42. Kebenaran

105 7 0
                                    

Kita memang diciptakan bukan untuk bersama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kita memang diciptakan bukan untuk bersama. Tapi, setidaknya kebersamaan sementara ini dapat membuat hari-hariku berwarna.


Note: jangan dibaca di waktu-waktu sholat.

Happy Reading

(Kharel Alexandre)

Kehadiranmu melengkapi warna yang kurang di hidupku.

~~~

Hari ini adalah hari pernikahanku dengan Veronica. Ya, aku setuju untuk menikah dengannya. Apa lagi yang harus aku lakukan? Maira mematahkan hatiku. Hatiku benar-benar hancur berkeping-keping dibuatnya.

Aku telah berharap pada orang yang salah. Dia pergi dengan luka di hatiku. Aku tahu dia telah kembali ke negara asalnya. Dia juga memutus semua aksesku untuk menghubunginya.

Biarlah, biar ku sembuhkan sendiri luka ini.

Di kamar hotel ini aku berdiri lengkap dengan pakaian pengantinku. Sebentar lagi statusku berubah. Aku akan menikahi teman masa kecilku.

Aku mendengar langkah kaki mendekat. aku tahu siapa itu. Veronica. Aku melihat pantulan dirinya dari cermin di hadapanku.

Sungguh aku heran menatapnya, Veronica masih menggunakan pakaian biasa. Padahal pernikahan sebentar lagi akan segera dimulai.

"Kau belum berganti pakaian?"

Dia hanya tersenyum lalu meletakkan sebuah kotak di atas ranjang kamar ini. Kotak berisi gaun pengantinnya.

"Aku menyerah," katanya santai, lalu berdiri sejajar denganku memandang ke arah cermin yang sedang aku pandang juga. "Sekeras apapun aku mencobanya, aku tidak akan sebanding dengan gadis itu."

"Maksudmu?" Aku begitu bingung dengan perkataannya. Tadinya dia sangat bersemangat dengan pernikahan ini. Sekarang mengapa dia berubah begitu cepat? "Jangan main-main, Ver. Aku tidak suka dipermainkan."

"Kharel, aku bisa bersaing dengan seribu bahkan sejuta orang yang ingin memilikimu. Tapi tidak dengan dia yang kau sukai." Aku menatap Veronica yang saat juga menatapku dari pantulan cermin. Dia tersenyum, "Aku menyerah. Kharel, pergilah, kejar cintamu. Biarlah aku yang menanggung segala resikonya."

"Kau yakin?"

Dia mengangguk mantap lalu memelukku. Untuk pertama kalinya setelah sekian lama aku merasakan pelukan itu seperti pelukan Veronica kecil, persahabatan.

"Terimakasih, Adikku."

***

"Kharel, datanglah kakekmu memanggilmu."

Aku mematikan sambungan telepon dari asisten pribadi kakekku. Gegas aku melajukan mobilku menuju rumah sakit tempat kakekku dirawat.

Kakekku jatuh sakit setelah aku dan Veronica mengabarkan bahwa kami membatalkan pernikahan.

Cinta Bertasbih Di Langit Paris (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang