CHAPTER 7

270 15 0
                                    

" Aku tau ini sangat berat untukku sendiri. Tapi, aku yakin pasti bisa melewati ini semua. Aku akan terus berjuang. Sampai tiba saatnya nanti semua hanya tinggal kenangan dan penyesalan. " -JeonJungkook

---

Pagi telah tiba, matahari bersinar dengan cerahnya.
Seokjin pun terbangun dari tidur malamnya, ia melihat adiknya masih saja belum sadarkan diri.
Tapi, dia sangat yakin bahwa semalam adiknya itu sempat berbicara dan melarangnya untuk pergi.

" Kook, cepatlah bangun. Hyung janji akan tetap disini dan tidak akan meninggalkan Kookie. Tapi Kookie harus bangun. Hyung percaya Kookie anak yang kuat, bangunlah Kook. Hyung tidak mau melihat Kookie terus-terusan terbaring disini dengan alat bantu pernafasan. Hati Hyung sangat sakit Kook. " Ucap Seokjin sembari memegang tangan adiknya dan dengan mata yang berkaca-kaca.

" H-hyung.. H-hyung.. Jin Hyung.. Sakit Hyung, sangat sakit. " Rintih Jungkook dengan mata yang masih tertutup.

" Kook. Bagian mana yang sakit? Tenang dulu, Kook. Hyung akan segera memanggil dokter. " Jawab Seokjin sembari akan keluar dari ruangan Jungkook.

---

Dokter pun segera memeriksa kondisi Jungkook. Sementara Seokjin hanya bisa terus berharap agar adiknya cepat sadar. Seokjin pun tidak mengabari Papanya bahwa Jungkook sakit. Seokjin tau papanya itu sangat menekan Jungkook dan membuat adiknya jatuh sakit seperti ini.
Seokjin memang mengurungkan niat untuk memberi kabar tentang kondisi Jungkook pada papanya. Karena, papanya pun pasti akan bersikap biasa saja.

" Bagaimana kondisi adik saya dokter? Apakah dia akan segera sadar ? Dia baik-baik saja kan, dokter? Dokter tolong bantu adik saya untuk sembuh. Aku tidak mau kehilangan adikku satu-satunya. Tolong dok." Mohon Seokjin dengan mata yang berkaca-kaca menahan tangis.

" Adikmu akan segera sadar, adikmu adalah orang yang sangat kuat. Dan dia akan baik-baik saja. Kami hanya bisa membantu dengan obat saja dan beberapa terapi. Tapi, adikmu harus rutin meminum obat dan melakukan terapi. " Jawab dokter itu sambil menepuk pundak Seokjin.

---

Seokjin pun kembali masuk ke dalam ruang rawat Jungkook. Dia terus menatap adik satu-satunya itu dengan tatapan yang sendu. Dia hanya tidak menyangka bahwa adiknya harus memiliki penyakit ini. Padahal dia selalu melihat Jungkook ceria dan tidak pernah mengeluhkan sakit sedikitpun.

Seokjin mengeluarkan ponsel dari saku celananya, dan ia mendapat beberapa pesan. Salah satunya adalah pesan dari Papanya.

Pesan 1 : Kau dimana? Kenapa 2 hari tidak pulang, nak? Apa papa punya kesalahan denganmu? Sehingga kamu enggan pulang ke rumah?

Pesan 2 : Kim Seokjin!! Dimana kamu? Kenapa tidak balas pesan papa? Apa kamu benar-benar sibuk? Apa kamu memang melupakan papa?

Pesan 3 : Kau pergi dengan siapa? Jika dengan Jungkook, kenapa kamu membawa Jungkook pergi? Dia harus banyak belajar untuk masa depannya. Papa tidak mau jika nilai Jungkook turun drastis hanya karena ulahmu, Seokjin. Papa selalu ingin Jungkook menduduki peringkat 1 dan tidak ada yang boleh mengalahkannya!

Seketika setelah Seokjin membaca tiga pesan dari papanya, ia pun tersenyum miris dan hatinya sangat amat sakit. Kenapa papanya hanya mementingkan prestasi adiknya, kenapa papanya tidak pernah memikirkan keadaan adiknya.
Seokjin pun tidak habis pikir bahwa papanya sekejam itu dengan Jungkook. Papanya selalu memikirkan nilai , nilai dan nilai tanpa mau memikirkan anaknya.

Seokjin hendak membalas pesan papanya dan memberitahu bahwa Jungkook dirawat di Rumah Sakit. Tapi, setelah ia pertimbangkan lebih baik untuk tidak mengabari papanya soal keadaan Jungkook.
Seokjin yakin pasti papanya pun tidak percaya dengan keadaan Jungkook. Dan pasti papanya juga akan memarahi adiknya itu bahkan lebih kejam.

Seokjin tahu sifat papanya. Papanya memang seseorang yang disiplin dan rajin. Tapi, papanya juga seseorang yang egois.
Papanya selalu menginginkan apa yang dia mau tanpa mau memikirkan keadaan orang lain.

Seokjin juga tidak mau membuat Jungkook sakit lebih dalam lagi. Keinginan terbesar Seokjin sekarang hanya satu. Melihat adiknya sembuh dan bisa bercanda tawa bersama. Menikmati indahnya dunia bersama. Sekaligus membantu mengobati dan membalut luka adiknya.

---

" Kau tahu, Kook? Sebenarnya semua orang bisa merasakan bahagia.
Bahagia itu sebenarnya sederhana, Kook. Sesederhana ketika kita bisa berbagi keluh kesah bersama tanpa ada luka yang harus ditutupi dengan tawa. " -KimSeokjin.

Halloo....
Gimana chapter kali ini? Ngebosenin ya? Maafkan huhuhu.
Next chapter bakal aku buat lebih bagus dari chapter-chapter sebelumnya.


JUST ONE DAY 🌼 [ JINKOOK ] - SLOW UPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang