Berbeda keyakinan bukan berarti tidak bisa Berteman, 'kan?
Note: Jangan dibaca di waktu-waktu sholat.
Happy Reading
(Kharel Alexandre)
Kehadiranmu melengkapi warna yang kurang di hidupku.
~~~
Hari senin, hari yang memuakkan. Benar-benar memuakkan. Ku longgarkan sedikit dasi yang sejak tadi mencekik leher ini. Berkas-berkas menumpuk tidak lagi ku hiraukan. Aku benar-benar butuh istirahat sekarang.
"Bryan!"
Aku memanggil asisten pribadiku yang berada di ruangan sebelah. Ketukan pintu terdengar dari luar.
"Masuklah, Bryan!" pintaku.
Pria dengan kemeja berwarna biru tua itu berdiri di hadapanku. "Kosongkan jadwalku hari ini. Aku ingin istirahat."
Dia mengangguk. "Baik, sir."
"Tunggu."
Dia mengurungkan niatnya yang ingin keluar dari ruanganku. "Katakan pada Edrick, untuk menemuiku sekarang."
Dia hanya mengangguk lalu menghilang di balik pintu. Tidak lama pintu kembali terbuka, menampilkan sosok Edrick di sana. Memang tidak memiliki sopan santun.
"Ada apa, Kharel?"
Aku merotasikan bola mataku malas. Jika tidak memandang temanku, sudah aku pastikan ia menjadi gelandangan sekarang.
"Tolong kau jemput Veronica di kampusnya. Aku sedang banyak urusan sekarang."
"Okay, dengan senang hati."
Edrick pergi meninggalkanku sendiri di ruanganku sekarang. Dia dan Veronica adalah sahabat sewaktu mereka sekolah menengah dulu. Tidak heran jika mereka sering pergi bersama.
Sekarang pukul 4 sore. Waktunya gadis itu selesai dengan kuliahnya lalu kursus bahasa Prancis. Aku tahu semua jadwalnya, karena ponsel itu. Ponsel miliknya yang ada padaku.
Hari ini orangtua Veronica kembali dari Nice. Itu berarti Veronica juga akan kembali ke rumahnya. Rasanya aku benar-benar muak jika ada dirinya di apartemenku.
Ya, dia memang menginap di apartemenku sesuai keinginannya dan kakek tuaku itu. Tapi, aku tidak bodoh. Mereka mengira dengan dia menginap aku akan menjadi lebih dekat dengannya. Tentu saja tidak. Aku memilih menginap di hotel, dari pada berada satu atap dengannya.
Aku keluar dari gedung perusahaanku diikuti Bryan. Hari ini kami akan makan siang di kafe biasa kami makan. Ku lempar kunci mobilku padanya. Dengan sigap pria itu menangkapnya.
"Kau tampak diam, ada apa?" Bryan mulai membuka suara. Sekarang kami sudah berada di luar lingkungan kantor. Itu tandanya persahabatan di antara kami dimulai, bukan lagi bos dan bawahan. Melainkan sahabat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Bertasbih Di Langit Paris (Selesai)
Storie d'amore"Aku mencintaimu, tapi mengapa aku tidak bisa memilikimu?"-Kharel. "Cintai dulu Tuhanku baru aku."- Maira. "Jika keyakinan dijadikan penentu jodoh seseorang. Lantas, mengapa kita ini diciptakan berbeda? Tidak bisakah kita sama saja?"-Kharel. *** Mai...