutuskan untuk tidak melakukan apa-apa.
Lucien membiarkan perempuan itu berada di sekitarnya. Artinya, ia bisa menanganinya sendiri dan Airi tidak perlu repot-repot melakukan apa-apa. Lagi pula, hal itu akan membuat Airi nampak putus asa. Walau ia sebenarnya memang tak nyaman melihat Stefani yang terus berusaha mendekati Lucien.
"Serius, Airi! Kau harus melakukan sesuatu dengan si pirang bodoh itu!" omel Caroline dengan mata berapi-api.
Caroline baru saja selesai dengan shiftnya di Hulk Smashed, mendatangi Flair's Cookies walau ia tak berniat membeli bersama dengan Joseph untuk melaporkan tingkah Stefani. Airi seperti beberapa hari sebelumnya hanya menyeringai melihat wajah kesal Caroline dan Joseph yang kewalahan menenangkannya.
"Oh, Airi! Kau benar-benar harus melakukan sesuatu untuk menenangkan kekesalan Carol," ujar Joseph membujuk. "Ia sangat membenci Ludwig."
"Memang ada apa dengannya?" tanya Airi ringan membuat Caroline mendelik tak percaya. Airi buru-buru menambahkan. "Maksudku, selain mulut kasarnya dan tingkahnya yang sedikit agresif, ada apa lagi dengannya?"
"Mulut kasar dan tingkah yang sedikit agresif? Ayolah, Airi. Kita semua tahu perempuan iblis itu punya mulut lebih kotor dari sampah dan bertingkah lebih rendah dari jalang. Oh, jalang saja punya harga diri dibandingkan dirinya!" omel Caroline membuat Airi melangkah mundur dan menatap Joseph yang menggeleng. Namun, Caroline mengabaikan keduanya dan melanjutkan. "Ia mantan kekasih Lucien semasa kuliah. Selama mereka pacaran, kau tahu apa yang ia lakukan padaku? Ia membuat rumor-rumor tak berdasar hanya karena aku bersahabat dengan Lucien. Ia sangat cemburu pada hal itu!"
"Rumor?" Airi menatap Caroline lekat.
"Ia menyebarkan gosip jika aku selingkuh dengan Lucien, juga tidur dengan banyak pria setiap minggunya. Ia memberitahu teman-temannya jika aku memiliki chlamydia yang jelas semuanya tidak benar!" Caroline kembali mengoceh dengan wajah geram. "Dibandingkan dengan Madeline, aku lebih membenci Stefani!"
"Madeline?" Airi memasang wajah penuh tanya.
"Mantan kekasih nomor dua," kata Caroline cepat. "Pokoknya, aku berharap kau memberitahu Lucien supaya menendangnya pergi dari Hulk Smashed!"
"Aku tidak punya hak untuk melakukan itu, Carol. Lagi pila, butuh alasan yang jelas selain kau tidak menyukainya," kata Airi tenang. "Dan, aku yakin Lucien bisa menanganinya."
"Kalau begitu, kenapa kau tidak menemui Lucien beberapa hari terakhir dan tidak membalas pesannya?" tanya Joseph dengan wajah sebal. "Ia terus bertanya tentangmu padaku setiap sesi!"
Airi ingin membuka mulut dan membalas, tetapi seorang pria melangkah masuk ke toko Airi. Otomatis, Airi langsung tersenyum untuk menyambutnya. "Selamat siang!"
"Apakah ini Flair's Cookies?" tanyanya menatap Airi dengan wajah datar.
Airi mengangguk. "Benar. Ada yang mau kau beli, Tuan?"
Pria itu menatap Airi lekat, mengerutkan kening dan kembali bertanya, "apakah kau pemiliknya? Airi Flair?"
Airi mengangguk lagi dan menatap pria itu dengan wajah bingung. Pria itu tak mengatakan apa-apa, mendekat kepada Airi dan mengeluarkan sesuatu dari sakunya. Kartu nama. Ia memberikan kartu namanya kepada Airi dengan wajah datar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cupcake and The Grump
General FictionAiri Flair memutuskan untuk pindah ke kompleks perumahan baru yang jauh dari orangtuanya dengan tujuan untuk hidup mandiri. Siapa sangka jika keputusan pindah ke rumah baru malah membuatnya bertemu dengan Lucien McCoy yang galak dan sangar? Di perte...