44. Bertemu Kembali

115 6 0
                                    

Bahkan aku masih seberdebar dulu saat melihatmu sekarang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bahkan aku masih seberdebar dulu saat melihatmu sekarang.

Note: jangan dibaca di waktu-waktu sholat.

Happy Reading

(Kharel Alexandre)

Kehadiranmu melengkapi warna yang kurang di hidupku.

~~~

Aku tidak tahu ternyata aku begitu betah berada di sini. Keluarga yang lengkap. Begitu membuatku bahagia. Ada ayahku, ibu tiriku yang sangat suka jika aku memanggilnya bunda, seorang adik, dan kakek juga nenek.

Mereka begitu menyayangiku. Inilah yang aku impikan sejak lama. Aku memandang foto ibuku. Aku selalu membawanya ke mana pun aku pergi.

"Kharel."

Ayahku masuk ke dalam kamarku. "Ayah sudah mengurus semuanya, penerbanganmu besok jam sembilan pagi."

Ayahku berujar dengan nada sedikit sedih. Wajahnya yang tegas itu terlihat sedikit lesu.

"Kenapa ayah sedih? Aku hanya pergi sebentar untuk mengunjungi kakek."

Setelah 5 tahun aku tinggal di sini aku telah menguasai bahasa negara ini. Cukup mudah bagiku. Dan satu hal lagi. Aku telah memutuskan untuk memeluk agama Islam. Setelah berperang dengan hatiku akhirnya aku memutuskan untuk menjadi seorang mualaf.

Ayahku tersenyum kecut. "Ayah takut kalau kamu nggak kembali ke sini lagi."

"Ayah, kamu seperti Azam. Tadi dia datang dan mengatakan hal yang sama."

"Oh, ya?" Aku mengangguk, aku berusaha menahan tawaku wajah ayahku begitu lucu. "Ayah terlambat ternyata."

Ayah berjalan mendekat dan merangkulku. "Kharel jaga diri baik-baik. Jangan lupa sholat lima waktu."

Aku mengacungkan ibu jariku.

"Ada apa dengan ayah dan anak ini?"

"Ah, kamu ganggu waktu ayah dan anak, Mir," ujar ayahku seperti anak kecil yang sangat mirip dengan Azam adikku.

Aku hanya bisa tertawa melihatnya. Sekarang aku tahu alasan ibuku begitu mencintainya. Dia sangat menyayangi orang-orang di sekitarnya. Aku bangga memilikinya sebagai ayahku.

***

Hari ini adalah hari keberangkatanku ke Paris setelah 5 tahun. Ku perhatikan satu persatu anggota keluargaku. Mereka begitu bersedih melepas kepergianku.

Aku menghampiri mereka dan memeluk mereka satu persatu. Nenekku menahanku dan menciumiku. "Kharel, jaga diri baik-baik. Jadi anak baik, ya."

Aku sedikit terkekeh mendengar pesan nenekku itu. Dia memang begitu. Kata Azam, "Nenek selalu anggap kita anak kecil, Bang. Padahal kita udah besar."

Cinta Bertasbih Di Langit Paris (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang