Airi menutup tokonya lebih awal karena kue-kuenya sudah terjual habis. Ia membersihkan etalase, mencuci nampan-nampan yang sedikit terkena noda cream dari cupcake yang ia buat dan setelah selesai, ia memutuskan untuk pergi jogging. Caroline dan Joseph sama sekali tak menampakkan batang hidungnya di toko Airi. Keduanya masih menghindari semua orang. Dan, Airi tidak bisa bicara pada mereka meski ia ingin karena ia sangat sibuk. Begitu ia tidak sibuk, ia juga tidak bisa bicara pada keduanya karena mereka menghilang entah ke mana. Namun,untuk saat ini bukan hal itu yang membuat Airi resah.
Sejak Tony dan Erika melihat Airi turun dari lantai tiga rumah Lucien dengan menggunakan piyamanya, ia menjadi bahan bulan-bulanan keduanya. Terutama Tony yang tidak akan membiarkannya sendirian. Pria itu terus meledek Airi jika ia punya kesempatan. Satu-satunya momen Tony tidak akan meledek Airi adalah pada saat Airi bersama dengan Lucien. Karena, sejauh yang Airi tahu, Lucien akan menatap Tony dengan wajah datarnya yang menyeramkan. Paling tidak, dengan adanya Lucien, Airi bebas dari ledekan Tony.
Airi mengunci pintunya, berjalan santai melewati Jalan Pines 10. Ia tidak melewati rumah Lucien karena ia memutuskan untuk mengambil arah yang berlawanan. Sepanjang perjalanan, Airi menyapa beberapa tetangga yang sedang duduk bersantai atau sedang mengurusi tanaman di halaman depan rumahnya. Lalu, ketika sudah siap untuk berlari, Airi mulai berlari pelan sambil menikmati cahaya matahari sore yang tak terlalu terik dan angin sepoi-sepoi.
Udaranya teduh, Airi tersenyum kecil seraya berlari. Ia tidak terlau suka jogging, tetapi ia suka menikmati pemandangan Kota Norfolk. Maka, meski Airi tidak menyukai jogging, ia akan tetap melakukannya untuk melihat pemandangan kota. Airi kembali mencapai danau di pinggir kota, berhenti di tepi danau dengan napas terengah seraya memandangi pemandangan di sekitar danau. Ia memejamkan matanya sejenak, menghirup okisigen sebanyak-banyaknya dan mengamati sekitarnya. Seperti kemarin, Airi melihat banyak orang-orang yang sedang duduk-duduk di bangku yang tersedia di tepi danau. Ada beberapa pelari yang juga sedang beristirahat sambil memandangi pemandangan danau sepertinya. Airi menyipitkan matanya sedikit, merasa silau melihat permukaan danau yang memantulkan cahaya matahari yang hampir terbenam.
Mata Airi beralih lagi menatap sekitarnya, menemukan Joseph dan Caroline yang sedang bicara berdua di salah satu bangku yang letaknya agak jauh dari Airi. Namun, Airi tetap bisa melihat ekspresi wajah mereka dari tempatnya berdiri. Keduanya sedang tertawa kecil sambil bicara. Airi melangkah satu kali, hampir berpikir untuk berlari dan mendekati keduanya sampai ia melihat sedikit keanehan. Yap, Caroline dan Joseph berpegangan tangan, erat dan sangat mesra.
Alis Airi terangkat, bibirnya sedikit membulat. Airi tahu jika Joseph menyukai Caroline, tetapi apa mereka tiba-tiba sudah di tahap kencan? Tanpa memberitahunya?
"Aku tidak melihatmu melewati rumahku." Sebuah suara menyapa Airi, bersamaan dengan satu tepukan di bahunya.
Airi membalikkan tubuh, menatap orang yang menepuk bahunya tanpa merasa terkejut. "Lucien! Joseph dan Carol berkencan!"
Lucien, yang merupakan orang yang menyapa Airi menatapnya dengan alis sedikit terangkat sambil memandangi Airi. Sementara, perempuan itu menunjuk ke arah bangku di mana Joseph dan Caroline duduk sambil berbincang dengan mesra. Lucien sedikit menyipitkan matanya untuk melihat kedua orang itu, lalu beralih lagi pada Airi.
"Mereka menghindari kita semua karena mereka berkencan diam-diam," kata Airi dengan nada kesal. "Dan Jospeh sama sekali tidak memberitahuku soal ini! Padahal, ia tetangga favoritku!"
Lucien mengangkat bahunya ringan. "Mungkin mereka butuh privasi?"
"Aku tahu, tetapi tidak ada salahnya memberitahuku. Mereka hanya perlu bilang jika mereka berkencan dan butuh waktu sendiri, alih-alih menghindariku. Aku sampai berpikir jika mereka membenciku!" omel Airi kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cupcake and The Grump
General FictionAiri Flair memutuskan untuk pindah ke kompleks perumahan baru yang jauh dari orangtuanya dengan tujuan untuk hidup mandiri. Siapa sangka jika keputusan pindah ke rumah baru malah membuatnya bertemu dengan Lucien McCoy yang galak dan sangar? Di perte...