" Kadang, dari rasa sakitmu kamu bisa lebih mengerti batas kekuatanmu. " -Author.
Tak lama kemudian, Jungkook pun siuman. Ia melihat Hyungnya di sampingnya sedang tertidur sembari menggengam tangannya. Jungkook sangat bersyukur memiliki Hyung seperti Seokjin. Menurut Jungkook, rasa sakit apapun akan ia lalui asal ada Seokjin disampingnya. Jungkook berkali-kali ingin menyerah akan semuanya, tapi berkali-kali juga ia bangkit karena ia tidak ingin meninggalkan Hyungnya sendirian. Dan ia juga yakin bahwa ia akan sembuh, walaupun butuh waktu. Ia juga berjanji pada dirinya sendiri untuk tetap berdiri tegap, dan ia juga percaya bahwa sebentar lagi Appa Jungkook pasti akan luluh dengannya.Seokjin yang merasa tangan Jungkook bergerak akhirnya terbangun dari tidurnya.
" Kook, apakah ada yang sakit? Haruskah kita ke rumah sakit? " - Seokjin.
" Ani, Hyung. Kookie baik-baik saja dan merasa lebih baik sekarang. Hyung tidak perlu khawatir. " -Jungkook.
Seokjin yang mendengar kalimat dari Jungkook itu langsung tersenyum. Ia sangat bersyukur bahwa adiknya tidak perlu ke rumah sakit lagi. Dia sangat sakit melihat adiknya harus terbaring lemah di rumah sakit terlebih lagi harus melihat tangan adiknya penuh dengan infus.
" Hyung, apakah Kookie sudah sadar? " - Jimin
" Ah, Jimin-a, Kookie sudah sadar, kalau kau ingin berbicara dengannya kemarilah. Aku ingin kau menggantikanku sebentar, karena aku harus ke ruang guru untuk mengijinkan Jungkook pulang. " - Seokjin
Jimin pun akhirnya menggantikan Seokjin untuk menjaga Kookie. Ia duduk di samping ranjang UKS tempat Kookie tidur. Ia menatap wajah Kookie dengan tatapan yang sendu. Andai dia tahu rasa sakit Kookie sejak lama, pasti Kookie tidak akan sampai seperti ini. Walaupun ia tahu bahwa Kookie adalah orang yang introvert dan jarang sekali bergaul, tapi Jimin tetap selalu di samping Kookie. Terlebih, ia teringat bahwa Kookie butuh teman yang selalu ada untuknya. Jimin sangat tidak keberatan akan hal itu, ia malah senang karena ia bisa menjaga Kookie nantinya, dan sedikit meringankan beban pikiran Seokjin.
" Kook, apakah kamu tertidur lagi? Kalau kamu tidak tidur, apa yang kamu butuhkan? Aku akan membantumu nanti. " -Jimin
" Ani, Jimin-a, aku tidak membutuhkan apapun. Ah, Jimin-a terima kasih kamu selalu disampingku. Maafkan aku yang tidak terbiasa berbaur dengan teman-teman, karena kadang aku hanya nyaman di samping Hyungku. Tapi, untuk sekarang, aku juga akan belajar untuk berteman denganmu. " -Jungkook.
" Hm, Kook, jangan berterima kasih padaku. Karena itu sudah tugasku untuk menjagamu. Mulai sekarang, jika kamu di sekolah dan ingin sesuatu, kamu bisa minta kepadaku. Dan, jika kamu butuh teman untuk bercerita dan teman untuk bersandar, aku akan selalu siap menjadi teman untuk kamu bercerita dan bersandar. Apapun akan aku lakukan, asalkan kamu bisa merasa lebih baik. " -Jimin
Mendengar itu, Jungkook hanya tersenyum. Di dalam hatinya yang terdalam ia berterima kasih kepada Tuhan, karena telah memberikan satu orang lagi yang menyayanginya dirinya dan yang perhatian padanya. Ia juga semakin berharap bahwa ia dapat menceritakan rasa sakitnya pada temannya itu. Ia juga berharap, dengan hadirnya Jimin, perlahan-lahan ia mampu melepaskan sedikit demi sedikit beban yang sampai saat ini masih mengganjal dihatinya. Yang membuatnya harus menjadi seperti ini.
Jungkook adalah seorang yang introvert. Ia lebih memilih menyendiri ketika di sekolah. Ia juga lebih memilih memendam masalahnya sendirian. Karena, dulunya ia selalu berpikir bahwa tidak baik membagi rasa sakitnya pada orang lain, walaupun Hyungnya sekalipun. Ketika ia sedang lelah menghadapi semua tekanan dari Papanya, ia lebih memilih untuk diam di kamar dan terkadang menangis.
Ia juga selalu berpikir bahwa Papanya melakukan itu semua karena Papanya sayang padanya.Jungkook terkadang sangat iri melihat banyak temannya yang menceritakan kedekatannya dengan Appanya. Yang selalu dipuji ketika mendapat nilai bagus. Yang selalu diberi motivasi ketika mendapat nilai yang buruk. Bahkan, ada juga Papa dari temannya yang tidak mempermasalahkan nilai. Ia sangat ingin memiliki Papa seperti teman-temannya.
Tapi lagi-lagi, ia berpikir bahwa setiap orang tua memiliki caranya masing-masing untuk menjadikan anaknya orang yang hebat.Jungkook selalu berpikir bahwa, Papanya memiliki alasan tersendiri untuk mendidiknya menjadi anak yang lebih baik kedepannya. Walaupun, ia merasa sangat ditekan, tapi ia terus berusaha menuruti kemauan dari Papanya. Karena, ia juga selalu berpikir bahwa ketika tidak menuruti permintaan Papanya, ia akan menjadi anak yang durhaka.
Di sisi lain, Jungkook juga bingung. Kenapa Papanya selalu saja membencinya. Bahkan ketika Jungkook mendapat nilai yang memuaskan sekalipun, Papanya tetap acuh kepadanya. Papanya juga selalu mencari-cari kesalahan Jungkook. Dan selalu menyalahkan Jungkook jika terjadi sesuatu.
Bahkan, Papa Jungkook pernah memaki Jungkook didepan rekan kerja Papanya. Malu. Itu yang Jungkook rasakan. Terkadang, ia masih sangat jelas mengingat kata demi kata yang dikeluarkan Papanya untuknya.
Mungkin, orang lain akan sangat sakit hati mendengar kata-kata itu. Bahkan pasti ingin pergi dari rumah dan memutuskan untuk tinggal sendiri.
Tapi, tidak dengan Jungkook. Kata-kata Papanya malah menjadikan Jungkook semakin semangat bahkan tidak menyerah. Karena Jungkook tau dia bukan orang yang lemah." Kook? Apakah kamu ingin pulang atau ingin disini sebentar lagi? Hyung sudah mengijinkanmu. " -Seokjin
" Kookie ingin istirahat dirumah saja Hyung. Kookie tidak nyaman berada disini. " -Jungkook.
" Baiklah. " -Seokjin
Seokjin pun membantu Jungkook untuk turun dari ranjang UKS dan pergi menuju ke parkiran. Disana sudah terlihat Jimin yang sedang menunggu mereka.
" Kook, cepat sembuh ya. Aku tidak mau terus-terusan melihatmu sakit. Nanti aku akan menjengukmu setelah pulang sekolah. Dan ini tasmu, aku akan membawakannya ke dalam mobil. " Ucap Jimin kepada Jungkook dengan senyuman hangatnya.
" Terima kasih, Jimin-a. Kamu sangat baik padaku. Aku harap, kita bisa menjadi sahabat untuk selamanya. " Jawab Kookie sembari tersenyum ke arah Jimin.
Jungkook dan Seokjin pun akhirnya meninggalkan halaman sekolah Jungkook dan bergegas untuk kembali ke rumah. Jungkook memang merasa takut untuk pulang, ia belum siap menjawab semua pertanyaan Appanya. Terlebih ia juga tidak siap jika menerima kalimat menyakitkan dari Papanyq nanti.
Seokjin yang melihat Jungkook termenung pun sangat mengerti bahwa Jungkook sedang takut untuk menghadapi Papanya. Sebenarnya, Seokjin sudah mengetahui bahwa Papanya sangat keras terhadap Kookie. Tapi, ia juga tidak bisa meluluhkan hati Papanya, karena sifat Papanya itu sangat keras kepala menurutnya, dan selalu ingin menang sendiri. Yang Seokjin bisa lakukan sekarang hanyalah terus disamping adiknya, menjadi tempat untuk adiknya bersandar, dan jadi teman bercerita ketika adiknya sedang tidak baik-baik saja. Ya, memang, Jungkook tidak menderita gangguan mental atau depresi. Tapi, dokter mengatakan bahwa jika kondisi Jungkook yang sekarang ini dibiarkan terus menerus, nantinya bisa berdampak pada mental Jungkook.
Karena tekanan demi tekanan yang diberikan dari seseorang akan terus memenuhi batinnya. Dan itu akan terus menambah rasa sakitnya.Rasa sakit Jungkook itu ibarat benih. Semakin kamu memberi benih itu banyak air, semakin tumbuh juga benih itu. Begitu juga dengan rasa sakit Jungkook, semakin kamu membiarkan rasa sakitnya, lama kelamaan itu akan tumbuh menjadi rasa sakit yang menyakitkan. Dan itu berakibat ke mental seseorang. Bahkan ia juga bisa melampiaskannya kepada dirinya sendiri dengan cara 'selfharm'. Maka dari itu, Dokter meminta kepada Seokjin untuk terus mengawasi Jungkook. Dan jika Jungkook terlihat lemas segera hibur Jungkook.
Kalau ditanya, apakah Jungkook akan kembali normal? Jawabannya hanya satu, bisa. Asalkan luka batinnya terobati. Dan asalkan Jungkook selalu meminum obat yang diberikan Dokter. Memang itu tidak sepenuhnya menyembuhkan, tapi setidaknya efek dari sakit yang dideritanya tidak begitu menyiksa.
" Kook, aku harap kamu bisa menjadi seperti bintang di langit malam. Selalu bersinar meski kegelapan selalu menerpanya. " -Seokjin.
Hallooo. .
Makin garing ya? Hiks maafkan :(
Tapi semoga tetep suka ya!~
KAMU SEDANG MEMBACA
JUST ONE DAY 🌼 [ JINKOOK ] - SLOW UP
FanficKebahagiaan itu apa? Bagaimana merasakannya? Apakah senikmat makanan yang berbahan pisang? Ayolah, aku ingin merasakan apa itu kebahagiaan. Aku ingin merasakan bagaimana rasanya senyum tanpa rasa sakit dan bagaimana rasanya luka yang terobati. -Jun...