CHAPTER 14

142 14 1
                                    

Jungkook terbangun dari istirahatnya. Jam menunjukkan pukul 7 malam. Ia merasa tubuhnya mulai membaik. Sekarang, perutnya mulai lapar. Karena memang dari semenjak di sekolah, ia hanya makan pagi. Namun, ia sangat takut untuk sekedar keluar dari kamarnya. Hanya bisa berharap jika Hyungnya menyadari bahwa Kookie sudah bangun. Ya, Jungkook setakut itu kepada Papanya sendiri. Hanya, Jungkook bersyukur Papanya hanya memaki dengan kalimat-kalimat sadis, tapi tidak sampai memukul secara fisik. Ia sempat membayangkan jika menerima kekerasan fisik dari Papanya, iapun bergidik ngeri.

Karena memang ia hanya bisa di kamar dan menunggu Hyungnya menghampiri dirinya, Jungkook memutuskan untuk membaca beberapa bab pelajaran untuk besok. Namun, ia baru menyadari bahwa ada pesan dari Jimin di ponselnya yang belum ia baca. Mengingat dirinya setelah sampai di rumah memutuskan untuk tidur dan terbangun di malam hari.

"Kook? Bagaimana keadaanmu? Sudah membaik? Oh iya. Jika besok kamu masuk, ada beberapa materi yang harus kamu catat. Dan besok ada ulangan matematika,yang materinya acak. Pak Namjoon hanya bilang pelajari saja semua materi yang sudah diberikan. Sampai bertemu besok,Kook! " Kurang lebih seperti itulah isi pesan dari Jimin.

Jungkook menghela nafas. Ulangan Matematika. Berdasar dari semua materi yang sudah diberikan oleh Gurunya. Acak. Seketika kepalanya mendadak pusing. Mau tidak mau, ia harus rela begadang malam ini ,mempelajari semua materi untuk ulangan besok. Demi mendapat nilai yang memuaskan. Demi bisa menjawab semua soal. Ya, karena ia tidak mau mengecewakan Papanya lagi dan lagi. Papanya itu keras kepala. Hanya salah satu soal saja, dia tetap memaki Jungkook. Papanya juga egois, tidak pernah memikirkan perasaan Jungkook.

*Cklek* Pintu kamar Jungkook terbuka. Itu Bibi Lena.
"Kookie, sudah bangun? Bibi membawa makanan untukmu. Dimakan ya? Tuan Seokjin bilang Kookie hanya makan pagi. Jadi, Tuan Seokjin memberitahu Bibi untuk membawakanmu makanan jika kamu sudah bangun." -Ucap Bi Lena dengan senyum hangatnya.

"Baiklah, taruh di meja saja, Bibi. Terima kasih. Ngomong-ngomong, dimana Seokjin Hyung?"-Kook

"Ah, Tuan Seokjin sedang ada acara bersama teman-temannya. Maka dari itu, Bibi yang membawakan makanan ke kamar Kookie. Kookie sudah baikan? Dimakan ya. Kookie harus tau, Tuan Seokjin sangat menyayangi Kookie."-Bi Lena.

"Okay, Bibi. Kookie pasti menghabiskan makanannya hehe. Terima kasih Bibi." Ucap Kookie sembari tersenyum tipis.

Jika bertanya, kenapa Bi Lena memanggil Jungkook dengan sebutan Kookie? Karena itu Jungkook yang memintanya. Baginya, untuk memanggil namanya tidak perlu ada embel-embel Tuan atau apapun. Karena Bi Lena sudah Jungkook anggap sebagai ibunya sendiri. Bi Lena sangat dekat dan hangat kepada Kookie. Bi Lena juga sangat mengetahui sikap Papa Jungkook. Namun, Bi Lena tidak bisa berbuat apapun. Ia masih mengetahui batasan. Namun, Bi Lena akan selalu memberi kehangatan kepada Jungkook semampunya. Disaat Jungkook tidak pernah merasakan kehangatan dari orangtuaya sendiri.

Kookie pun memakan dengan lahap makanan yang diberikan Bibi Lena. Karena, untuk belajar beberapa materi, ia membutuhkan energi yang cukup. Ia masih lemas, namun, ia merasa kondisi tubuhnya lebih baik daripada tadi siang. Sembari mengunyah makanan, Jungkook memikirkan Hyungnya. Tidak biasanya Hyungnya pergi di malam hari seperti sekarang.
"Ah, mungkin Seokjin Hyung memang ada acara dengan temannya." -monolognya.

Setelah selesai memakan makanannya, Jungkook menaruh bekas alat makannya di meja tempat Bibinya menaruh makanannya. Ia berpikir bahwa nanti setelah selesai belajar, ia membawanya ke bawah dan mencucinya. Ia hanya menghindari Papanya. Lebih tepatnya, pertanyaan-pertanyaan Papanya. Jungkook sangat bersyukur Papanya tidak pernah naik keatas untuk sekedar mengetuk pintu kamar Jungkook. Karena, jika itu terjadi, mungkin jika Jungkook tidur terlalu lama, Papanya akan membangunkannya dengan suara yang keras.

Jam menunjukkan pukul 20.30.
Jungkook mulai berkutat dengan buku matematikanya. Sejujurnya, Matematika adalah pelajaran favoritnya. Namun, terkadang gurunya ini sulit ditebak. Nyatanya, sekarang ia harus belajar total 6 materi dengan rumus yang berbeda-beda. Biasanya gurunya hanya memberikan 5 soal essai dalam ulangannya. Tapi, mau tidak mau, Jungkook harus mempelajarinya. Karena, ya Jungkook hanya ingin mendapat pujian dari Papanya walaupun cuma sekali dan walaupun itu sangat mustahil. Mengingat, mendapat nilai 100 pun, ayahnya tidak pernah memujinya dengan kalimat yang hangat. Mungkin hanya "Bagus. Pertahankan nilai 100 mu itu." Baginya, itu terdengar seperti bukan pujian. Memang benar,kan? Lebih terdengar paksaan untuk terus mendapat nilai 100.

Sudah 2 jam ia belajar, sisa dua materi lagi yang harus dipelajari. Karena sudah hampir pukul sebelas malam. Ia akhirnya memutuskan untuk istirahat sebentar dan membawa alat bekas makannya ke bawah serta mencucinya. Juga ia berniat untuk membuat teh hangat, untuk menemaninya belajar sisa materinya malam ini.

*Cklek* Ia membuka pintu kamarnya dengan sepelan mungkin. Takut jika membangunkan Papa atau bahkan Hyungnya. Ia pun turun kebawah dengan langkah hening, berusaha tidak menciptakan suara sekecil apapun sampai nanti ia tiba di dapur.
Sesampainya di dapur, ia bergegas mencuci alat makannya dan menata dengan baik di tempat semula. Setelahnya, ia membuat teh hangat untuk dibawa ke kamar. Namun, tiba-tiba seseorang berbicara.

"Siapa yang malam-malam di dapur?' -Papa Jungkook.

Stagnan. Jungkook terdiam. Tubuhnya mendadak gemetar. Itu suara Papanya. Yang seharian ini berusaha ia hindari. Takut. Itu satu kata yang terlintas di benak Jungkook saat ini.
Sang Papa akhirnya menyalakan lampu dapur.

"Jungkook? Kenapa jam segini belum tidur? Sengaja? Biar besok ngga sekolah? Biar bisa pura-pura sakit? Iya? Siapa yang ngajarin kamu begadang? Hah? Papa pernah ngajarin kamu begadang? Enggak kan?"

"J-Jungkook s-sedang belajar, Pa. Dan J-jungkook kesini h-hanya untuk mencuci piring dan mem-buat teh ha-ngat." Ucap Jungkook terbata dengan nafas tersenggal.

Sialnya, sesak itu datang lagi. Ia menahannya. Ia berusaha kuat di depan Papanya. Karena ia tahu, Papanya tidak akan percaya dengan apa yang dialami Jungkook.

"Gak usah banyak alasan kamu, Jungkook. Papa tahu kamu hanya alasan. Papa tahu kamu hanya pura-pura sakit kan selama ini? Supaya dapat belas kasihan dari Seokjin? Bakat akting kamu, Papa akui cukup bagus. Tapi sayangnya, Papa tidak bisa menaruh kasihan kepadamu." Ucap sang Papa dengan nada yang mulai meninggi.

"Ada apa malam-malam ribut? Jungkook?" Itu suara Seokjin. Ia belum sepenuhnya tidur. Ia mendengar semua perkataan menyakitkan dari Papanya untuk Kookienya. Akhirnya, ia bergegas keluar dari kamar dan menghampiri Jungkook.

"Hyung..." Lirih Jungkook.

"Papa apa-apaan, sih? Kenapa bicara kaya gitu ke Jungkook? Seokjin dengar semua perkataan Papa. Seokjin ga habis pikir sama sifat Papa. Jungkook salah apa ke Papa?"-Seokjin.

"Kamu tuh gatau apa-apa,Nak. Papa cuma ingin mendidik anak ini supaya bisa punya masa depan yang bagus. Kamu ngga usah ikut campur. Dan Papa minta, jangan terlalu percaya semua alasan dari mulutnya." Ucap Papanya sembari menunjuk ke arah Jungkook.

Tidak bisa berbohong. Airmata Jungkook menetes dengan deras. Tidak menyangka Papanya berkata seperti itu kepadanya. Itu sangat menyakitkan untuk Jungkook. Nafasnya tersenggal-senggal. Ingin berbicara namun sangat sulit. Dadanya begitu sesak.

"Ng-gak pa-pa, Hyung. Kook-ie tau maksud Papa i-tu baik. Koo-kie kembali ke ka-mar saja. Koo-kie ti-dak mau Hyung debat dengan Papa ha-nya karena Koo-kie." Ucap Jungkook dengan nafas tersenggal.

Seokjin menyadari bahwa Jungkook sedang mati-matian mengatur nafasnya. Lagi-lagi ia melihat adiknya menahan sakit dan pura-pura kuat di depan Papanya.

Saat Jungkook hampir sampai di anak tangga terakhir menuju kamarnya. Dadanya sesak dan nyeri. Ia berusaha menahannya. Ia pun berhasil masuk ke dalam kamarnya. Terduduk di belakang pintu kamarnya. Sembari berucap "Kenapa sesak sekali dan lebih nyeri dari kemarin. Apakah ini akhir dari hidup Kookie, Tuhan?"

Haiii, aku memutuskan untuk tetap up. Tapi slow yah xixixixi. Semoga suka!
Dan semoga chapter ini lebih bisa ngefeel👍
Jangan lupa vommentnya !!!♡♡
See you next chapter.

JUST ONE DAY 🌼 [ JINKOOK ] - SLOW UPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang