Bagian 15

130K 2.4K 142
                                    

Sebelumnya aku mau mengucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya buat semangat yang kalian kasih ke aku.

******

"I miss you, that's all " - anonymous

"Tapi Justin, maafkan aku.". Aku tidak sanggup menahan semua ini. Seolah-olah memang aku ditakdirkan untuk menderita. Kini aku tidak percaya dengan kalimat 'Semua akan indah pada waktunya'. Kapan 'waktu' itu? Aku lelah mengharapkannya.

"Kenapa? Kenapa kau menolakku lagi Nathalie?!.". Suara Justin menggelegar. Ia membentakku.

"Aku hanya tidak bisa. Tidak dan tidak.". Big papa.... Dimana kau?

"Jangan pernah mengelak. Aku tahu bahwa ini adalah bayiku dan bukan bayi suamimu itu. Kau dan bayi ini lebih membutuhkan aku daripada Shawn!! Tidakkah kau mengerti? Kumohon.". Apa dayaku sekarang? Aku bahkan tidak bisa menjawab perkataan Justin. Lidahku terasa kelu. Aku takut.

Tapi tiba-tiba pintu pun terbuka. Dan... Shawn. Itu Shawn datang dengan memakai baju baru. Darah disudut bibirnya sudah hilang. Ia bahkan bercukur.

"Maaf aku meninggalkanmu terlalu lama, sayang. Kau tahu, yahh aku harus memperbaiki penampilanku agar calon bayi kita lebih senang bersamaku lebih lama lagi. Oh, dan siapa kau?.". Tidak, Shawn. Apa kau baru sadar bahwa sedari tadi ada Justin disini yang tengah menggenggam telapak tanganku erat? Terkadang kau bisa sangat polos big papa.

"Kenalkan Shawn, ini Justt"
"Justin McAliste.". Kupandang Justin yang kini tengah menjabat salam Shawn. Dasar laki-laki senang memotong pembicaraan.

"Oh ya tentu saja. Anda adalah bos dimana Nathalie bekerja.". Bahkan mereka tampak serasi. Saling mengobrol tanpa menganggap kehadiranku disini. Kuharap tidak ada sesuatu yang buruk terjadi. Tetaplah akur.

"Sepertinya sudah larut. Saya pamit dahulu.". Justin mengakhiri obrolan seru mereka dan beranjak dari kursi. Bahkan ia sempat menghampiriku. "Jika kau tidak ingin menikah denganku, maka biarkanlah aku untuk tetap menyayangimu dan mengasihimu. I love you ".

Rasanya dadaku begitu sesak hari ini. Justin membisikkan kata-katanya dengan halus di telingaku saat tengah mencoba mencium kedua pipiku. Bahkan aku membalas perkataannya dengan sangat pelan hingga tidak yakin jika Justin akan mendengarnya. Namun, Justin mendengarnya. Dia tersenyum begitu tulus.

"Justin adalah orang yang mengasyikkan, babe.". Tidak Shawn. Tunggu saja sampai kau tahu jika aku terlibat affair dengannya. Apa kau akan tetap menyebut Justin orang yang mengasyikkan? Tentu tidak, bodoh.

"Oh ya? Ia adalah orang yang baik. Bahkan ia memberiku kebebasan untuk cuti kapan pun dengan syarat memberikan alasan yang jelas.".

Shawn menggenggam tanganku erat. Ia tersenyum. "Setidaknya aku tidak menyesal mengijinkanmu bekerja disana.". Mungkin benar apa yang dikatakan para wanita diluar sana. Pria memanglah orang yang tidak peka akan situasi disekitarnya. Dan aku bersyukur jika Shawn juga mengalaminya.

"Kupikir ia adalah orang yang tepat untuk diajak berbisnis.". Yaa katakan itu pada Justin nanti. Aku hanya ingin istirahat. Rasanya seperti tenaga ku hari ini menguap entah kemana. "Kau mengantuk?". Aku hanya menganggukkan kepalaku sebagai jawaban.

Shawn berusaha naik keranjang rumah sakit ini. Tentu saja muat. Ranjang ini cukup besar. "Tidurlah sayang. Dan kau baby, jangan ganggu tidur ibu mu sayang. Big papa ini mencintai kalian berdua. Tidur.". Oh, pengantar tidur yang menarik. Hingga kegelapan pun menarikku.

*In Another Place*

"Tidak!! Justin jangan ceraikan aku!!!!". Teriakannya sungguh memekakkan telinga siapa saja.

"Berikan aku alasan kenapa aku harus mencabut keputusanku, Ashley?!!.". Tenang Justin. Kau harus tetap sehat dan kuat untuk mencari nafkah agar bisa menghidupi Nathalie dan bayi mu.

Bahkan kini ia terdiam. Aku hanya memintanya untuk menandatangani surat perceraian ini. Dan setelah itu aku akan terbebas dari nya.

"Karena aku mencintaimu dan tidak ingin bercerai!! Mengertilah!!!.".

"Apa yang harus kumengerti dari wanita sepertimu, Ashley?.". Aku hanya menginginkan ini semua berakhir. Bahkan rasa sayangku sudah berpindah kelain hati.

"Kumohon, aku sudah berubah Justin. Aku tidak pernah menanggapi mereka lagi semenjak kita menikah.". Bohong. Bahkan aku mencium bau lain di bajumu. Kebohongan adalah sesuatu yang tidak bisa aku tolerir.

"Kau sudah berbohong kepadaku, Ashley. Jadi kenapa aku tidak bisa melakukan hal yang sama kepadamu?."

Apabila rasa sayang ini masih ada untukmu Ashley, aku tidak akan pernah melakukan hal ini kepadamu. Tetapi kau lah yang telah memaksaku untuk melakukannya.

"Tidak, Justin. I love you , kumohon.". Aku tau itu bukan air mata palsu. Tetapi apa dayaku yang kini sudah muak dengan semua sikapnya.

"Semua sudah berakhir, Ashley. Tanpa persetujuanmu pun aku akan segera menceraikanmu."

"Tuan, apa anda tetap masih ingin berada disini?." Bersyukurlah karena aku masih bisa mendengarku berbicara ditengah kebisingan club ini Joseph.

"Tentu. Aku hanya ingin margaritha, Joseph. Panggilkan pelayan.". Entah ini suatu kesalahan. Joseph memanggilkan pelayan yang berdandan minim. Aku tidak akan menjabarkannya. Ia memiliki tubuh mungil.

"Baiklah, Tuan. Apa yang anda inginkan?.". Aku bisa melihat belahan dadanya dari sini. Sial. Wanita seperti ini pun tidak bisa membuatku ereksi. Nathalie dan jagoanku.

Aku harus segera pergi dari sini dan mencoba untuk menghubungi Nathalie. Ia sudah menolak lamaranku dua kali. Wanita hamil ku itu sungguh membuatku gila.

"Maaf. Aku harus pergi.". Aku sudah terbiasa melihat tatapan seperti itu. Kekecewaan.

Udara dingin seolah menusuk tulangku saat aku keluar dari club ini. Ini hari yang sangat melelahkan. Aku harus memikirkan bagaimana caranya agar aku bisa bercerai dengan Ashley. Ashley, wanita yang dulu sangat aku cintai. Tetapi semua itu berubah semenjak ia hamil dan keguguran. Kau tahu apa penyebabnya?


















Karena itu bukanlah anakku.

***************

Akhirnyaa. Jangan lupa vomment, recommended ke temen kalian jg boleh hihi. Jadi bingung mau milih big papa apa si McAliste yaaaa

AFFAIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang