21. Tamu Istimewa

126 17 2
                                    

Bagaimanapun keadaanmu, aku tetaplah aku, Sahabatmu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bagaimanapun keadaanmu, aku tetaplah aku, Sahabatmu.

~Maira Hafidza~


Note: Jangan dibaca di waktu-waktu sholat.

Happy Reading💙

(Maira Hafidza)


Lagi-lagi kehadiranmu melengkapi warna yang kurang di hidupku.

~~~

Apa definisi sahabat menurut kamu? Orang yang selalu menemani kamu nonton drakor walaupun dia tidak suka? Atau orang yang selalu mengelus bahumu dikala semua masalah yang kamu hadapi terlalu rumit sambil mengatakan 'Semua akan baik-baik saja ada aku'. Atau juga orang yang selalu ada buat kamu walau dia tahu semua kekurangan yang kamu miliki?

Semua itu aku temukan pada sosok sahabat yang selama ini ada bersamaku. Tidak peduli orang menilaiku apa, tapi dia selalu berdiri di sampingku sambil mengatakan 'Kalian tau apa tentang dia?' Aku bersyukur sekaligus beruntung.

~~~

"Seharusnya kamu tadi nggak usah ikut aku, Dam. Kerjaan kamu jadi tertunda karena ini."

"Kamu tenang aja aku udah izin sama pak Habib. Lagi pula mana mungkin aku biarin kamu sendiri di sini."

Setelah beberapa menit lamanya kami saling diam, terdengar helaan napas dari orang di sebelahku. "Kok lama, ya? Aku ke toilet bentar deh kalau gitu."

Adam bangkit dan berjalan santai menuju toilet. Saat ini kami berdua sedang berada di bandara, menunggu kedatangan seseorang. Sudah setengah jam lebih lamanya kami menunggu, tapi pesawat itu belum juga tiba.

Tidak lama akhirnya pesawat tiba juga. Segera ku cari orang yang sejak tadi aku tunggu. Pandanganku menangkap sosok perempuan yang memakai baju berwarna abu-abu juga jilbab yang senada.

Perempuan itu celingukan mencari seseorang. Aku mendekat. "Rin!" panggilku sambil melambai-lambaikan tanganku.

Dia berlari ke arahku dan kami berdua berpelukkan. Rini berteriak bahagia. "Akhirnya kita ketemu."

Cukup lama kami berpelukan, sehingga memancing perhatian orang-orang yang berlalu-lalang. "Udah ah malu diliatin orang."

Dia cengengesan. Kami berjalan menuju tempatku duduk tadi untuk menunggu Adam. Ternyata dia telah kembali dari toilet.

"Dam, ayo kita pulang."

Dia berdiri dan menyimpan ponselnya di saku celana. Dia menghampiri Rini yang berada di sampingku.

Cinta Bertasbih Di Langit Paris (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang