Bagian 11

194K 2.7K 144
                                    

Nathalie POV

            Kau tahu bukan bagaimana rasanya sakit hati? Ya, rasanya sungguh menyakitkan. Itulah yang kini aku rasakan. Entah bagaimana bisa aku bertemu dengan Justin disini. Di taman kota. Kulihat dia tengah bergandengan tangan dengan seorang perempuan. Mereka bercanda bersama. Aku hanya bisa memandangnya dari kejauhan. Tidak mungkin aku menghampirinya dengan keadaan kini aku tengah bersama Shawn. Kuhela napasku kasar untuk meredakan emosiku. Dasar, laki-laki cabul.

            "Shawn, bisakah kita pulang? aku lelah" aduku kepada Shawn yang menampilkan senyum terbaiknya. Digenggamnya tanganku erat "Baiklah, baby c'mon"

            Saat hendak berdiri dari bangku taman kota, tidak sengaja ada seseorang yang menabrak bahuku keras. Sial. Ini sungguh sakit.

            "Maaf. Sungguh maaf. Saya tidak sengaja" suara itu. Tidak. Itu suara perempuan yang tengah bersama Justin. Justin hanya melihatku sekilas. Setelah itu dia menolehkan kepalanya kearah lain.

            "Tidak apa-apa. Tetapi sebaiknya anda harus lebih berhati-hati" ingatku kepada perempuan itu. Dia hanya menganggukkan kepalanya pelan dan tersenyum. Setelah itu dia menarik lengan Justin pergi. Apakah Justin marah kepadaku? Apa dia cemburu melihatku pergi keluar bersama Shawn? Mau bagaimana lagi, Shawn adalah suamiku. Aku harus lebih banyak meluangkan waktuku bersama Shawn. Mungkin nanti aku akan menghubunginya. Meminta penjelasan pastinya.

            "Ayo sayang kita pergi"

            Selama didalam mobil aku hanya terdiam. Masih memikirkan tentang kejadian beberapa saat lalu di taman kota. Sial. Justin berhasil mempermainkan emosiku. Sungguh, aku tidak berniat selingkuh dari Shawn. Tapi mau bangaimana lagi, Justin selalu berhasil menggodaku.

            "Baby, ada apa? Apa yang dipirkan oleh kapala cantikmu itu?". Pertanyaan Shawn sukses membuatku mengerjapkan mata. Aku tersadar dari lamunanku. Aku menatap Shawn lalu menggelengkan kepalaku seraya tersenyum kepadanya.

            "Tidak ada apa-apa, big papa. Fokuslah menyetir"

            "Hei, apa itu tadi? Big papa? Kau memanggilku dengan sebutan big papa?". Shawn mengerutkan dahinya bingung mendengar panggilan baruku untuknya. Aku terkekeh melihat sikapnya.

            "Kau baru saja sadar? Darimana saja kau? Aku memanggilmu dengan sebutan big papa sudah dari kemarin dan kau baru sadar hari ini? Oh tidak!!" aku menutup wajahku dengan sebelah tanganku. Yaampun Shawn, darimana saja kau kemarin itu? Aku hanya menggeleng-gelengkan kepalaku tidak percaya. Setidaknya sekarang aku mulai lupa dengan Justin.

            "Aku baru tahu kau bisa se-romantis itu". Shawn tersenyum seraya sesekali menoleh kearahku. Aku mengusap pipinya pelan. Aku tidak tega mengkhianati perasaan Shawn. Dimana janjiku saat pemberkatan? Aku ingin menangis sekarang.

            "Hei baby, ada apa? Kenapa?". Tangannya menggenggam tanganku lembut yang kini masih berada di pipinya. Aku hanya menggelengkan kepalaku dan mencium pipinya dengan lembut. Seraya berbisik "Aku sangat mencintaimu big papa"

            "Begitupun aku, baby. Selamanya"

            Sial sial sial. Aku terlambat hari ini. Aku tidak akan menyalahkan Shawn yang berulang kali mengajakku bercinta dengan berbagai macam posisi semalam. Aku tahu betapa sangat besarnya ia merindukanku. Kupercepat langkahku hingga kini sudah berada didepan pintu ruanganku. Ralat. Maksutku ruangan Justin. Tanganku bergetar. Aku belum siap bertemu kembali dengannya.

AFFAIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang