Aku membutuhkan dirimu.
Dirimu, yang selalu membuat aku merasa Tuhan menyayangiku karena menghadirkanmu.Kharel Alexandre
Note: Jangan dibaca di waktu-waktu sholat.
(Kharel Alexandre)
Kehadiranmu melengkapi warna yang kurang di hidupku.
~~~
Aku muak.
Aku muak di saat semua orang mengatur dan menentukan hidupku. Aku yang menjalaninya, tapi mereka yang mengendalikannya.
Katakanlah aku bosan dengan semua ini. Bagiku mereka semua adalah alasanku untuk terus mengutuk hidupku yang diberikan Tuhan.
~~~
Aku menatap 2 buah bola mata berwarna coklat yang saat ini tengah sibuk memarahiku. Sedari tadi pemilik mata coklat itu terus saja mengomeliku. Tapi, aku sangat menyukai setiap kata yang keluar dari bibir tipisnya.
"Kharel! Kau tidak mendengarku, ya?"
"Aku mendengar, bahkan merasakan setiap kata yang kau lontarkan," ucapku yang dihadiahi tatapan garang darinya.
"Ingat, Kharel, aku akan memarahimu lagi jika kau selalu minum-minuman ini," tunjuknya pada botol minumanku. Padahal aku sudah menyimpannya dengan sangat hati-hati, tapi gadis ini berhasil menemukannya.
"Iya-iya aku mengingatnya," ucapku malas.
"Kharel," panggilan dari bibir tipis itu.
"Ya, apa?"
"Maafkan aku," ujarnya berhasil menarik perhatianku dari botol-botol minumanku yang isinya telah masuk kedalam wastafel hasil perbuatan si gadis berhijab.
"Kenapa?"
Dia menunduk dan memilin jari-jarinya. "Seharusnya aku tidak mengatur-ngatur hidupmu. Ini hidupmu, kau bebas menjalaninya, aku tidak berhak untuk mengaturmu."
"Sudah?" tanyaku. Dia mendongak, dahinya mengerut. "Sudah mengomeli diriku, sekarang giliran meminta maaf, kau pikir aku ini apa?"
Dia kembali menunduk bersalah. Rasanya aku tidak tahan melihatnya begitu. Tapi aku ingin mengerjainya sesekali.
"Aku sudah menghabiskan banyak uang untuk ini. Tapi dengan teganya wastafel inilah yang meminumnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Bertasbih Di Langit Paris (Selesai)
Romance"Aku mencintaimu, tapi mengapa aku tidak bisa memilikimu?"-Kharel. "Cintai dulu Tuhanku baru aku."- Maira. "Jika keyakinan dijadikan penentu jodoh seseorang. Lantas, mengapa kita ini diciptakan berbeda? Tidak bisakah kita sama saja?"-Kharel. *** Mai...