Haruskah aku menggadaikan keyakinanku agar dapat bersamamu?
Note: jangan dibaca di waktu-waktu sholat.
Happy Reading
(Kharel Alexandre)
Kehadiranmu melengkapi warna yang kurang di hidupku.
~~~
Aku memperhatikan gerakan gadis itu, cukup aneh bagiku. Karena aku baru pertama kali melihat gerakan seperti itu. Terlihat Maira begitu damainya saat melakukan kegiatannya saat ini. Seperti tanpa ada beban sedikitpun
Dia menoleh ke kanan dan lalu ke kiri. Lalu aku mendengar suara lirih Maira seperti sedang berbicara sambil menangkupkan kedua telapak tangannya entah kepada siapa. Dia selesai dan bangkit untuk melipat kain yang ia kenakan tadi.
"Kau di sini?" kagetnya saat matanya melihatku berdiri di pintu.
Aku tersenyum lalu mengangguk. "Boleh aku masuk?"
Sedikit bimbang, tapi sesaat kemudian dia mengangguk tanda mengizinkan. "Kau memperhatikanku Kharel?" tanyanya sambil terus melakukan pekerjaannya tadi yaitu melipat kain yang ia kenakan tadi, terlihat seperti hijab yang sering ia pakai tapi bedanya ini lebih besar.
"Ya, aku suka melihatnya. Aku baru melihat kau melakukan ini setelah sekian lama aku mengenalmu." Aku memposisikan diriku duduk di atas ranjang yang berada di kamar ini. Kamar yang digunakan Maira selama kami berada di rumah ibuku.
"Aku tetap melakukannya, Kharel. Tapi aku melakukannya secara rahasia," katanya diakhiri tawa.
"Yang kau lakukan tadi itu dinamakan apa?" Aku bertanya setelah gadis itu selesai merapikan perlengkapan yang ia kenakan tadi dan duduk di kursi meja rias tepat di hadapanku.
"Itu namanya sholat. Setiap umat Islam sangat-sangat di wajibkan untuk mengerjakannya, dan tidak boleh meninggalkannya," jelasnya.
"Oh, ya?" Dia mengangguk. "Aku memiliki teman yang sama sepertimu, tapi aku tidak pernah melihatnya sekali pun melakukan kegiatan itu."
Dia tampak berpikir, wajah polosnya semakin terlihat cantik sekali saat ini. Lagi-lagi aku menyukainya yang tanpa polesan riasan seperti ini. "Begini, mungkin saat dia mengerjakan itu kau tidak melihat. Karena ini bernilai ibadah, maka harus di lakukan secara diam-diam dan tidak perlu orang lain untuk mengetahuinya."
Aku mengerti sekarang, mungkin saja Bryan melakukannya secara diam-diam tanpa sepengetahuanku. Pantas saja dia sering meminta izin keluar sebentar setiap harinya. Bisa saja dia melakukan ibadahnya.
"Maira?"
"Ya."
"Apakah kita ini memang tidak bisa bersama?"
Maira diam kemudian dia membenarkan posisi duduknya. "Apa kau yakin ingin bersamaku, Kharel?" Dia kembali bertanya. Aku mengangguk semangat.
"Begini, dalam agamaku, sangat tidak boleh menikah dengan yang bukan seagama. Itu adalah sebuah dosa besar."
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Bertasbih Di Langit Paris (Selesai)
Romance"Aku mencintaimu, tapi mengapa aku tidak bisa memilikimu?"-Kharel. "Cintai dulu Tuhanku baru aku."- Maira. "Jika keyakinan dijadikan penentu jodoh seseorang. Lantas, mengapa kita ini diciptakan berbeda? Tidak bisakah kita sama saja?"-Kharel. *** Mai...